BAGIAN KEDELAPAN BELAS: PERANG
KHANDAQ1 DAN BANU QURAIZA (3/3)
Ketika Rasul kemudian sampai ke tempat itu Ali segera
menemuinya dan dimintanya supaya jangan ia mendekati
perbentengan Yahudi itu.
"Kenapa?" tanya Muhammad. "Rupanya kau mendengar mereka
memaki-maki aku."
"Ya" jawab Ali.
"Kalau mereka melihat aku" kata Rasulullah, "tentu mereka
tidak akan mengeluarkan kata-kata itu."
Setelah berada dekat dari perbentengan itu mereka
dipanggil-panggil:
"Hai, golongan kera. Tuhan sudah menghinakan kamu bukan,
dan sudah menurunkan murkaNya kepada kamu sekalian?!"
"Abu'l-Qasim," kata mereka. "Tentu engkau bukan tidak
mengetahui."
Sepanjang hari itu kaum Muslimin terus berdatangan ke
tempat Banu Quraiza, sehingga mereka dapat berkumpul di
sana. Kemudian Muhammad memerintahkan supaya tempat itu
dikepung.
Pengepungan demikian itu terjadi selama duapuluh lima
malam. Sementara itu terjadi pula beberapa kali bentrokan
dengan saling melempar anak panah dan batu. Selama dalam
kepungan itu Banu Quraiza samasekali tidak berani keluar
dari kubu-kubu mereka. Setelah terasa lelah dan yakin pula
bahwa mereka tidak akan dapat tertolong dari bencana dan
mereka pasti akan jatuh ke tangan kaum Muslimin apabila masa
pengepungan berjalan lama, maka mereka mengutus orang kepada
Rasul dengan permintaan "supaya mengirimkan Abu Lubaba
kepada kami untuk kami mintai pendapatnya sehubungan dengan
masalah kami ini." Sebenarnya Abu Lubaba ini golongan Aus
yang termasuk sahabat baik mereka.
Begitu mereka melihat kedatangan Abu Lubaba, mereka
memberikan sambutan yang luarbiasa. Kaum wanita dan
anak-anak segera meraung pula, menyambutnya dengan ratap
tangis. Ia merasa iba sekali melihat mereka.
"Abu Lubaba," kata mereka kemudian. "Apa kita harus
tunduk kepada keputusan Muhammad?"
"Ya" jawabnya sambil memberi isyarat dengan tangan
kelehernya "Kalau tidak berarti potong leher."
Beberapa buku sejarah Nabi mengatakan, bahwa Abu Lubaba
merasa sangat menyesal sekali memberikan isyarat demikian
itu.
Setelah Abu Lubaba pergi, Ka'b b. Asad menyarankan kepada
mereka, supaya mereka mau menerima agama Muhammad dan
menjadi orang Islam. Mereka serta harta-benda dan anak-anak
mereka akan hidup lebih aman. Tetapi saran itu ditolak oleh
teman Ka'b: "Kami tidak akan meninggalkan ajaran Taurat
tidak akan menggantikannya dengan yang lain."
Kemudian disarankannya lagi supaya kaum wanita dan
anak-anak itu dibunuh saja, dan mereka boleh melawan
Muhammad dan sahabat-sahabatnya dengan pedang terhunus tanpa
meninggalkan suatu beban di belakang. Biar nanti Tuhan
menentukan, kalah atau menang melawan Muhammad. Kalau mereka
hancur, tidak ada lagi turunan nanti yang akan dikuatirkan.
Sebaliknya, kalau menang mereka akan memperoleh
wanita-wanita dan anak-anak lagi.
"Kasihan kita membunuhi mereka. Apa artinya hidup tanpa
mereka itu."
"Kalau begitu tak ada jalan lain kita harus tunduk kepada
keputusan Muhammad. Kita sudah mendengar, apa sebenarnya
yang sedang menunggu kita." Demikian kata Ka'b kemudian
kepada mereka.
Mereka sekarang berunding antara sesama mereka.
"Nasib mereka tidak akan lebih buruk dari Banu Nadzir,"
kata salah seorang dari mereka. "Wakil-wakil mereka dari
kalangan Aus akan membela. Kalau mereka mengusulkan supaya
mereka dibolehkan pergi ke Adhri'at di wilayah Syam, tentu
terpaksa Muhammad mengabulkan."
Banu Quraiza mengirimkan utusan kepada Muhammad dengan
menyarankan bahwa mereka akan pergi ke Adhri'at dengan
meninggalkan harta-benda mereka. Tetapi ternyata usul ini
ditolak. Mereka harus tunduk kepada keputusan. Dalam hal ini
mereka lalu mengirim orang kepada Aus dengan pesan:
Tuan-tuan hendaknya dapat membantu saudara-saudaramu ini;
seperti yang pernah dilakukan oleh Khazraj terhadap
saudara-saudaranya.
Sebuah rombongan dari kalangan Aus segera berangkat
hendak menemui Muhammad.
"Ya Rasulullah," kata mereka memulai, "dapatkah
permintaan kawan-kawan sepersekutuan kami itu dikabulkan
seperti permintaan kawan-kawan sepersekutuan Khazraj dulu
yang juga sudah dikabulkan?"
"Saudara-saudara dari Aus," kata Muhammad, "Dapatkah kamu
menerima kalau kuminta salah seorang dari kamu menengahi
persoalan dengan teman-teman sepersekutuanmu itu?"
"Tentu sekali," jawab mereka.
"Kalau begitu," katanya lagi, "katakan kepada mereka
memilih siapa saja yang mereka kehendaki."
Dalam hal ini pihak Yahudi lalu memilih
Sa'd b. Mu'adh. Mata mereka seolah-olah sudah tertutup dari
nasib yang sudah ditentukan bagi mereka itu, sehingga mereka
samasekali lupa akan kedatangan Sa'd tatkala pertama kali
mereka melanggar perjanjian, lalu diberi peringatan, juga
tatkala mereka memaki-maki Muhammad di depannya serta
mencerca kaum Muslimin tidak pada tempatnya.
Sa'd lalu membuat persetujuan dengan kedua belah pihak
itu. Masing-masing hendaknya dapat menerima keputusan yang
akan diambilnya. Setelah persetujuan demikian diberikan,
kepada Banu Quraiza diperintahkan supaya turun dan
meletakkan senjata. Keputusan ini mereka laksanakan.
Seterusnya Sa'd memutuskan, supaya mereka yang terjun
melakukan kejahatan perang dijatuhi hukuman mati,
harta-benda dibagi, wanita dan anak-anak supaya ditawan.
Mendengar keputusan itu Muhammad berkata:
"Demi Yang menguasai diriku. Keputusanmu itu diterima
oleh Tuhan dan oleh orang-orang beriman, dan dengan itu aku
diperintahkan."
Sesudah itu ia keluar ke sebuah pasar di
Medinah. Diperintahkannya supaya digali beberapa buah parit
di tempat itu. Orang-orang Yahudi itu dibawa dan disana
leher mereka dipenggal, dan didalam parit-parit itu mereka
dikuburkan. Sebenarnya Banu Quraiza tidak menduga akan
menerima hukuman demikian dari Said b. Mu'adh teman
sepersekutuannya itu. Bahkan tadinya mereka mengira ia akan
bertindak seperti Abdullah b. Ubayy terhadap Banu Qainuqa.'
Mungkin teringat oleh Said, bahwa kalau pihak Ahzab yang
menang karena pengkhianatan Banu Quraiza itu, kaum Muslimin
pasti akan dikikis habis, akan dibunuh dan dianiaya. Maka
balasannya seperti yang sedang mengancam kaum Muslimin
sendiri.
Keuletan orang-orang Yalmudi menghadapi maut dapat kita
lihat dalam percakapan Huyayy b. Akhtab ini ketika ia
dihadapkan untuk menjalani hukuman potong leher, Nabi telah
menatapnya seraya berkata:
"Huyayy, bukankah Tulman sudah membuat kau jadi
hina?"
"Setiap orang merasakan kematian," kata Huyayy. "Umurku
juga tidak akan dapat kulampaui. Aku tidak akan menyalahkan
diriku dalam memusuhimu ini."' Lalu ia menoleh kepada orang
banyak sambil katanya lagi: "Saudara-saudara. Tidak apa kita
menjalani perintah Tuhan, yang telah mentakdirkan kepada
Banu Israil menghadapi perjuangan ini."
Kemudian juga peristiwa yang terjadi dengan Zubair b.
Bata dari Banu Quraiza. Ia pernah berjasa kepada Thabit b.
Qais ketika terjadi perang Bu'ath, sebab ia telah
membebaskannya dari tawanan musuh. Sekarang Thabit ingin
membalas dengan tangannya sendiri budi orang itu, setelah
Sa'd ibn Mu'adh menjatuhkan keputusannya terhadap
orang-orang Yahudi. Disampaikannya kepada Rasulullah tentang
jasa Zubair kepadanya dulu dan ia mempertaruhkan diri minta
persetujuannya akan menyelamatkan nyawa Zubair. Rasulullah
mengabulkan pernmintaannya itu. Tetapi setelah Zubair
mengetahui usaha Thabit itu ia berkata: Orang yang sudah
setua aku ini, tidak lagi ada isteri, tidak lagi ada anak;
buat apa lagi aku hidup?!"
Sekali lagi Thabit mempertaruhkan diri minta supaya
isteri dan anak-anaknya dibebaskan. Ini pun dikabulkan juga.
Selanjutnya dimintanya supaya hartanya juga diselamatkan.
Juga ini dikabulkan.
Setelah Zubair merasa puas tentang isteri, anak dan
hartanya itu, ia bertanya lagi tentang Ka'b b. Asad, tentang
Huyayy b. Akhtab dan 'Azzal b. Samu'al serta
pemimpin-pemimpin Quraiza yang lain. Sesudah diketahuinya,
bahwa mereka sudah menjalani hukuman mati, ia berkata:
"Thabit, dengan budiku kepadamu itu aku minta,
susulkanlah aku kepada mereka. Sesudah mereka tidak ada,
juga tidak berguna aku hidup lagi. Aku sudah tidak betah
hidup lama-lama lagi. Biarlah aku segera bertemu dengan
orang-orang yang kucintai itu!"
Dengan demikian hukuman potong leher dijalankan juga atas
permintaannya sendiri.
Pada dasarnya dalam perang itu pihak Muslimin tidak akan
membunuh wanita atau anak-anak. Tetapi pada waktu itu mereka
sampai membunuh seorang wanita juga yang telah lebih dulu
membunuh seorang Muslim dengan mempergunakan batu giling.
Dalam hal ini Aisyah pernah berkata:
"Tentang dia sungguh suatu hal yang aneh tidak pernah
akan saya lupakan. Dia seorang orang yang periang dan banyak
tertawa, padahal dia mengetahui akan dibunuh mati."
Waktu itu ada empat orang pihak Yahudi yang masuk Islam.
Mereka ini terhindar dari maut.
Menurut hemat kami terbunuhnya Banu
Quraiza itu berada di tangan Huyayy b. Akhtab, meskipun dia
sendiri juga turut terbunuh. Dia telah melanggar janji yang
dibuat oleh golongannya sendiri, oleh Banu Nadzir, yang oleh
Muhammad telah dikeluarkan dari Medinah dengan tiada seorang
pun yang dibunuh, setelah keputusannya itu mereka terima.
Tetapi dengan tindakannya menghasut pihak Quraisy dan
Ghatafan, kemudian menyusun masyarakat dan kabilah-kabilah
Arab semua supaya memerangi Muhammad, hal ini telah
memperbesar rasa permusuhan antara golongan Yahudi dengan
kaum Muslimin, sehingga mereka itu berkeyakinan, bahwa kaum
Israil itu tidak akan merasa puas sebelum dapat mengikis
habis Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Dia juga lagi yang
kemudian mengajak Banu Quraiza melanggar perjanjian dan
meninggalkan sikap kenetralannya. Sekiranya Banu Quraiza
tetap bertahan, tentu mereka takkan mengalami nasib seburuk
itu. Dia juga yang kemudian datang ke benteng Banu Quraiza -
setelah kepergian pihak Ahzab dan mengajak mereka melawan
kaum Muslimin. Sekiranya dari semula mereka sudah bersedia
pula menerima keputusan Muhammad serta mengakui kesalahannya
yang telah melanggar janjinya sendiri itu, pertumpahan darah
dan pemotongan leher niscaya takkan terjadi. Akan tetapi,
permusuhan itu sudah begitu berakar dalam jiwa Huyayy dan
kemudian menular pula ke dalam hati orang-orang Quraiza,
sehingga Sa'd b. Mu'adh sendiri sebagai kawan sepersekutuan
mereka yakin bahwa kalau mereka dibiarkan hidup, keadaan
tidak akan pernah jadi tenteram. Mereka akan menghasut lagi
golongan Ahzab, akan mengerahkan kabilah-kabilah dan
orang-orang Arab supaya memerangi Muslimin, dan akan
mengikis sampai ke akar-akarnya kalau mereka dapat
mengalahkan. Keputusan yang telah diambilnya dengan begitu
keras, hanyalah karena terdorong oleh sikap hendak
mempertahankan diri, dengan pertimbangan bahwa adanya atau
lenyapnya orang-orang Yahudi itu berarti hidup atau matinya
kaum Muslimin.
Kaum wanita, anak-anak serta harta-benda Banu Quraiza
oleh Nabi di bagi-bagikan kepada kaum Muslimin, setelah
seperlimanya dikeluarkan, Setiap seorang dari pasukan
berkuda mendapat dua pucuk panah, untuk kudanya sepucuk
panah.
Prajurit yang berjalan kaki mendapat sepucuk panah.
Jumlah kuda dalam peristiwa Quraiza itu sebanyak tigapuluh
enam ekor.
Setelah itu, Sa'd b. Zaid kemudian mengirimkan
tawanan-tawanan Banu Quraiza itu ke Najd. Dengan demikian
dibelinya beberapa ekor kuda dan senjata untuk lebih
memperkuat angkatan perang Muslimin.
Raihana adalah salah seorang tawanan Banu Quraiza. Ia
jatuh menjadi bagian Muhammad. Kepadanya ditawarkan
kalau-kalau ia bersedia menjadi orang Islam. Tetapi ia tetap
bertahan dengan agama Yahudinya. Juga ditawarkan kepadanya
kalau-kalau ia mau di kawini. Tetapi dia menjawab: "Biar
sajalah saya dibawah tuan. Ini akan lebih ringan buat saya,
juga buat tuan."
Barangkali juga, melekatnya ia kepada agama Yahudi dan
penolakannya akan dikawin, berpangkal pada fanatisma
kegolongan, serta sisa-sisa kebencian yang masih tertanam
dalam hatinya terhadap kaum Muslimin dan terhadap Nabi.
Tetapi tidak ada orang yang bicara tentang kecantikan
Raihana seperti yang pernah disebut-sebut orang tentang
Zainab bt. Jahsy, sekalipun ada juga yang menyebutkan bahwa
dia juga cantik. Buku-buku sejarah dalam hal ini
berbeda-beda pendapat: Adakah ia juga menggunakan tabir
seperti terhadap isteri-isteri Nabi, atau masih seperti
wanita-wanita Arab umumnya pada waktu itu, yang memang tidak
menggunakan tutup muka. Sampai pada waktu Raihana wafat di
tempat Nabi, ia tetap sebagai miliknya.
Adanya serbuan Ahzab serta hukuman yang telah di jatuhkan
kepada Banu Quraiza, telah memperkuat kedudukan Muslimin di
Medinah. Orang-orang golongan Munafik sudah samasekali tidak
bersuara lagi. Semua masyarakat dan kabilah-kabi]ah Arab
sudah mulai bicara tentang kekuatan dan kekuasaan Muslimin,
disamping posisi dan kewibawaan Muhammad yang ada. Akan
tetapi ajaran itu bukan hanya buat Medinah saja, meiainkan
buat seluruh dunia. Jadi Nabi dan sahabat-sahabatnya masih
harus terus meratakan jalan dalam menjalankan perintah
Allah, dalam mengajak orang menganut agama yang benar,
dengan terus membendung setiap usaha yang hendak
melanggarnya. Dan memang inilah yang mereka lakukan.
Catatan kaki:
- Khandaq berarti parit. Dalam terjemahan seterusnya
sering dipakai kata parit (A).
- Ghatafan merupakan sekumpulan kabilah-kabilah, yang
terkenal diantaranya kabilah 'Abs dan Dhubyan yang
terlibat dalam perang Dahis, dan Dhubyan ini bercabang
lagi menjadi 'Ailan, Fazara, Murra, Asyja', Sulaim dan
lain-lain (A).
- Aslinya Al-Ahzab, kelompok-kelompok atau puak-puak.
Di sini berarti persekutuan atau gabungan kekuatan
angkatan perang kabilah-kabilah Arab di sekitar Mekah dan
Medinah serta golongan Yahudi, yang bersama-sama hendak
menghancurkan kaum Muslimin di Medinah. Dalam terjemahan
selanjutnya lebih banyak dipergunakan kata Ahzab
(A).
- Yakni Hari Sabat, hari besar agama Yahudi (A)
|