| |
|
PERTANYAAN (10) CAHAYA SEJARAH KENABIAN (2/3) WILSON: Sesuai dengan keterangan anda, tujuan yang sangat baik tidak memisahkan kepercayaan pada satu atau dua masyarakat- masyarakat atau bangsa-bangsa tetapi untuk mengembangkan kepercayaan yang benar ke seluruh dunia dan memperkenalkan prinsip-prinsipnya kepada seluruh bangsa-bangsa. Ini nampaknya tidak demikian. Taurat (Old Testament) berulang-ulang mengatakan Tuhannya Israelites memilih bangsa. Ini menunjukkan bahwa Israelites yang diutamakan dari berita-berita yang sangat baik itu. CHIRRI: Maksud Tuhan memberi Ishak agar anak-anak Israel memeluk dan mengikuti dengan tulus perintah-perintah yang baik itu dan memimpin bangsa-bangsa pada apa yang dikehendaki Tuhan. Tetapi Israelites tidak dapat hidup sesuai dengan pengharapan ini. Hanya sebagian kecil yang mengikuti pengajaran yang baik itu dan bahwa sebagian kecil itu tak sanggup menciptakan kepercayaan itu secara umum. Sebagai hasilnya, berturut-turut nabi dari Israil diperlukan untuk berbicara pada rakyatnya sesuai dengan kemampuan pengertiannya. Di bawah keadaan demikian kepercayaan itu dinyatakan (dikhususkan) sebagai kesukuan atau bangsa: Tuhan adalah Tuhan bagi Israel, dan Israelite adalah rakyat pilihanNya. Nabi-nabi telah mencoba membuat masyarakat Yahudi memeluk kepercayaan dengan tulus. Seluruh Nabi-nabi Israel dihubungkan dengan masyarakat itu, dan tak seorangpun dari bangsa-bangsa yang bukan bangsa Yahudi adalah hubungan utama mereka. Bahkan Yesus, sesuai dengan Mathew, mempunyai sikap yang sama: "Maka Yesuspun keluarlah dari sana, serta berangkat ke jajahan Tsur dan Sidon. Maka adalah seorang perempuan Kanani datang dari jajahan itu, serta berteriak, katanya: "Ya, Tuhan, ya Anak Daud, kasihanilah hamba, karena anak hamba yang perempuan dirasuk setan terlalu sangat." Tetapi sepatah katapun tiada dijawab oleh Yesus kepada perempuan itu. Maka datanglah murid-muridNya meminta kepadaNya, serta berkata. "Suruhlah perempuan itu pergi karena ia berteriak-teriak di belakang kita." Maka jawab Yesus, katanya: "Tiadalah Aku disuruh berbuat kepada yang lain kecuali hanya kepada segala domba yang sesat dari antara bani Israel." Maka datanglah perempuan itu sujud menyembah Dia, katanya: "Ya, Tuhan, tolonglah hamba!" Tetapi jawab Yesus, kataNya: "tiada patut diambil roti dari anak-anak, lalu mencampakkan kepada anjing." Mathew fasal 15. WILSON: Bible memberitakan pada kita bahwa Tuhan meminta (menganjurkan) Ibrahim agar mendengarkan Sarah, isterinya, dan membuang Ismail di padang pasir Paran, dimana tidak ada makanan juga tidak ada air. Ini tidak hanya nampak tidak adanya belas-kasih, tetapi juga menunjukkan bahwa Tuhan tidak mempunyai maksud (tujuan) pada Ismail dan anak-anaknya. CHIRRI: Persiapan Ishmaelites telah dinyatakan sejak Tuhan menasehatkan pesuruhNya Ibrahim untuk mendengarkan isterinya, Sarah, dengan mengirimkan Ismail dan ibunya Hagar ke padang pasir Paran. Pembaca buku Taurat diberi hak untuk heran tentang kebijaksanaan yang demikian yang nampaknya sangat kejam dan tak mempunyai belas-kasih. Tetapi bila kita memikirkan dengan seksama urutan kejadian yang mengambil bagian dalam sejarah ini, kita akan mengerti kebijaksanaan ini. Tugas mengembangkan Agama yang benar adalah tugas merubah karakter perorangan dan merubah kehidupan bangsa-bangsa. Mula-mula timbulnya bentrokan pada tugas ini adalah tidak adanya persetujuan antara pengajar dari ideologi baru ini dan yang dicoba dipengaruhi. Percobaan demikian biasanya menemui rintangan, dan tidak mengherankan bila rintangan ini didahului dengan bentrokan-bentrokan. Dalam hal demikian, kebebasan mempercayai, menyebarkan dan melaksanakan yang dikehendaki untuk berhasilnya tugas itu akan diancam, dan dapat diamankan dan dilindungi, di dalam daerah yang tidak demokratis, hanya bila pertahanan ideologi yang baru ini siap sedia menerima tantangan dan menghadapi kekerasan dengan kekerasan. Misi-misi ini kemudian memerlukan dukungan pimpinan yang kuat, berani dan masyarakat yang patuh (taat) yang siap sedia untuk membuat setiap pengorbanan yang mahal tanpa kebimbangan. Dari seluruh bangsa-bangsa (Timur Tengah) bangsa Arab, untuk berabad-abad telah unggul dan menguasai penampilan-penampilan yang demikian. Jazirah Arab tidak dimasuki dan dilanggar dan ditakluki oleh kekuatan asing. Perorangan Arab ini suka akan kebebasan yang tidak dihalang-halangi oleh pemerintah-pemerintahnya. Untuk ini, dia menjadi percaya pada diri sendiri, siap sedia melindungi dirinya dan kebebasannya oleh kekuatannya sendiri dan mewujudkan keinginannya menjadi tindakan. Suatu bangsa yang terdiri dari individu-individu yang demikian mampu membawa misi yang besar, dan bila diberi pimpinan yang luar biasa akan dapat membuat keajaiban. Untuk memberi Agama Ibrahim kekuatan itu dan keberanian dan untuk menyiapkan bangsa itu untuk memiliki keberuntungan yang besar, Yang Maha Kuasa menasehatkan pesuruhNya Ibrahim untuk mendengarkan isterinya, Sarah, dengan mengirimkan anaknya Ismail pergi dan dia akan tinggal di antara orang-orang Arab. Melalui hubungannya dengan bangsa Arab ini, keturunan Ismail menjadi satu dengan mereka dan menjadi bangsa yang besar yang dikodratkan membawa misi yang besar pada masa depan yang jauh. "Maka didengar Allah suara budak itu, lalu berserulah Malaikat Allah dari langit kepada Hagar, hai Hagar! Janganlah takut, karena Allah telah mendengar suara budak itu dari tempatnya. Bangunlah engkan, angkatlah budak itu, sokonglah dia, karena Aku hendak menjadikan dia suatu bangsa yang besar, maka dicelikan Allah mata Hagar, sehingga terlihatlah ia suatu mata air, lalu pergilah ia mengisi kirbat itu dengan air, diberinya minum budak itu. Maka Allah menyertai budak itu sehingga besarlah dia, lalu iapun duduk di padang belantara dan menjadi seorang pemanah." Genesis, fasal 21. Dengan menempatkan Ismail di Jazirah Arab, Ibrahim telah menanamkan benib-benih kepercayaannya di tanah Arab. Untuk membuat benih itu tumbuh dan melanjutkan kepercayaannya dia meletakkan dasar untuk masa mendatang dengan membangun Rumah Suci Ka'bah, di antara negara-negara Arab sebagai tempat suci dari Tuhan yang pertama di dunia. Sebagai Tuhan meramalkan Ibrahim dan sebagai harapan Ibrahim, rumah itu menarik penduduk Arab dan menjadi tempat suci di daerah itu. Di sekitar situ dibangun kota suci Mekkah dan sejak itu sejumlah besar penziarah yang mengunjungi Rumah Suci itu dan penyembah Tuhan di bangunanNya. (bersambung ke-3/3) |
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |