Tasyakur Seabad 1896-1996

Indeks Islam | Indeks Ahmadiyyah | Indeks Qadian | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

     MENGENAL POKOK-POKOK AJARAN HADHRAT MIRZA GHULAM AHMAD
     
     Oleh: M. Dasron Hamid
     (Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
     
     Disampaikan pada
     Tasyakur Seabad 1896-1996 Karya Agung
     Mirza Ghulam Ahmad
     FILSAFAT AJARAN ISLAM
     Jemaat Ahmadiyah Indonesia
     Gedung Graha Sabha Pramana, Auditorium UGM
     6 Januari 1997
     
     I
     
     Aspek yang cukup menonjol dari buku  Filsafat  Ajaran  Islam
     karangan   Hadhrat   Mirza   Ghulam  Ahmad  adalah  saratnya
     pembicaraan mengenai akhlak. Buku ini menjadi sangat penting
     pada  dewasa  ini,  khususnya  bagi  bangsa Indonesia ketika
     persoalan moral ataupun akhlak menjadi  sesuatu  yang  mudah
     untuk diucapkan namun susah untuk dipraktekkan.
     
     Sesuai dengan pengantar yang diberikan, buku Filsafat Ajaran
     Islam memang dimaksudkan untuk  memberikan  uraian  mengenai
     lima macam masalah menurut kacamata Islam, yaitu :
     
     1.Keadaan  jasmani, akhlak dan rohani manusia. 2.Keadaan
     manusia sesudah mati. 3.Tujuan sebenarnya hidup  manusia
     di  dunia  dan  cara mencapalnya. 4.Dampak amal perbuatan
     manusia di  dunia  dan  di  hari  kemudian.  5.Jalan  dan
     sarana-sarana untuk mendapatkan ilmu makrifah Illahi.
     
     Berangkat  dari  lima  permasalahan  inilah,  penulis  ingin
     mengajak    para    pembaca     agar     mampu     melakukan
     perbaikan-perbaikan  dalam hidupnya. Dengan melihat realitas
     tentang tiga sumber keadaan manusia, yang terdiri atas nafsu
     ammarah,  nafsu  lawwamah  dan  nafsu muthmainnah, maka cara
     memperbaikinya pun meliputi tiga macam.
     
     Pertama, ialah mengangkat derajat  orang-orang  biadab  yang
     tidak  mengenal  sopan  santun bermartabat budi pekerti yang
     bersifat dasar.
     
     Kedua, jika orang tersebut sudah menguasai adab sopan santun
     kemanusiaan secara sederhana, maka kepadanya perlu diajarkan
     budi pekerti kemanusiaan yang lebih tinggi tingkatannya.
     
     Ketiga, bahwa kepada orang-orang  saleh,  yaitu  orang-orang
     yang  sudah  memiliki nilai-nilai akhlak fadhilah, hendaknya
     diajarkan tentang kecintaan terhadap  Ilahi  dan  kesyahduan
     perjumpaan dengan-Nya.
     
     II
     
     Dalam  upaya  agar orang terhindar dari kejahatan, ada empat
     macam  perilaku  yang  perlu  diwujudkan  dalam   kehidupan.
     Pertama,  Ihshan  yaitu  upaya  penjagaan kesucian diri dari
     persoalan seksual, atau 'Iffah, yaitu menjaga kesucian  diri
     dalam  hal-hal  yang  terlarang.  Ihshan atau pun 'Iffah ini
     baru  bermakna   penjagaan   kesucian   diri   ketika   yang
     bersangkutan   memang  memiliki  kemampuan  untuk  melakukan
     tindak kejahatan  tersebut.  Kedua,  amanah  dan  kejujuran,
     yaitu  tidak suka merugikan orang lain dengan cara licik dan
     niat yang kurang baik. Ketiga, Hudnah atau Haun yaitu  suatu
     sikap  yang  tidak  mau  menyakiti  orang  lain secara fisik
     dengan cara aniaya serta berperilaku santun dalam  menjalani
     kehidupan  ke  arah  kedamaian.  Keempat,  Rifq, yaitu sopan
     santun dan Qaul Hasan, yaitu tutur kata yang  baik.  Keempat
     hal  inilah yang perlu diwujudkan dalam kehidupan agar orang
     terhindar dari kejahatan kolektif maupun kejahatan personal.
     
     Pada sisi lain ada  nilai-nilai  kebaikan  yang  juga  harus
     diwujudkan  dalam  kehidupan  seperti,  memaafkan  kesalahan
     orang lain ('afwun), bersikap adil,  berbuat  baik  (ihsan),
     membantu   kaum   kerabat   (Itai  dzil  qurba),  keberanian
     (Syaja'ah),  lurus  hati,   kesabaran,   dan   rasa   kasih.
     Sifat-sifat  ini  senantiasa  perlu dipupuk demi terwujudnya
     kehidupan akhlak yang terpuji.
     
     Dari ajaran-ajaran  akhlak  yang  disampaikan  oleh  hadhrat
     Mirza   Ghulam  Ahmad  inilah  kita  melihat  bahwa  Jema'at
     Ahmadiyah  memiliki  semangat  yang  sangat   tinggi   dalam
     mewujudkan nilai-nilai akhlak dalam kehidupan umat manusia.
     
     Penulis  juga  memberikan  jawaban tentang tujuan sebenarnya
     hidup manusia di dunia dan cara  mencapainya.  Bahwa  tujuan
     hakiki  yang  telah  ditetapkan  oleh  Allah dalam Al-Qur'an
     adalah sebagaimana tertuang dalam Surat AdzDzaariat ayat: 56
     yang  artinya:  "Dan  tidak  Aku  ciptakan  jin  dan manusia
     kecuali  untuk  menyembah-Ku."  Menurut  ayat   ini   tujuan
     sebenarnya   dari   hidup  manusia  di  dunia  adalah  untuk
     menyembah Allah dan mengenal Allah  dengan  penyerahan  diri
     sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu tugas hidup manusia
     sesungguhnya, harus bermuara pada pengabdian kepada Allah.

Indeks Islam | Indeks Ahmadiyyah | Indeks Qadian | Indeks Artikel | Tentang Pengarang
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team