PENDAHULUAN
SEGALA puji bagi Allah. Kami memuji-Nya, memohon
pertolongan dan meminta ampunan kepada-Nya. Kami berlindung
kepada-Nya dari segala kejahatan diri kami dan dari
keburukan amalan-amalan kami. Barangsiapa diberi-Nya
petunjuk, maka tidaklah sekalikah ia akan tersesat; dan
barangsiapa disesatkan-Nya, maka tiadalah baginya
petunjuk.
Kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, yang
tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya.
Buku Silsilatul-Ahaadiits adh-Dha'ifah wal-Maudhu'ah
wa Atsaruhas-Sayyi' fil-Ummah jilid kedua ini saya
persembahkan kepada pembaca yang budiman. Setelah melalui
proses yang cukup memenatkan, dengan waktu yang lama,
kesabaran yang panjang, dan usaha yang cukup keras, pada
akhimya Allah memudahkan terwujudnya penerbitan buku ini.
Perhatian saya terhadap penerbitan buku ini memang sangat
berlebihan, melebihi perhatian terhadap penerbitan tulisan
saya yang lain. Ada banyak alasan mengapa hal ini saya
lakukan, namun saya kira bukan tempatnya jika saya utarakan
di sini.
Perlu pembaca ketahui, bahwa inti permasalahan pembahasan
ini adalah rusaknya akhlak manusia pada masa sekarang dan
permusuhan mereka yang sengit terhadap Ahli-Sunnah, termasuk
para pembela dan penyerunya. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara yang kecil dan yang besar, atau yang
terhormat dengan yang hina, selama mereka tidak menerapkan
hukum yang adil dan terbiasa mengumbar janji yang tidak
pernah ditepati.
Barangkali dengan sedikit penjelasan ini saja para
pembaca yang budiman dapat memahami bahwa tidak mungkin kami
mencetak kitab jilid kedua ini di Lebanon, pada penerbitan
yang dikelola al-Ustadz Zuhair Syawisy. Sebab, telah terjadi
perang saudara dan munculnya berbagai fitnah di kalangan
masyarakat Lebanon yang berkepanjangan --hingga saat ini
(1408 H/1988 M). Faktor itulah yang menyebabkan kami secara
terpaksa menerbitkannya di negara lain. Tetapi itu pun masih
memerlukan waktu panjang tidak kurang dari dua tahun lamanya
karena masalah teknis.
Tidaklah perlu jika saya ungkapkan seluruhnya di sini.
Yang pasti, hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui dan Dialah
yang dimohon untuk memperbaiki keadaan umat Islam. Dan
menjadikan kaum muslim berakhlak mulia seperti akhlak para
nabi, para shalihin, dan para shiddiqin dan untuk
mengembalikan kemuliaan kepada kaum muslim dengan menjadikan
mereka kembali kepada pengakuan ke Islaman mereka yang
bersih murni, terbebas dari segala infiltrasi dari luar.
Perlu juga para pembaca ketahui bahwa hingga kini di
hadapan saya telah terkumpul kurang lebih lima ribu hadits
serupa ini. Kalau saja dapat dengan mudah diwujudkan dalam
bentuk kitab, maka khusus untuk topik silsilah hadits-hadits
dha'if dan maudhu' saja bisa mencapai sepuluh jilid, belum
lagi karya tulis saya yang lain. Meskipun demikian, apa yang
dikehendaki Allah itulah yang akan terjadi, dan apa yang
tidak dikehendaki-Nya, pasti tidak akan terjadi. Dalam hal
ini Allah berfirman di dalam Al-Qur'an.
"... Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang
tertentu)." (ar-Ra'd: 38)
"... Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu. " (ath-Thalaq: 3)
Saya hanya berharap, mudah-mudahan usaha saya menerbitkan
buku tentang silsilah hadits-hadits dha'if dan palsu ini
--termasuk silsilah hadits-hadits sahih-- dapat menjadi
andil dalam rangka memurnikan kembali ajaran Islam.
Sebenarnya usaha untuk memurnikan kembali ajaran Islam
merupakan kegiatan rutin saya, yakni berupa kuliah
bersambung atau lazim disebut "kajian rutin" yang saya
sampaikan di al-Ma'had asy-Syar'i di Aman, pada tahun 1393
H. Ketika itu topik utama kajian berkisar mengenai
at-tashfiyah mat-tarbiyah.
Adapun topik at-tashfiyah (pemurnian) yang saya
angkat dalam kesempatan tersebut meliputi tiga hal
kajian:
- Pemurnian akidah islamiyah; dalam hal ini berkenaan
dengan kemusyrikan, atau pengotoran terhadap sifat-sifat
uluhiyah, termasuk dalam hal penta'wilannya,
dengan mengutarakan hadits-hadits sahih yang berkaitan
dengan akidah.
- Pemurnian dalam dunia fikih Islam dari adanya
ijtihad-ijtihad salah yang bertentangan dengan Al-Qur'an
dan hadits sahih, lalu saya kemukakan
contoh-contohnya.
- Pemurnian kitab-kitab tafsir dan fikih dengan
menghilangkan hadits-hadits palsu dan dha'if yang ada di
dalamnya, juga membersihkannya dari kisah-kisah
Israiliyat yang sangat munkar itu. Persoalan yang ketiga
inilah yang saya jadikan fokus garapan dalam penulisan
saya kali ini. Hal ini sebagaimana telah saya lakukan
terhadap Dha'if Abu Daud dan Dha'if al Jami'
ash-Shaghir (keduanya telah diterbitkan), juga
"Dha'if at-Targhib wat-Tarhib" --yang insya Allah dalam
waktu dekat akan segera diterbitkan.
Sementara itu, sisi lain dari kewajiban ini ialah
at-tarbiyah (pendidikan). Yang saya maksudkan dengan
pendidikan di sini adalah mempersiapkan generasi yang tumbuh
dari ajaran Islam yang telah dimurnikan kembali. Generasi
yang terbebas dari segala bentuk "polusi" dan kekeruhan
karena tercampur dengan kotoran, baik kotoran ideologi atau
pemikiran-pemikiran yang sering menyesatkan. Dengan
demikian, akan muncullah satu bentuk generasi islami yang
jernih, bersih, dan murni sesuai dengan ruh Islam.
Tidak diragukan lagi bahwa untuk mewujudkan harapan
seperti itu benar-benar diperlukan kekuatan besar dan
pengorbanan yang luar biasa beratnya. Tidak hanya terbatas
pada langkah-langkah yang telah saya sebutkan, tetapi lebih
dari itu, cita-cita ini membutuhkan pula kerja sama antar
unsur terkait dari sekian banyak orang Islam yang bekerja
dengan penuh keikhlasan, yang memang berkeinginan untuk
mewujudkan lingkungan atau masyarakat islami yang mulia.
Tentunya, manusia-manusia yang dibutuhkan dalam kaitan ini
adalah mereka yang ahli di bidang masing-masing.
Oleh sebab itu, jika kita merasa puas dan rela dengan
keadaan yang ada selama ini, merasa bangga dengan banyaknya
jumlah umat, hanya berharap pada datangnya keutamaan Allah,
menunggu datangnya al-Mahdi dan turunnya Nabi Isa, hanya
menggembar-gemborkan dustur kita yang islami, serta hanya
bersandar pada rasa optimistis akan dapat mewujudkan satu
bentuk masyarakat Islam, apa yang kita harapkan mustahil
akan dapat terwujud. Bahkan merupakan satu kesesatan, sebab
sikap seperti itu bertentangan dengan sunnatullah
al-kauniyah dan syar'iyah. Perhatikanlah firman Allah
ini:
"... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan
suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri .... " (ar-Ra'd: 11)
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan
oleh Abu Daud dalam sahihnya dari Ibnu Umar r.a.
disebutkan:
"Jika kalian memperjualbelikan uang muka
(persekot), dan kalian menjadi penggembala-penggembala,
serta rela hanya dengan profesi pertanian hingga
meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah akan
menimpakan atas kalian kehinaan dan tidak akan dicabutnya
sehingga kalian kembali ke agama kalian."
Karena itulah salah seorang da'i Islam dewasa ini
mengatakan: "Dirikanlah wilayah Islam dalam hati kalian,
maka kelak akan terwujud di bumi kalian."
Sungguh amat indah pernyataan itu, dan yang lebih indah
dari pernyataan tersebut adalah firman Allah ini:
"Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah
dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan. " (at-Taubah: 105)
Di samping itu, buku mengenai silsilah hadits-hadits
dha'if dan maudhu' ini sangat membantu kita dalam usaha
memurnikan akidah dan pemikiran kita. Bila demikian, maka
sangat memungkinkan sekali bahwa kita tidak akan menerima
dan membangun sosok pribadi muslim yang dilandasi oleh
hadits-hadits palsu dan dha'if. Dengan begitu kita tidak
akan menerima dan mengamalkan kecuali hadits-hadits yang
sahih.
Apabila setiap amalan yang kita lakukan dilandaskan pada
petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. yang tertuang dalam
riwayat dan hadits-hadits sahih, maka seketika itu akan
jernihlah jiwa kita. Lubuk hati dan benak kita pun akan
bersinar. Kita akan terbebas dari segala bentuk penyakit
yang tersembunyi yang pernah membuat kita menderita.
Penyakit yang diakibatkan oleh hadits-hadits palsu dan
dha'if yang meracuni peribadatan atau bahkan akidah serta
pemikiran dan amalan dalam kehidupan kita.
Selain itu, kita harus selalu waspada dan menjaga
pendidikan jiwa kita --dan siapa saja yang menjadi tanggung
jawab kita-- dengan membiasakan dan menerapkan dalam
kehidupan ini pendidikan dan akhlak islamiyah yang benar,
yaitu akhlak Rasulullah saw. yang mulia. Janganlah memberi
peluang kepada hati dan jiwa kita ini untuk menerima atau
dipengaruhi lainnya, baik yang berasal dari Barat ataupun
Timur. Dengan demikian, niscaya akan baiklah had dan jiwa
kita; akan bahagialah kehidupan kita di dunia sebelum
menghadapi kebahagiaan di akhirat nand.
Yang kita butuhkan sekarang adalah mengubah keadaan
hingga kaum muslim di seluruh penjuru dunia benar-benar
dapat mengenyam kehidupan yang bahagia. Namun, semua ini
mustahil terwujud kecuali bila kita menguasai dan
mengamalkan sebab-sebabnya, sarananya, serta
aturan-aturannya. Perhatikanlah firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan
Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada
suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya, dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan
dikumpulkan. " (al-Anfal: 24)
Saya bermohon kepada Allah SWT semoga usaha ini
dijadikanNya sebagai amalan ikhlas yang diterima-Nya. Semoga
pula karya saya ini menjadi amal saleh yang dibalas-Nya
dengan pahala yang berlimpah. Sesungguhnya, hanya Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Menerima segala amalan.
(Muhammad Nashiruddin al-Albani)
|