(media@isnet.org)
Hadits lemah (dha'if) dan palsu
(maudhu') bertebaran di sekeliling kita.
Dalam ruang kuliah, mimbar pengajian, bahkan dalam
kitab-kitab, termasuk kitab tafsir dan syarah
hadits. Mungkin kita akan kaget bahwa beberapa
diantaranya adalah hadits-hadits yang sangat
'akrab' dengan kita.
Seorang zindiq diketemukan
telah memalsu lebih dari 4.000 hadits. Bahkan dari
tiga orang pemalsu bisa dipastikan telah keluar
puluhan ribu hadits palsu. Masya Allah! Pemalsuan
hadits-hadits ini bermacam-macam tendensinya. Ada
yang bertendensi politis, fanatisme golongan,
membela mazhab, dan bahkan ada yang mendekatkan
diri kepada Allah seperti yang diakui sekelompok
firqah. Selain itu, ada pula karena
kesalahan tak sengaja atau kelemahan dalam
mendeteksi hadits yang memang bukan bidang yang
dikuasainya. Hal ini terjadi, misalnya, pada
sebagian kaum sufi.
Demi tanggung jawab moral
seorang ahli hadits, demi menghindarkan umat dari
pemakaian hadits-hadits lemah (dha'if) dan
palsu (maudhu'), dan demi kemurnian
hadits-hadits itu sendiri, Muhammad Nashiruddin
al-Albani meneliti, membahas, dan menulis
hadits-hadits lemah (dha'if) dan palsu
(maudhu') di media massa.
Versi elektronik ini,
mempunyai maksud yang sama dengan penulis buku ini,
semoga semua ini mendatangkan rahmat dari Allah
swt.