Kumpulan Artikel Ilmu Pengetahuan
ANTARIKSA


 
Gatra, Nomor 18/IV, 21 Maret 1998
http://www.gatra.com/IV/18/ilt-18.html

Terjebak di Lembah Gelap

Keberadaan air di bulan sebatas di dasar kawah dalam di dekat
kedua kutub. Persediaannya cukup untuk koloni 2.000 orang
selama 100 tahun.

TAK sia-sia Lunar Prospector mengembara jauh di atas kedua kutub 
bulan. Setelah dua bulan mengorbit di ketinggian 100 kilometer di atas 
permukaan, dengan arah utara-selatan, satelit ''peliharaan" Badan 
Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) itu berhasil 
menyajikan data yang bisa mengindikasikan bahwa di bulan tersedia 
sejumlah air. Menurut siaran pers NASA awal pekan lalu, jumlah air itu 
cukup besar, 11-330 juta ton.

Air bulan itu berada di dasar kawah-kawah bulan, yang diameternya bisa
mencapai ratusan kilometer dengan kedalaman hingga 12 kilometer, yang
terserak di sekitar kutub utara dan selatan bulan. Lembah berair itu,
menurut taksiran NASA, 10.000-15.000 kilometer persegi ada di kutub 
utara dan 5.000-20.000 kilometer persegi di kutub selatan.

Penemuan itu cukup menyentak. Ketersediaan air ini seperti membuka 
peluang bagi orang Amerika, yang bermimpi membangun koloni di luar 
bumi. Membawa air dari bumi membuat mimpi itu mahal. Mengangkut 
satu liter air bumi ke bulan memerlukan ongkos US$ 10.000. Berapa 
biaya yang harus ditanggung bila orang Amerika, yang biasa
mengonsumsi 400 liter air sehari, untuk koloninya di bulan? Luar biasa 
mahal.

Namun air di bulan itu tidak terkumpul di danau yang bisa ditimba orang. 
Air di bulan ini berupa butiran-butiran es, yang terselip dan terjebak di 
antara debu dan batuan bulan (regolith) pada kedalaman 50-200 
sentimeter. Tak mudah mengambilnya, karena kadar air batuan itu hanya 
0,3%-1%.

Bagaimanapun keadaannya, bukti-bukti yang diungkap Lunar Prospector 
itu dianggap cukup terpercaya, setidaknya oleh Alan Binder dari Institut 
Riset Bulan di California, Amerika Serikat. "Ini pertama kalinya saya 
memperoleh bukti yang tak perlu dipertanyakan," katanya. Dr. Moedji 
Raharto, Ketua Jurusan Astronomi, Institut Teknologi Bandung, bahkan 
mengatakan bahwa keberadaan air di bulan itu membuka khazanah baru 
dalam hal kondisi geologis bulan. "Ini membuka jalan bagi pandangan dan 
penjelasan baru," katanya.

Selama ini, kata Moedji, para ahli menganggap bahwa air -lepas dari
mana pun asalnya- tak akan lama tertahan di bulan. Gravitasi yang kecil 
membuat gas-gas yang menghuni atmosfer bulan lepas ke angkasa luar 
dan tak kembali. Atmosfer bulan kosong. Vakum. Kalaupun ada air, kata 
Moedji, akan menguap dan terbang ke luar angkasa. Apalagi di siang hari 
(waktu bulan), suhu di permukaannya mencapai 1700C. Tapi kata Moedji 
pula, ada celah tempat air itu tersembunyi, yakni di bagian permukaan 
bulan yang tak pernah tersentuh sinar matahari.

Dalam penjelasan NASA, air itu memang berada di lembah-lembah 
gelap yang tidak pernah disorot sinar surya. Lembah gelap itu ada di 
dasar-dasar kawah yang dalam di sekitar kutub bulan. Air aman di sana, 
karena suhunya -1700C. Begitu tiba, air langsung menjadi serpihan es, 
dan tak pernah mencair atau menguap.

Isyarat adanya air di bulan itu mula-mula datang dari Clamentine, satelit
eksperimen yang dikelola Departemen Pertahanan Amerika Serikat. 
Sekitar pertengahan 1996, satelit ini membidikkan radarnya ke 
cerung-cerung kawah bulan. Ketika radar itu menimpa dasar kawah 
yang gelap di dekat kutub bulan, muncul isyarat aneh. Pantulan radar 
yang dideteksi di stasiun bumi terasa lebih keras dengan frekuensi yang 
berbeda ketimbang pantulan dari batuan bulan yang keras. Hal ini 
mengindikasikan adanya material ringan. Para ahli menduga, di situ ada 
air. Tapi kemungkinan adanya metana pun tak diabaikan.

Ekspedisi berikutnya diemban Lunar Prospector, satelit seberat 295 
kilogram berbentuk silinder pendek dengan tiga lengan antena, yang 
diluncurkan 7 Januari lalu dan sampai di tujuan 60 jam kemudian. Satelit 
ini membawa Spektrometer Netron. Instrumen ini telah teruji mampu 
mendeteksi air dalam tanah, meski kadarnya 0,01%, dari jarak 100 
kilometer. Spektrometer Netron melakukan pengindraan air lewat 
pendeteksinya, atom hidrogen. Maka muncullah pernyataan NASA: 
"Kemungkinan besar di bulan ada air."

Sejauh ini, belum ada kesepakatan tentang teori dari mana air itu 
datang. Para ahli NASA, untuk sementara ini, menduga bahwa air itu 
dibawa komet atau meteor yang menumbuk bulan. Tumbukan itu tentu 
terjadi di banyak tempat. Tapi air yang jatuh di tempat terbuka hanya 
sejenak di bulan. Sengatan sinar matahari, ditambah atmosfer yang 
vakum, dengan cepat membuat air itu berubah menjadi gas, lalu terbang.
Hanya di tempat-  tempat gelap itu keberadaan air lebih lestari. Para ahli 
NASA  memperkirakan, air itu telah ada di lembah-lembah gelap bulan 
selama jutaan tahun.

Cadangan 330 juta ton air ini memungkinkan umat manusia membangun 
koloni di bulan dengan populasi 2.000 orang, dan hidup selama 100 tahun 
tanpa harus melakukan daur ulang. Tapi bukan semata-mata "mimpi 
koloni" itu, penemuan Lunar Prospector menjadi penting. Temuan ini juga 
diharapkan bisa menguak rahasia meteor yang menumbuk permukaan 
bulan dan akibatnya, bahkan tentang misteri kawah-kawah yang 
membuat wajah asli bulan bopeng bukan main.

(Putut Trihusodo)
 
 
 

 

Koleksi Artikel
Link Artikel
Link Situs


ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Database | Anggota


Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.