BAGIAN KESEMBILAN: IKRAR1 'AQABA
(2/2)
Apabila iman itu merupakan landasan yang paling kuat,
yang akan membuat segalanya di hadapan kita menjadi kecil,
dan untuk itu dengan segala senang hati orang mengorbankan
harta bendanya, kesenangan, kebebasan dan seluruh hidupnya,
apabila penganiayaan itu dengan sendirinya akan membuat iman
seseorang bertambah dalam, maka penganiayaan dan pengorbanan
yang terus-menerus itu bagi seorang mukmin akan membuatnya
ia merenungkan lebih dalam lagi, akan memberinya ruangan
yang lebih luas serta pengertian tentang kebenaran yang
lebih dalam dan kuat. Dahulu Muhammad pernah menganjurkan
kepada pengikut-pengikutnya supaya mereka mengungsi ke
Abisinia daerah Kristen, karena di situ ada kebenaran, ada
seorang raja yang adil. Maka akan lebih baiklah bila
sekarang kaum Muslimin itu mengungsi ke Yathrib, dapat
saling memperkuat diri dengan sahabat-sahabat kaum Muslimin
di sana, dapat saling tolong-menolong dalam menahan bahaya
yang mungkin menimpa mereka. Dengan begitu mereka akan
mendapat kebebasan dalam merenungkan agama serta
berterang-terang pula guna mengangkat martabat mereka,
sebagai jaminan suksesnya dakwah agama ini, suatu dakwah
yang tidak mengenal paksaan, melainkan dasarnya adalah
kasih-sayang, dapat meyakinkan dan bertukar pikiran dengan
cara yang baik.
Tahun ini - 622 M - jemaah haji dari
Yathrib praktis jumlahnya banyak sekali, terdiri dari
tujuhpuluh lima orang, tujuhpuluh tiga pria dan dua wanita.
Mengetahui kedatangan mereka ini, terpikir oleh Muhammad
akan mengadakan suatu ikrar lagi, tidak terbatas hanya pada
seruan kepada Islam seperti selama ini, yang selama
tigabelas tahun ini terus-menerus dilakukannya, dengan
lemah-lembut, dengan segala kesabaran menang gung pelbagai
macam pengorbanan dan kesakitan - melainkan kini lebih jauh
lagi dari itu. Ikrar itu hendaknya menjadi suatu pakta
persekutuan, yang dengan demikian kaum Muslimin dapat
mempertahankan diri: pukulan dibalas dengan pukulan,
serangan dengan serangan. Muhammad lalu mengadakan pertemuan
rahasia dengan pemimpin-pemimpin mereka.
Setelah ada kesediaan mereka, dijanjikannya pertemuan itu
akan diadakan di 'Aqaba pada tengah malam pada hari-hari
Tasyriq.3 Peristiwa ini oleh Muslimin Yathrib
tetap dirahasiakan dari kaum musyrik yang datang
bersama-sama mereka. Menunggu sampai lewat sepertiga malam
dari janji mereka dengan Nabi, mereka keluar meninggalkan
kemah, pergi mengendap-endap seperti burung ayam-ayam,
sembunyi-sembunyi jangan sampai rahasia itu terbongkar.
Sesampai mereka di gunung 'Aqaba, mereka semua memanjati
lereng-lereng gunung tersebut, demikian juga kedua wanita
itu. Mereka tinggal di tempat ini menunggu kedatangan
Rasul.
Kemudian Muhammad pun datang, bersama pamannya 'Abbas b.
Abd'l-Muttalib - yang pada waktu itu masih menganut
kepercayaan golongannya sendiri. Akan tetapi sejak sebelum
itu ia sudah mengetahui dari kemenakannya ini akan adanya
suatu pakta persekutuan; dan adakalanya hal ini dapat
mengakibatkan perang. Disebutkan juga, bahwa dia sudah
mengadakan perjanjian dengan Keluarga Muttalib dan Keluarga
Hasyim untuk melindungi Muhammad. Maka dimintanya ketegasan
kemanakannya itu dan ketegasan golongannya sendiri, supaya
jangan kelak timbul bencana yang akan menimpa Keluarga
Hasyim dan Keluarga Muttalib, dan dengan demikian berarti
orang-orang Yathrib itu akan kehilangan pembela. Atas dasar
itulah, maka 'Abbas yang pertama kali bicara.
"Saudara-saudara dari Khazraj!" kata 'Abbas. "Posisi
Muhammad di tengah-tengah kami sudah sama-sama tuan-tuan
ketahui. Kami dan mereka yang sepaham dengan kami telah
melindunginya dari gangguan masyarakat kami sendiri. Dia
adalah orang yang terhormat di kalangan masyarakatnya dan
mempunyai kekuatan di negerinya sendiri. Tetapi dia ingin
bergabung dengan tuan-tuan juga. Jadi kalau memang tuan-tuan
merasa dapat menepati janji seperti yang tuan-tuan berikan
kepadanya itu dan dapat melindunginya dari mereka yang
menentangnya, maka silakanlah tuan-tuan laksanakan. Akan
tetapi, kalau tuan-tuan akan menyerahkan dia dan
membiarkannya terlantar sesudah berada di tempat tuan-tuan,
maka dari sekarang lebih baik tinggalkan sajalah."
Setelah mendengar keterangan 'Abbas pihak Yathrib
menjawab:
"Sudah kami dengar apa yang tuan katakan. Sekarang
silakan Rasulullah bicara. Kemukakanlah apa yang tuan
senangi dan disenangi Tuhan."
Setelah membacakan ayat-ayat Qur'an dan memberi semangat
Islam, Muhammad menjawab:
"Saya minta ikrar tuan-tuan akan membela saya seperti
membela isteri-isteri dan anak-anak tuan-tuan sendiri."
Ketika itu Al-Bara' b. Ma'rur hadir. Dia seorang pemimpin
masyarakat dan yang tertua di antara mereka. Sejak ikrar
'Aqaba pertama ia sudah Islam, dan menjalankan semua
kewajiban agama, kecuali dalam sembahyang ia berkiblat ke
Ka'bah, sedang Muhammad dan seluruh kaum Muslimin waktu itu
masih berkiblat ke al-Masjid'l-Aqsha. Oleh karena ia
berselisih pendapat dengan masyarakatnya sendiri, begitu
mereka sampai di Mekah segera mereka minta pertimbangan
Nabi. Muhammad melarang Al-Bara' berkiblat ke Ka'bah.
Setelah tadi Muhammad minta kepada Muslimin Yathrib
supaya membelanya seperti mereka membela isteri dan
anak-anak mereka sendiri, Al-Bara' segera mengulurkan tangan
menyatakan ikrarnya seraya berkata: "Rasulullah, kami sudah
berikrar. Kami adalah orang peperangan dan ahli bertempur
yang sudah kami warisi dari leluhur kami."
Tetapi sebelum Al-Bara' selesai bicara, Abu'l-Haitham
ibn't-Tayyihan datang menyela:
"Rasulullah, kami dengan orang-orang itu - yakni
orang-orang Yahudi - terikat oleh perjanjian, yang sudah
akan kami putuskan. Tetapi apa jadinya kalau kami lakukan
ini lalu kelak Tuhan memberikan kemenangan kepada tuan, tuan
akan kembali kepada masyarakat tuan dan meninggalkan
kami?"
Muhammad tersenyum, dan katanya:
"Tidak, saya sehidup semati dengan tuan-tuan. Tuan-tuan
adalah saya dan saya adalah tuan-tuan. Saya akan memerangi
siapa saja yang tuan-tuan perangi, dan saya akan berdamai
dengan siapa saja yang tuan-tuan ajak berdamai."
Tatkala mereka siap akan mengadakan ikrar itu, 'Abbas b.
'Ubada datang menyela dengan mengatakan:
"Saudara-saudara dari Khazraj. Untuk apakah kalian
memberikan ikrar kepada orang ini? Kamu menyatakan ikrar
dengan dia tidak melakukan perang terhadap yang hitam dan
yang merah4 melawan orang-orang itu.5
Kalau tuan-tuan merasa, bahwa jika harta benda tuan-tuan
habis binasa dan pemuka-pemuka tuan-tuan mati terbunuh,
tuan-tuan akan menyerahkan dia (kepada musuh), maka (lebih
baik) dari sekarang tinggalkan saja dia. Kalaupun itu juga
yang tuan-tuan lakukan, ini adalah suatu perbuatan hina
dunia akhirat. Sebaliknya, bila tuan-tuan memang dapat
menepati janji seperti yang tuan-tuan berikan kepadanya itu,
sekalipun harta-benda tuan-tuan akan habis dan
bangsawan-bangsawan akan mati terbunuh, maka silakan saja
tuan-tuan terima dia. Itulah suatu perbuatan yang baik,
dunia akhirat."
Orang ramai itu menjawab:
"Akan kami terima, sekalipun harta-benda kami habis,
bangsawan-bangsawan kami terbunuh. Tetapi, Rasulullah, kalau
dapat kami tepati semua ini, apa yang akan kami
peroleh?"
"Surga," jawab Muhammad dengan tenang dan pasti.
Mereka lalu mengulurkan tangan dan dia juga membentangkan
tangannya. Ketika itu mereka menyatakan ikrar kepadanya.
Selesai ikrar itu, Nabi berkata kepada mereka:
"Pilihkan dua belas orang pemimpin dari kalangan
tuan-tuan yang akan menjadi penanggung-jawab
masyarakatnya."
Mereka lalu memilih sembilan orang dari Khazraj dan tiga
orang dari Aus. Kemudian kepada pemimpin-pemimpin itu Nabi
berkata:
"Tuan-tuan adalah penanggung-jawab masyarakat tuan-tuan
seperti pertanggung-jawaban pengikut-pengikut Isa bin
Mariam. Terhadap masyarakat saya, sayalah yang
bertanggungjawab."
Dalam ikrar kedua ini mereka berkata:
"Kami berikrar mendengar dan setia di waktu suka dan
duka, di waktu bahagia dan sengsara, kami hanya akan berkata
yang benar di mana saja kami berada, dan kami tidak takut
kritik siapapun atas jalan Allah ini."
Peristiwa ini selesai pada tengah malam di celah gunung
'Aqaba, jauh dari masyarakat ramai, atas dasar kepercayaan,
bahwa hanya Allah Yang mengetahui keadaan mereka.
Akan tetapi, begitu peristiwa itu selesai, tiba-tiba
mereka mendengar ada suara berteriak yang ditujukan kepada
Quraisy: "Muhammad dan orang-orang yang pindah kepercayaan
itu sudah berkumpul akan memerangi kamu!"
Suara itu datangnya dari seseorang yang keluar untuk
urusannya sendiri. Mengetahui keadaan mereka itu sedikit
dengan melalui pendengarannya yang selintas, ia lalu
bermaksud hendak mengacaukan rencana itu dan mau menanamkan
kegelisahan dalam hati mereka, bahwa rencana mereka malam
itu diketahui. Akan tetapi pihak Khazraj dan Aus tetap pada
janji mereka. Bahkan 'Abbas b. 'Ubada - setelah mendengar
suara simata-mata itu - berkata kepada Muhammad:
"Demi Allah Yang telah mengutus tuan atas dasar
kebenaran, kalau sekiranya tuan sudi, penduduk Mina itu
besok akan kami habiskan dengan pedang kami."
Ketika itu Muhammad menjawab:
"Kami tidak diperintahkan untuk itu. Kembalilah ke kemah
tuan-tuan."
Merekapun kembali ke tempat mereka bermalam, lalu tidur.
Keesokan harinya pagi-pagi baru mereka bangun.
Akan tetapi pagi itu juga Quraisy sudah
mengetahui berita adanya ikrar itu. Mereka terkejut sekali.
Pagi itu pemuka-pemuka Quraisy mendatangi Khazraj di
tempatnya masing-masing. Mereka menyesalkan Khazraj dan
mengatakan, bahwa mereka tidak ingin berperang dengan
Khazraj. Tetapi kenapa mau bersekutu dengan Muhammad
memerangi mereka. Ketika itu juga orang-orang musyrik dari
kalangan Khazraj bersumpah-sumpah bahwa hal semacam itu
tidak ada sama sekali. Sedang Muslimin malah diam saja
setelah dilihatnya Quraisy lagaknya akan mempercayai
keterangan orang-orang yang seagama dengan mereka itu.
Sekarang Quraisy kembali tanpa dapat mengiakan atau
meniadakan berita tersebut. Tetapi mereka terus menyelidiki,
kalau-kalau dapat mengungkapkan keadaan yang sebenarnya.
Sementara itu orang-orang Yathrib sudah mengangkat
perbekalan mereka dan kembali menuju negeri mereka sebelum
pihak Quraisy mengetahui benar apa yang mereka lakukan
itu.
Setelah kemudian Quraisy mengetahui, bahwa berita itu
memang benar, mereka berangkat mencari orang-orang Yathrib
itu. Tetapi sudah tak ada lagi yang akan dapat mereka jumpai
selain Sa'd b. 'Ubada, yang lalu diambil dan dibawanya ke
Mekah. Ia disiksa. Tetapi kemudian Jubair b. Mut'im b. 'Adi
dan al-Harith b. Umayya datang menolongnya. Dulu orang ini
pernah menolong mereka ketika mereka dalam perjalanan
perdagangan ke Syam lewat Yathrib.
Kalau begitu kekuatiran Quraisy kiranya tidak
berlebih-lebihan, begitu juga dalam mengejar jejak mereka
yang telah ikrar kepada Muhammad akan memerangi mereka itu.
Mereka telah mengenalnya selama tigabelas tahun
terus-menerus, sejak permulaan kenabiannya. Mereka sudah
berusaha mati-matian melancarkan perang pasif itu kepadanya,
dan masing-masing sudah pula menghadapinya. Mereka
mengetahui itu adalah karena keyakinannya kepada Tuhan,
karena teguhnya ia berpegang pada ajaran yang benar. Ia
sudah tak dapat dilunakkan dan tak dapat pula dibujuk. Ia
tak pernah gentar menghadapi gangguan, menghadapi siksaan,
menghadapi pembunuhan. Sesudah ia dan pengikut-pengikutnya
disakiti dengan pelbagai macam gangguan, sesudah ia dikepung
di celah-celah bukit, seluruh penduduk Mekah diteror dengan
bermacam-macam ketakutan supaya jangan jadi pengikutnya,
terbayang oleh Quraisy bahwa mereka sudah hampir
mengalahkannya, kegiatannya hanya akan terbatas dalam
lingkaran sempit pengikut-pengikutnya yang masih berpegang
pada agama itu saja. Dia dan sahabat-sahabatnya tidak lama
lagi sudah akan jemu dalam pengasingan, dan akan kembali
tunduk menyerah di bawah kekuasaan mereka
Tetapi sekarang, dengan adanya perjanjian persekutuan
baru ini, pintu harapan akan menang jadi terbuka didepan
Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Setidak-tidaknya harapan
kebebasan menyebarkan agama, serta menyerang berhala-berhala
dan penyembah-penyembahnya. Siapa tahu apa yang akan terjadi
kelak terhadap masyarakat seluruh jazirah Arab itu, bila
sudah mendapat bantuan Yathrib berikut Aus dan Khazrajnya,
dan sesudah mendapat perlindungan dari serangan musuh,
disertai adanya kebebasan melakukan upacara agama serta
mengajak pihak lain turut bergabung. Kalau Quraisy tidak
dapat mengikis gerakan ini di tanah tumpah darahnya sendiri
maka kekuatiran mereka pada hari kemudiannya tetap selalu
membayang, dan kemenangan Muhammad terhadap mereka masih
tetap menggelisahkan mereka.
Oleh karena itu sungguh-sungguh mereka memikirkan apa
yang harus mereka lakukan guna menggagalkan usaha Muhammad
itu, serta menghancurkan gerakan barunya. Demikian juga dia
sendiri tidak kurang dari Quraisy dalam memikirkan hal ini.
Pintu yang telah dibukakan Tuhan di hadapannya itu ialah
pintu kehormatan bagi agama Allah, pintu yang akan memberi
tempat pada arti kebenaran. Perjuangan yang sekarang
berkecamuk antara dia dengan pihak Quraisy, adalah suatu
peristiwa yang paling hebat terjadi sejak masa kerasulannya,
yakni suatu perjuangan hidup atau mati bagi kedua belah
pihak. Sudah tentu, kemenangan itu ada pada pihak yang
benar. Keputusannya sudah bulat. Bolehlah ia minta pertolong
an Tuhan. Biarlah, segala tipu-daya yang sudah dilakukan
Quraisy itu akan bersifat lebih menghina mereka sendiri
melebihi yang sudah-sudah. Ia akan terus maju, tapi dengan
sikap bijaksana, tenang dan hati-hati. Masalahnya adalah
masalah kecekatan politik dan kecerdikan seorang pemimpin
yang saksama.
Dimintanya sahabat-sahabatnya supaya
menyusul kaum Anshar ke Yathrib. Hanya saja dalam
meninggalkan Mekah hendaknya mereka terpencar-pencar, supaya
jangan sampai menimbulkan kepanikan pihak Quraisy terhadap
mereka.
Mulailah kaum Muslimin melakukan hijrah secara
sendiri-sendiri atau kelompok-kelompok kecil. Akan tetapi
hal itu rupanya sudah diketahui oleh pihak Quraisy. Mereka
segera bertindak, berusaha mengembalikan yang masih dapat
dikembalikan itu ke Mekah untuk kemudian dibujuk supaya
kembali kepada kepercayaan mereka, kalau tidak akan disiksa
dan dianiaya. Sampai-sampai tindakan itu ialah dengan cara
memisahkan suami dari isteri; kalau si isteri dari pihak
Quraisy ia tidak dibolehkan pergi ikut suami. Yang tidak
menurut, isterinya yang masih dapat mereka kurung,
dikurung.
Akan tetapi mereka takkan dapat berbuat lebih dari itu.
Mereka kuatir akan pecah perang saudara antar-kabilah jika
mereka mencoba membunuh salah seorang dari kabilah itu.
Berturut-turut kaum Muslimin hijrah ke Yathrib, sedang
Muhammad tetap berada di posnya. Tak ada orang yang
mengetahui, dia akan tetap tinggal di tempatnya itu atau
sudah mengambil keputusan akan hijrah juga. Dahulu juga
mereka tidak mengetahui, ketika sahabat-sahabatnya diijinkan
hijrah ke Abisinia, sedang dia sendiri tetap di Mekah
menyerukan anggota-anggota keluarganya yang lain ke dalam
Islam. Bahkan Abu Bakrpun, ketika minta ijin akan turut
hijrah ke Yathrib, ia hanya berkata: "Jangan tergesa-gesa;
kalau-kalau Tuhan menyertakan seorang kawan." Dan tidak
lebih dari itu.
Sungguhpun begitu pihak Quraisy sendiri sudah seribu kali
memperhitungkan hijrah Nabi ke Yahtrib itu. Jumlah kaum
Muslimin di sana sudah begitu banyak sehingga hampir-hampir
mereka itu menjadi pihak yang menentukan. Sekarang datang
pula mereka yang hijrah dari Mekah menggabungkan diri,
sehingga mereka jadi bertambah kuat juga adanya. Dalam pada
itu, apabila Muhammad - orang yang sudah mereka kenal
berpendirian teguh dengan pendapatnya yang tepat dan
berpandangan jauh - sampai menyusul ke Yathrib, mereka
kuatir penduduk Yathrib itu kelak akan menyerbu Mekah, atau
akan menutup jalur perjalanan perdagangan mereka ke Syam
atau akan membuat mereka mati kelaparan seperti yang pernah
mereka lakukan dulu terhadap Muhammad dan sahabat-sahabatnya
tatkala mereka membuat piagam pemboikotan dan memaksa mereka
tinggal di celah-celah gunung selama tigapuluh bulan.
Apabila Muhammad masih tinggal di Mekah
dan berusaha akan meninggalkan tempat itu, maka mereka masih
merasa terancam oleh adanya tindakan pihak Yathrib dalam
membela Nabi dan Rasul. Jadi tak ada jalan keluar bagi
mereka selain dengan membunuhya. Dengan begitu mereka lepas
dari malapetaka yang terus-menerus itu. Tetapi kalau juga
mereka membunuhnya, tentu Keluarga Hasyim dan Keluarga
Muttalib akan menuntut balas. Maka pecahlah perang saudara
di Mekah, dan suatu bencana yang sangat mereka takuti juga
akan datang dari pihak Yathrib.
Sekarang mereka mengadakan pertemuan di Dar'n-Nadwa
membahas semua persoalan itu serta cara-cara pencegahannya.
Salah seorang dari mereka mengusulkan:
"Masukkan dia dalam kurungan besi dan tutup pintunya
rapat-rapat kemudian awasi biar dia mengalami nasib seperti
penyair-penyair semacamnya sebelum dia; seperti Zuhair dan
Nabigha."
Tetapi pendapat ini tidak mendapat suara.
"Kita keluarkan dia dari lingkungan kita, kita buang dari
negeri kita. Sesudah itu tidak perlu kita pedulikan lagi
urusannya," demikian terdengar suara yang lain. Tetapi
mereka kuatir ia akan terus menyusul ke Medinah dan apa yang
mereka takuti justru akan menimpa mereka.
Akhirnya mereka memutuskan, dari setiap kabilah akan
diambil seorang pemuda yang tegap, dan setiap pemuda itu
akan dipersenjatai dengan sebilah pedang yang tajam, yang
secara bersama-sama sekaligus mereka akan menghantamnya, dan
darahnya dapat dipencarkan antar-kabilah. Dengan demikian
Banu 'Abd Manaf takkan dapat memerangi mereka semua. Mereka
akan menebus darah itu kemudian dengan harta. Maka
terlepaslah Quraisy dan orang yang membuat porak-poranda dan
mencerai-beraikan kabilah-kabilah mereka itu.
Mereka menyetujui pendapat ini dan merasa cukup puas.
Mereka mengadakan seleksi di kalangan pemuda-pemuda mereka.
Mereka menganggap bahwa soal Muhammad akan sudah selesai.
Beberapa hari lagi ia akan terkubur habis ke dalam tanah,
bersama ajarannya, dan mereka yang sudah hijrah ke Yathrib
akan kembali ke tengah-tengah masyarakat, akan kembali
kepada kepercayaan dan kepada dewa-dewa mereka. Quraisy dan
negeri Arab yang sudah dipecah-belah, kedudukannya yang
sudah mulai lemah, dengan demikian akan kembali bersatu.
Catatan kaki:
- Bai'at'l-'Aqaba, secara harfiah berarti pernyataan
dan sumpah setia yang diadakan di bukit 'Aqaba (A).
- Hilf (amak ahlaf) pernyataan sumpah setia-kawan atau
bersahabat baik antar kabilah bersangkutan yang biasa
berlaku dalam tradisi masyarakat Arab pada masa itu.
Halif (jamak hulafa'), yakni pihak yang mengadakan
persahabatan, kawan-kawan sepersekutuan (A).
- Hari-hari Tasyriq ialah tiga hari berturut-turut
setelah hari Raya Kurban (lebaran Haji) (A).
- Yakni berperang habis-habisan melawan semua orang
(A).
- Yakni Quraisy (A).
|