|
BAGIAN KEENAM: CERITA GHARANIQ (5/5)
Jadi orang yang sudah dikenal sejak kecil hingga tuanya
begitu jujur, bagaimana orang akan percaya bahwa ia
mengatakan sesuatu yang tidak dikatakan oleh Allah, ia akan
takut kepada orang dan bukan kepada Allah! Hal ini tidak
mungkin. Mereka yang sudah mempelajari jiwanya yang begitu
kuat, begitu cemerlang, jiwa yang begitu membenteng
mempertahankan kebenaran dan tidak pula pernah mencari muka
dalam soal apapun, akan mengetahui ketidak mungkinan cerita
itu. Betapa kita melihat Muhammad berkata: Kalau Quraisy
meletakkan matahari di sebelah kanannya, dan meletakkan
bulan di sebelah kirinya dengan maksud supaya ia melepaskan
tugasnya, akan mati sekalipun dia tidak akan melakukan hal
itu - bagaimana pula akan mengatakan sesuatu yang tidak
diwahyukan Allah kepadanya, dan mengatakan itu untuk
meruntuhkan sendi agama yang oleh karenanya ia diutus Allah
sebagai petunjuk dan berita gembira bagi seluruh umat
manusia!
Dan kapan pula ia kembali kepada Quraisy guna memuji-muji
dewa-dewa mereka? Ataukah sesudah sepuluh tahun atau sekian
tahun dari kerasulannya, demi tugas yang besar itu ia
sanggup memikul pelbagai macam siksaan, berupa-rupa
pengorbanan, sesudah Allah memperkuat Islam dengan Hamzah
dan Umar dan sesudah kaum Muslimin mulai menjadi kuat di
Mekah, dengan berita yang sudah meluas pula ke seluruh
jazirah, ke Abisinia dan semua penjuru?! Pendapat demikian
ini adalah suatu legenda, suatu kebohongan yang sudah tak
berlaku.
Mereka yang menciptakan cerita ini sebenarnya sudah
merasakan bahwa hal ini akan mudah terbongkar. Mereka lalu
berusaha menutupinya dengan mengatakan, bahwa begitu
Muhammad mendengar kata-kata Quraisy bahwa dewa-dewa mereka
sudah mendapat tempat sebagai perantara, hal itu berat
sekali dirasanya, sehingga ia kembali kepada Tuhan bertobat,
dan begitu ia pulang ke rumah sore itu Jibrilpun datang.
Tetapi tabir ini akan terbuka juga kiranya. Kalau hal itu
oleh Muhammad sudah sangat luar biasa, ketika ia mendengar
kata-kata Quraisy itu, apalagi ia sampai akan mengoreksi
wahyu pada waktu itu juga.
Jadi masalah gharaniq ini memang tidak punya
dasar, selain sebagai karangan yang dibikin-bikin oleh suatu
golongan yang mau melakukan tipu muslihat terhadap Islam,
yang terjadi sesudah permulaan sejarah Islam. Yang lebih
mengherankan lagi ialah karena kecerobohan mereka yang telah
melakukan pemalsuan-pemalsuan itu melemparkan pemalsuan
mereka justru ke dalam jantung Islam, yaitu ke dalam Tauhid!
Yang justru karena itu pulalah Muhammad diutus, supaya
meneruskannya kepada umat manusia sejak dari semula, dan
yang sejak itu pula tidak kenal arti mengalah. Juga segala
yang ditawarkan kepadanya oleh Quraisy apa saja yang
dikehendakinya berupa harta, bahkan akan dijadikannya ia
raja atas mereka, tidak sampai membuatnya jadi berpaling.
Semua itu ditawarkan kepadanya, pada waktu penduduk Mekah
yang menjadi pengikutnya masih sedikit sekali jumlahnya.
Waktu itu gangguan-gangguan Quraisy kepada
sahabat-sahabatnya tidak sampai membuat ia surut dari dakwah
yang diperintahkan Tuhan kepadanya, yaitu supaya diteruskan
kepada umat manusia. Jadi sasaran mereka yang telah
melakukan pemalsuan terhadap masalah yang begitu teguh
menjadi pegangan Muhammad yang tak ada taranya itu, hanya
menunjukkan suatu kecerobohan yang tidak rasional, dan yang
sekaligus menunjukkan pula, bahwa mereka yang masih
cenderung mau mempercayainya ternyata telah tertipu; suatu
hal yang sebenarnya tidak perlu sampai ada orang akan
tertipu karenanya.
Jadi masalah gharaniq ini memang samasekali tidak
punya dasar, dan samasekali tak ada hubungannya pula dengan
kembalinya Muslimin dari Abisinia. Seperti disebutkan di
atas, mereka kembali karena Umar sudah masuk Islam dan
dengan semangatnya yang sama seperti sebelum itu ia membela
Islam, sampai menyebabkan Quraisy terpaksa mengadakan
perjanjian perdamaian dengan Muslimin. Juga mereka kembali
pulang ketika di Abisinia sedang berkecamuk pemberontakan.
Mereka kuatir akan akibatnya. Tetapi setelah Quraisy
mengetahui mereka kembali, kekuatirannya makin bertambah
akan besarnya pengaruh Muhammad di kalangan mereka.
Quraisypun lalu membuat rencana mengatur langkah berikutnya,
yang berakhir dengan dibuatnya piagam yang menentukan
diantaranya tidak akan saling mengawinkan, berjual-beli dan
bergaul dengan Banu Hasyim, dan yang juga sudah sepakat
diantara mereka, akan membunuh Muhammad jika dapat.
Catatan kaki:
- Sekedar gambaran terjemahan ini hanya
dari segi ungkapan sedang perbedaan atau persamaan yang
lebih jelas hanya dari segi semantik menurut bahasa
aslinya (A).
|