|
|
Bacalah! dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakanmu... (QS 96:1) Seandainya saya harus mengulangi hidup saya, saya tidak akan meminta orang lain untuk membesarkan saya. Hidup keseharian saya, dan cara berpikir saya, merupakan gaya Islam dan gaya kakek-nenek saya --Aminah dan Sadru-Din Ali. Sembilan puluh persen kehidupan saya dibentuk oleh mereka. Kebutuhan duniawi saya dipenuhi oleh ayah. Dan saya belajar dari kesalahan ibu saya. Sembilan puluh persen dari tingkah laku saya, saya pikir berasal dari Islam dan dari kakek-nenek saya. Segala sesuatu yang mereka lakukan, mereka pertimbangkannya dari segi agama. Tetapi mereka membolehkan saya pergi kemana saja. Sebagai anggota Nation, apakah Anda percaya bahwa orang kulit putih itu adalah iblis? Saya belum cukup dewasa untuk memandang seorang kulit putih dan berkata, "Oh, ini iblis itu!" Tetapi saya tahu itulah keseluruhan konsepnya. Saya tidak pernah benar-benar memahaminya karena saat itu saya masih terlalu muda. Saya masih bermain dengan boneka saya. Nation sangat tepat dalam aksi tetapi tidak dalam konsep. Aksi mereka selama ini adil dan benar --saya harap kaum Muslim sekarang bertindak seperti Nation. Mereka terorganisir. Saya bangga menjadi seorang gadis kecil Muslimah. Ayah saya seorang yang sangat sensitif. Jika dia melihat seseorang dalam kesulitan, dan dia tidak terburu-buru untuk suatu urusan, dia akan segera menolong orang tersebut, karena dia merasa bahwa itu merupakan suatu berkah. Pada suatu malam, ketika itu turun hujan, dia pergi sendiri mengendarai mobilnya kemudian dia membawa pulang sebuah keluarga. Mereka terdiri dari seorang ibu, bapak, dua bayi dan seorang anak berumur tujuh tahun. Kebetulan istrinya, Veronica, sedang bepergian ke luar negeri, dan dua anaknya yang lain bermalam di rumah teman mereka. Dia menempatkan keluarga itu di kamar anak-anaknya dan menyuruh mereka tidur di sana. Dia memberi mereka makan, dan membelikan tiket kereta api supaya mereka dapat kembali ke daerah asal mereka. Ayah saya tidak takut akan apa pun. Kami sering bepergian. Di bandar udara, saya mengamati betapa setiap orang yang kami temui mengenalinya. Jika kami di jalan, mereka meneriakkan namanya. Saya tahu ayah saya tidak mengenal orang-orang itu. Jadi, ayah saya seperti seorang bintang di film-film televisi atau di bioskop. Ketika saya mulai dapat berjalan dan bicara, saya mengetahui dia orang yang terkenal, karena saya pergi bersamanya untuk beberapa wawancara. Saya selalu bersama ayah. Saya selalu ingin berada di sampingnya. Saya sangat mencintainya. Dia banyak bermain dan bercanda dengan saya. Tetapi saya tidak terlalu dilindungi. Saya banyak melihat hal yang sebenarnya tidak seharusnya saya lihat pada usia lima, enam atau tujuh tahun. Saya selalu ingin tahu ketika masih kecil. Saya ingin tahu segala sesuatu yang terjadi, dan melihat segala sesuatu yang seharusnya tidak saya lihat. Maksud saya, dunia seolah berada di rumah saya. Saya melihat artis penipu meminta uang, para wanita membenci ibu saya, berusaha mengerling ayah saya. Saya melihat semuanya. Pada usia muda saya sudah melihat bagaimana orang dapat begitu manipulatif. Jika saya melihat seorang wanita mendekati ayah lalu dia memberikan tanda tangannya dan sebuah ciuman di pipi serta beramah-tamah dengannya, saya akan berkata, "Saya akan bilang pada sang Utusan!" Sebab sebesar apa pun cinta saya pada ayah saya, saya tahu siapa bossnya, dan itu adalah Elijah Muhammad. Dia begitu setia pada sang Utusan tersebut. Apakah menurut Anda menjadi putri Muhammad Ali membantu Anda mendapatkan sebuah persetujuan rekaman? Tidak, hal itu tidak membantu. Bisnis ini sangat berat, memakan waktu. Anda akan melihat banyak orang dalam bisnis ini harus menunggu selama sepuluh tahun untuk mendapatkan sebuah persetujuan rekaman. Ada juga orang yang tidak mempunyai ayah yang terkenal yang hanya menunggu satu tahun. Dengan menjadi putri Ali, secara otomatis kaum muda akan mengenal saya. Kesan pertama yang mereka dapatkan adalah --Saya ragu, jangan-jangan dia dimanja. Saya khawatir jangan-jangan dia telah memiliki segalanya. Itulah hal pertama yang dipikirkan kawan sebaya saya --sampai mereka merasa harus mengenal saya. Jadi saya pikir sulit sekali bagi saya untuk membuktikan keberadaan saya di musik rap. Sulit sekali, karena orang-orang hanya menunggu saya untuk mencari-cari hal yang tidak mereka sukai. Saya harus meyakinkan bahwa segala sesuatunya telah sempurna. Saya merasa harus menjelaskan latar belakang saya --bahwa saya tidak dibesarkan sebagai orang kaya. Satu-satunya jalan agar mereka mau membeli kaset Anda adalah dengan membuat mereka menyukai Anda. Mengapa memilih musik rap? Latar belakang Anda sebenarnya tidak mendukung Anda menjadi seorang penyanyi rap. Itu sangat mendukung. Ada dua alasan: Kedua orang tua saya adalah entertainer. Ibu saya seorang fotografer. Ayah saya seorang penghibur. Dia seorang atlet. Ketika saya masih kecil, saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang penghibur. Ayah saya memegang teguh agamanya dan berjuang lewat tinju. Dia seperti seseorang yang senantiasa menyampaikan sebuah pesan. Saya banyak mewarisi sifat ayah saya. Medium saya adalah musik rap. Karena berada di dunia hiburan, ayah tahu pengaruh-pengaruh negatif dan kesalahan yang diperbuatnya pada masa kejayaannya. Dia tidak ingin kesalahan itu terjadi pada saya, dia hanya merasa tidak yakin. Tetapi dia tidak pernah memarahi saya. Sebuah syair lagu saya mengatakan, "Belajarlah dari seorang rekan Muslimah..." Saya membiarkan orang-orang tahu bahwa saya seorang Muslim, dan saya menyampaikan itu pada semua orang. Semua anak muda sekarang mendengarkan musik rap, itulah yang menjadi motivasi saya. Album solo saya yang pertama diedarkan tahun lalu. Judulnya Life's a Test. Sebenarnya, ketika saya sedang membaca Al-Quran dan melihat catatan kakinya, saya memahami bahwa hidup adalah sebuah ujian dan saya berkata, wah, ini judul yang bagus! Paragraf pertamanya berbunyi:
Setiap orang mempunyai idola atau seseorang yang benar-benar mereka sukai. Dan setiap tahun, saya bertemu seseorang yang saya hormati, saya kagumi atau saya lihat berita yang mengagumi ayah saya. Siapa pun dia, mereka mencintai ayah saya. Orang awam tidak pernah mengalami perhatian semacam itu dari seseorang yang merendahkan diri mereka kepada ayah Anda. Di satu pihak hal itu seperti tertuju kepada Anda. Saya mendapat semangat dari keadaan itu. Saya pikir ini sungguh menggembirakan. Tidak seperti kebanyakan anak lain, saya ingat karir ayah saya dan banyak menghabiskan waktu bersamanya selama karirnya. Saya ingat ketika dia berlatih untuk beberapa pertarungan. Saya melihatnya di Deer Lake bersama Larry Holmes sebagai mitra tandingnya. Orang-orang berdatangan, dan mereka memadati sasana tersebut. Saya ingat Don King selalu berada di jajaran para kru. Ayah sering kali mengancam akan memotong rambutnya. Suasana di sana selalu menyenangkan. Melihat dedikasinya, betapa berat dia bekerja. Saya jadi mengerti kita tidak akan menjadi yang terbaik di suatu bidang jika tidak bekerja ekstra keras. Adakah suatu pertandingan di mana Anda mengharapkan dia kalah sehingga dia akan berhenti bertinju? Trevor Berbick. Pertarungan yang paling menyakitkan bagi saya untuk ditonton adalah pertandingannya melawan Larry Holmes. Saya tidak berada di sana. Saya menyaksikannya di televisi bersama sekelompok orang asing di pusat kota Chicago. Mereka tidak mengetahui putri petinju itu ada di antara mereka, duduk di bagian belakang. Dia seharusnya sudah berhenti bertinju --sebelum melawan Larry Holmes. Dia kehilangan kekuatannya dengan cepat. Para kru dan manajernya berkata, Ayo, serang, Ali, ini pertarunganmu yang terakhir. Dan saya tahu dia tidak memiliki kekuatan untuk itu. Sungguh menyakitkan. Maksud saya, dia bukan lawan Larry Holmes pada usianya saat itu. Saya merasa sayalah yang dipukuli. Kemudian dia bertarung lagi. Kami semua larut dalam pertarungan itu, dan saya tahu Berbick tidaklah sekuat Larry Holmes. Seluruh keluarga kami membicarakan hal itu. Kami merasa kami menginginkan ayah kalah sebab dia tidak perlu bertanding lagi. Banyak sekali tekanan dari luar yang mengatakan padanya, selama engkau masih menang, teruslah bertarung --sebab mereka menginginkan uangnya. Yang mereka pikirkan hanyalah uang --uang! uang! uang! Keluarga kami tahu itu tidak baik untuk kesehatannya. Ketika dia kalah, saya pergi [mendesah lega]. Saya begitu bahagia. Bukan hanya dia tidak terluka. Dia tidak mendapat pukulan yang berbahaya. Itu benar-benar pertarungan yang berakhir seri. Dan saya pikir para juri memberikan kemenangan pada Berbick sebab dia tidak perlu menang. Kadang-kadang, saya ingat bagaimana dia dahulu terbiasa berbicara cepat, tetapi sekarang tidak lagi. Ketika saya bersama ayah, saya merasa bahagia. Saya banyak menghabiskan waktu bersama ayah. Saya banyak melakukan kesalahan dalam hidup saya. Saya lebih suka dihukum di sini sekarang daripada dihukum di Hari Akhir. Dan saya mempercayai ayah. Selama dia bahagia dan sehat, dan dapat melakukan apa yang diinginkannya, saya bahagia. Adakah gurauan- gurauan tertentu dalam lagu Anda? Saya mempunyai sebuah gurauan tentang ayah saya. Saya bilang dia bukan ayah sebagaimana umumnya. Dia tidak meninabobokan saya dengan lagu anak-anak yang biasa. Dia menciptakan sendiri syairnya. Itu sedikit menakutkan saya. Dia akan merebahkan saya di tempat tidur dan menyanyikan:
Saya mengkritik hubungan bebas pria-wanita yang banyak terjadi sekarang. Saya katakan seorang laki-laki akan menghampiri saya hari ini lalu mengajak saya keluar, dan bisa jadi menginginkan bersama saya malam itu. Saya berkata: Maka suatu saat orang itu melakukan hal tersebut. Kami berada di lampu merah jalan raya; saya mengendarai mobil kecil saya yang terbuka kapnya. Dia memandang saya. Dia berkata, "Hey, sayang. Bagaimana kalau kamu dan saya bersama malam ini?" Saya berkata, "Boleh. Saya hanya ingin membuat kamu tahu bahwa saya seorang pembunuh." Dia berkata, "Tenang, kita sama." Saya berkata, "Oh, baik. Saya juga ingin memberitahu kamu bahwa saya telah dites HIV-positif." Dia berkata, "Saya mencintai kamu. Kita mempunyai dua kesamaan." Lalu saya mengendarai mobil saya menjauhinya. Saya harus jujur: Saya tidak suka suasana di klub-klub komedi. Itulah sebabnya saya tidak mencoba untuk menjadi seperti Whoopi Goldberg atau Eddie Murphy. Dan saya harus menahan diri. Kadang-kadang kita sangat ingin melucu sehingga kita mengikuti orang yang kasar dan kotor, sekalipun sebenarnya kita tidak ingin terjebak ke dalam perangkap itu. Mungkin Anda berpikir, 'kan saya dapat melakukannya hanya untuk melucu. Tetapi saya bukan tipe orang yang cabul dan saya tidak memperbincangkan masalah seks. Saya bertemu Prince setelah Purple Rain. Dia seorang bintang. Tetapi Prince selalu mengganggu saya. Saya tidak mengatakan saya tidak menikmati lagu-lagunya; saya berkata sebagai pribadi, saya tidak menaruh rasa hormat terhadap Prince. Saya tidak pernah, membeli kaset Prince sejak saat saya bertemu dengannya. Saya tidak suka mendengar lirik-liriknya. Saya tidak tahan mendengarkan "Cream --Get on top". Saya tidak sanggup menyanyikannya. Saya berjuang untuk menjadi suatu alternatif dan berharap dapat menjadi pemimpin. Segera setelah Anda mendapatkan sebuah posisi di mana Anda dapat menarik berjuta penggemar, Anda akan menjadi pemimpin, suka atau tidak. Mungkin seorang penyanyi rap akan berkata, Saya seorang artis; Saya tidak bertanggung jawab terhadap siapa pun. Jika Anda berkata sesuatu kepada seseorang, khususnya kepada berjuta-juta orang, Anda akan berpengaruh terhadap mereka, dan itu merupakan tanggung jawab Anda. Itulah yang diajarkan dalam agama kami. Kami mempercayai hal itu sebagai Muslim. Saya mendapati bahwa tinggal di Amerika membuat saya jadi cepat marah. Jika ada sesuatu yang mengganggu saya, saya hanya ingin memusatkan perhatian pada apa yang harus saya lakukan sebagai seorang Muslim. Bagaimana saya harus bertindak? Ketika saya bersujud dan berdoa, saya akan berdoa di dalam hati: Berlakulah sebagai seorang Muslim sebisa mungkin untuk Allah, untuk dirimu sendiri, untuk orang lain, sehingga mereka dapat belajar dari perilaku saya. Catatan kaki:14 Scottie Brothers Records, 1992. |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota Dirancang oleh MEDIA,
1997-2000. |