|
PRAKATA (6/6)
KONSULTASI YANG TEPAT
Setelah agak jauh saya mengadakan penyelidikan, tampak
oleh saya adanya konsultasi yang tepat sekali disampaikan
kepada saya dari beberapa pihak, lebih-lebih lagi -dengan
sendirinya- dari kalangan guru-guru besar dan pemuka-pemuka
agama. Dan bantuan paling besar saya terima ialah dari
Perpustakaan (Nasional) Mesir dan para pejabatnya yang telah
mengulurkan tangan memberikan bermacam-macam bantuan, yang
sebagai penghargaan tidak cukuplah rasanya ucapan
terimakasih saya ini. Memadai juga kiranya bila saya
sebutkan, bahwa Tuan 'Abd'r-Rahim Mahmud, Korektor bagian
Lektur pada Perpustakaan, tidak jarang pula membebaskan saya
dari harus pergi sendiri ke perpustakaan serta meminjamkan
buku-buku yang saya kehendaki disertai sikap ramah-tamah,
baik oleh Direktur atau pejabat-pejabat tinggi lainnya yang
bertugas. Juga perlu saya sebutkan, bahwa setiap kali saya
mengunjungi perpustakaan itu sehubungan dengan penyelidikan
yang perlu saya lakukan, selalu saya menerima layanan yang
begitu baik sekali, baik dari pejabat tinggi atau pejabat
bawahan, baik yang saya kenal atau yang tidak saya kenal.
Dalam hal saya kadang terbentur pada beberapa masalah, maka
datanglah kawan-kawan itu membukakan jalan, sehingga tidak
jarang hal ini merupakan bantuan yang besar sekali bagi saya
Sering juga saya jumpai bantuan demikian itu dari Syaikh
Muhammad Mustafa al-Maraghi, Rektor Al-Azhar, dari sahabat
karib saya Ja'far (Pasya) Wali, yang telah meminjamkan
beberapa buah buku kepada saya seperti Shahih Muslim dan
buku-buku sejarah tentang Mekah. Ditunjukkannya pula
beberapa masalah, diantarkannya saya ke tempat yang saya
perlukan. Demikian juga sahabat saya Makram 'Obaid, telah
meminjamkan buku Sir William Muir, The Life of
Mohammad8, buku Lammens, L'Islam, di samping
pertolongan yang saya peroleh dari karya-karya kontemporer
yang sangat berharga seperti Fajr'l-lslam oleh Ahmad Amin,
Qishah'l-Anbia' oleh 'Abd'l Wahhab an-Najjar,
Fil-Adab'l-Jahili oleh Dr. Taha Husain, Al Yahud fi
Bilad'l-'Arab oleh Israel Wilfinson. Selain itu banyak lagi
buku-buku lain oleh penulis-penulis kontemporer yang saya
sebutkan dalam bibliografi buku-buku lama dan baru, yang
saya pergunakan dalam menyiapkan buku ini.
DALAM BATAS-BATAS BIOGRAFI, TIDAK
LEBIH
Setiap saya mengadakan penyelidikan demikian ini lebih
dalam, ternyata ada beberapa problema di depan saya yang
perlu dipikirkan lagi dan diselidiki lebih lanjut guna dapat
mengatasinya. Seperti buku-buku sejarah dan tafsir yang
telah memberikan petunjuk kepada saya dengan cukup
memuaskan, demikian juga halnya dengan buku-buku para
Orientalis. Akan tetapi dalam menghadapi masalah-masalah itu
tampaknya terpaksa saya harus membatasi diri hanya dalam
menyelidiki kehidupan Muhammad saja, dengan tidak mengurangi
persoalan-persoalan lain yang kiranya ada hubungannya dengan
penyelidikan ini. Kalau saya mau menyelidiki segala sesuatu
yang berhubungan dengan sejarah hidup orang yang begitu
besar dan cemerlang ini, tentu diperlukan penulisan beberapa
jilid dalam ukuran seperti buku ini. Baik juga saya
sebutkan, bahwa Caussin de Perceval menulis tiga jilid buku
dengan judul Essai sur l'Histoir des Arabes, jilid pertama
dan kedua mengenai sejarah dan kehidupan kabilah-kabilah
Arab, jilid ketiga tentang Muhammad dan dua orang
Khalifahnya, Abu Bakr dan Umar. Demikian juga Tabaqat Ibn
Sa'd yang terdiri dari beberapa jilid, jilid pertamanya
khusus tentang kehidupan Muhammad, sedang yang selebihnya
mengenai kehidupan para Sahabatnya.
Dalam mengadakan penyelidikan ini pada mulanya memang
tidak saya maksudkan hendak melampaui batas sejarah
kehidupan Muhammad, sebab saya tidak ingin membiarkan ini
nanti menjadi kacau, sehingga akan menyimpang dari tujuan
yang saya maksud.
Hal lain yang menahan saya hanya pada batas-batas sejarah
hidup ini, ialah karena indahnya dan besarnya peristiwa itu,
sehingga yang lainpun rasanya akan tertutup karenanya.
Alangkah besarnya Abu Bakr! Alangkah besarnya Umar! Keduanya
dalam masa Khilafat mereka masing-masing merupakan cahaya
bintang sehingga yang lain tertutup karenanya. Betapa
besarnya sahabat-sahabat dahulu itu mendampingi Muhammad,
dibuktikan oleh generasi demi generasi dan yang kemudian
menjadi kebanggaan generasi itu!
Akan tetapi - selama masa hidup Nabi - mereka semua masih
dapat bernaung di bawah kebesarannya, masih mendapat
percikan sinarnya.
Bagi orang yang menyelidiki sejarah hidup Rasul, tidak
mudah akan dapat meninggalkan hal itu untuk berpindah ke
soal yang lain. Hal ini terasa sekali apabila pembahasan
demikian ini didasarkan kepada metoda ilmiah yang baru,
seperti yang akan saya coba ini; yang dengan metoda itu pula
justru kelak akan terlihat kebesaran Muhammad, kebesaran
yang sekaligus menguasai pikiran, hati nurani dan perasaan
manusia, dan menanamkan rasa hormat karenanya, hormat dan
percaya betapa kuatnya kebesaran itu, yang dalam hal ini
baik bagi Muslim atau non-Muslim tidakkan berbeda
pendapat.
PENYELIDIKAN BERGUNA BAGI SELURUH
UMAT MANUSIA
Kalau kita ke sampingkan mereka yang masih fanatik dan
keras kepala, yang dalam merendahkan kebesaran Muhammad
sudah menjadi kebiasaan mereka, seperti yang dilakukan oleh
kaum misi penginjil dan sebangsanya, maka rasa hormat akan
kebesaran dan percaya akan kuatnya kebesaran itu akan kita
baca jelas sekali dalam buku-buku sarjana-sarjana
Orientalis. Dalam Heroes and Hero Worship, Carlyle
membicarakan satu pasal tentang Muhammad yang digambarkannya
sebagai percikan sinar Ilahi yang kudus yang telah diberikan
kepadanya, kemudian dilukiskannya rasa hormat atas kebesaran
yang luarbiasa kuatnya itu. Demikian juga Irving, Sprenger,
Weil dan Orientalis lainnya, masing-masing dapat
menggambarkan kebesaran Muhammad dengan cara yang kuat
sekali. Apabila salah seorang di antara mereka itu, dalam
memasuki beberapa masalah masih menganggap ada suatu
kekurangan pada diri pembawa risalah Islam itu, maka tidak
lain itu hanya karena mereka belum lagi mengujinya dan
meneliti secara ilmiah yang lebih saksama, atau karena
mereka berpegang pada beberapa buku sejarah atau tafsir yang
masih diragukan kebenaran sumbernya, dengan melupakan bahwa
buku-buku biografi yang pertama itu baru dua abad kemudian
sesudah masa Muhammad ditulis orang, dengan
menyelip-nyelipkan, -baik dalam sejarah atau dalam
ajaran-ajarannya,- Israiliat (dongeng-dongeng Judaica) dan
ribuan hadis-hadis palsu. Meskipun kaum Orientalis itu
mengakui kenyataan ini, namun mereka tidak mau mengakui
kelalaiannya sendiri untuk dapat menentukan sesuatu yang
dianggapnya benar itu; padahal dengan sedikit penelitian
saja sudah akan dapat ditolak. Di antaranya soal gharaniq
misalnya, soal Zaid dan Zainab, soal perkawinan atau
isteri-isteri Nabi, yang justru akan menjadi bahan pengujian
dan penelitian dalam buku ini.
Sungguhpun begitu saya tidak beranggapan bahwa saya sudah
sampai ke tujuan terakhir dalam menyelidiki sejarah hidup
Muhammad. Bahkan barangkali akan lebih tepat bila saya
katakan, bahwa saya baru dalam taraf permulaan mengadakan
penyelidikan dengan metoda ilmiah yang baru ini, dalam
bahasa Arab. Segala daya upaya yang saya gunakan dalam hal
ini tidak lepas dari, bahwa buku ini baru merupakan taraf
permulaan dalam penyelidikan Islam dari segi ilmiahnya.
Bilamana sudah ada sarjana-sarjana dan ahli-ahli sejarah
yang mengkhususkan diri menyelidiki salah satu kurun
(perioda) dalam sejarah - seperti Aulard9 yang
khusus menyelidiki sejarah revolusi Perancisl dan beberapa
sarjana lain yang juga menyelidiki masa-masa tertentu dalam
sejarah pelbagai bangsa maka patut sekali bila atas biografi
Muhammad ini secara khusus juga diadakan penyelidikan ilmiah
yang menyeluruh, yang dapat dilakukan oleh kaum cendekiawan,
yang khusus pula dalam bidangnya masing-masing. Tidak sangsi
lagi saya, bahwa pengkhususan dan penyelidikan ilmiah untuk
waktu yang begitu singkat dalam sejarah tanah Arab serta
hubungannya dengan aneka macam bangsa waktu itu, hasilnya
akan berguna sekali, bukan saja bagi Islam dan umat Islam,
tetapi juga untuk seluruh dunia. Dari segi psikologi dan
kehidupan rohani hal ini akan merupakan masalah yang berguna
sekali bagi ilmu pengetahuan, di samping penerangan yang
akan diperoleh dari segi-segi kehidupan sosial, etika dan
hukum. Dalam menghadapi masalah ini ilmu pengetahuan masih
saja maju-mundur, terpengaruh oleh pertentangan agama -
Islam dan Kristen - serta adanya usaha-usaha yang sia-sia
hendak melakukan westernisasi terhadap orang Timur atau
kristenisasi terhadap kaum Muslimin, suatu hal yang telah
menghasilkan kegagalan dan kekecewaan generasi demi
generasi, dan di mana-mana telah menimbulkan pengaruh yang
buruk dalam hubungan umat manusia satu sama lain.
Dengan melihat lebih jauh dari semua itu saya
berpendapat, bahwa penyelidikan demikian sudah seharusnya
akan mengantarkan umat manusia ke jalan peradaban modern
yang selama ini dicarinya. Apabila pihak Nasrani di Barat
merasa terlalu besar akan mendapatkan cahaya baru itu dari
Islam dan dari Rasulnya, lalu menantikan cahaya itu akan
datang dari teosofi India dan dari pelbagai macam aliran
Timur Jauh lainnya, maka orang-orang di Timur, baik umat
Islam, Yahudi atau Kristen, sudah layak sekali mengadakan
penyelidikan berharga ini dengan sikap yang bersih dan jujur
- yakni satu-satunya cara yang akan mencapai kebenaran.
Cara pemikiran Islam -yang pada dasarnya adalah pemikiran
ilmiah menurut metoda modern dalam hubungan manusia dengan
lingkungan hidup sekitarnya, yang dari segi ini realistik
sekali berubah menjadi pemikiran yang subyektif, yang
bersifat pribadi, ketika masalahnya menjadi hubungan manusia
dengan alam semesta dan Pencipta alam.
Dengan demikian, dari segi psikologi dan kerohanian,
timbullah pengaruh-pengaruh, yang di dalam menghadapinya
ilmu pengetahuan sendiri jadi kebingungan, tak dapat
mengiakan atau meniadakannya. Dengan demikian ia lalu tidak
menganggapnya sebagai kenyataan-kenyataan ilmiah. Sungguhpun
begitu kenyataan ini menjadi sendi kebahagiaan hidup manusia
dan merupakan unsur formatif dalam tingkah-lakunya. Apakah
hidup itu? Apa pula hubungan manusia dengan alam semesta
ini? Apa yang menggairahkan hidupnya. Apakah arti
kepercayaan bersama, yang memberikan kekuatan moril dalam
masyarakat, yang dengan lemahnya kepercayaan bersama itu,
masyarakatpun akan turut pula menjadi lemah? Apakah wujud
itu? Dan apa pula kesatuan wujud itu? Bagaimana kedudukan
manusia dalam kesunyian dan eksistensinya?
Masalah-masalah demikian ini berada di bawah kekuasaan
logika abstraksi yang sudah mempunyai bahan literatur yang
begitu berlimpah-limpah banyaknya. Akan tetapi, dalam
menyampaikan manusia kepada kebahagiaannya, pemecahannya
akan lebih dekat kita peroleh dalam kehidupan dan
ajaran-ajaran Muhammad daripada dalam logika abstraksi, yang
selama berabad-abad sejak dinasti Abbasia, kaum Muslimin
telah menghabiskan umurnya untuk itu. Demikian juga
orang-orang di Barat, selama tiga abad sejak abad ke-16
hingga abad ke-19 mereka telah menghabiskan umur mereka -
kecuali ilmu pengetahuan modern - yang berakhir membawa
nasib Barat seperti yang dialami kaum Muslimin masa lampau.
Seperti pada masa lampau, masa kinipun ilmu itu kemudian
terancam akan terbentur pula tanpa dapat memberikan
kebahagiaan kepada umat manusia.
Maka tak ada jalan lain kiranya untuk mencapai
kebahagiaan hidup kecuali dengan kembali mencari hubungan
subyektif dengan alam ini sebaik-baiknya serta dengan
Pencipta alam ini, Yang tak terikat oleh ruang dan waktu,
Yang mutlak dalam kesatuan yang tak berubah-ubah, selain
dalam arti nisbi dalam hubungannya dengan hidup kita yang
singkat ini.
Sudah tentu, sejarah hidup Muhammad ini adalah contoh
terbaik dalam mengadakan studi tentang hubungan subyektif
dalam arti teori, atau dalam arti praktek, bagi orang yang
mempunyai kemampuan ke arah itu. Mengingat jauhnya jarak
dalam arti hubungan Ilahi, seperti yang telah dianugerahkan
Tuhan kepada Rasulullah, maka orang akan dapat mencoba hal
itu pada taraf permulaan. Menurut hemat saya, kedua macam
studi ini - bila sudah dapat disesuaikan - akan dapat
mengangkat martabat dunia kita sekarang ini dari lembah
paganisma, menurut kepercayaan agama dan pengetahuan
masing-masing; paganisma yang telah membuat harta
satu-satunya tempat pujaan (mammonisma), dengan meremehkan
nilai-nilai seni, ilmu, moral dan bakat manusia. Bisa jadi
penyesuaian demikian ini masih jauh. Akan tetapi adanya
gejala-gejala akan lenyapnya paganisma yang sekarang
menguasai dunia kita, mengemudikan kebudayaan yang berkuasa
sekarang, tampak jelas sekali bagi setiap orang yang mau
mengikuti jalannya sejarah dan peristiwa-peristiwa
dunia.
Apabila secara khusus dipelajari sungguh-sungguh sejarah
hidup Muhammad itu sebagai Nabi serta ajaran-ajarannya,
masanya dan revolusi rohani yang dibawanya yang telah
tersebar ke seluruh dunia, barangkali gejala-gejala ini akan
makin jelas di depan mata dunia, bahwa masalah-masalah
rohani ini adalah timbul dari pengaruh yang ditinggalkannya.
Jika studi ilmiah dan studi yang subyektif mengenai tenaga
umat manusia yang masih tersimpan ini, dapat menambah
hubungan umat manusia dengan hakikat alam yang lebih tinggi,
maka itu sudah merupakan perletakan batu pertama dalam sendi
peradaban modern.
Buku inipun tidak lebih adalah sebagai usaha permulaan
kearah itu, seperti sudah saya sebutkan. Kiranya cukuplah
bagi saya bilamana buku ini dapat meyakinkan orang, dapat
meyakinkan para sarjana dan ahli-ahli akan pentingnya
spesialisasi dan pengkhususan guna mencapai tujuan dalam
menyelidiki sesuatu bidang itu. Andaikata usaha ini dapat
memberi hasil kepada salah satu atau kedua tujuan itu,
inipun sudah merupakan imbalan yang cukup besar terhadap
daya upaya yang saya lakukan. Dan Allah jualah yang akan
membalas jasa mereka yang telah berbuat kebaikan.
MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
Catatan kaki:
[1] Gelar raja-raja keluarga Sasani di Iran,
dalam literatur Islam biasa disebut Kisra (Khosrau,
Khosroes). Kisra I Anusyirwan, putera Kavadh I yang
berperang melawan Bizantium di bawah Yustinianus. Kisra II
Parvez, putera Ormizd IV dan cucu Kisra I menyerang Anatolia
dan Suna sampai di Bosporus. Syahrvaraz dapat menaklukkan
Damaskus dan Yerusalem dan Salib Besar (The True Cross)
diambil, kemudian Heraklius dapat mengalahkan Persia di
Niniveh (626). Kisra lari ke Ctesiphon (Mada'in). Ia
dipenjarakan oleh anaknya Kavadh II (Syiruya) dan empat hari
kemudian dibunuh (628) dalam penjara (A).
[2] Dalam buku A J. Butler The Arab Conquest of
Egypt penulis itu menyebutkan bahwa nama panglima itu
Khoriyam dan bahwa nama Shahravaas atau Shahrabaraz atau
Sheravizeh dan lain-lain, yang terdapat dalam pelbagai buku
hanyalah suatu perubahan saja dari nama Persia, Shahar dan
Wazar sebagai suatu gelar yang berarti "Babi Hutan Sang
Raja" sebagai lambang kekuatan dan keberanian. Gambarnya
dilukiskan dalam cincin Persia Lama dan juga dalam cincin
Armenia (Lihat The Arab Conquest of Egypt, p. 53)
[3] Sebuah kota di Suriah, terletak 106 km.
Selatan Damsyik berbatasan dengan Yordania. Dalam sejarah
lama kota ini dikenal dengan nama Edrei. Sekarang dilcenal
dengannama Dar'a (A).
[4] Bushra atau Bostra, sebuah kota lama di
Hauran, barat daya Suria, kira-kira 106 km dari Damsyik dan
35 km. dari Adhri'at (A).
[5] Emile Dermenghem, La Vie de Mahomet, halaman
135 dan berikutnya.
[6] Az zamani, harfiah mengenai zaman, mengenai
tempo, yang secara termenologi berarti temporal. Untuk
menghindarkan adanya perbedaan semantik, yang juga dapat
diartikan "sementara, duniavii" atau "sekular" maka di sini
saya mempergunakan istilah secara harfiah (A).
[7] Teosofi adalah suatu ajaran yang ditanamkan
oleh Madame Blavatsky dari bermacam-macam agama terutama
Buddha dan Brahma. Ajaran ini mendirikan sebuah organisasi
di Amerika dipimpin oleh Madame Blavatsky sendiri, bernama
The Theosophical Society, dan cabang-cabangnya tersebar di
beberapa tempat di Eropa. Tetapi begitu Madame Blavatsky
meninggal, organisasi Teosofl inipun pecah menjadi tiga.
Aktifitasnya didasarkan kepada adanya kesatuan hidup dengan
mengadakan semacam latihan mistik untuk mencapai Nirwana
menurut ajaran Buddha. Tingkat ini dapat dicapai bilamana
dalam latihannya itu orang sudah benar-benar dapat
memisahkan ruh dari pengaruh hidup kebendaan. Apabila dengan
demikian ruh sudah mencapai tempat yang suci, maka ruh yang
lebih tinggi dapat menghubunginya. Ajaran Teosofi menyerukan
persaudaraan secara menyeluruh, tanpa membeda-bedakan
bangsa, bahasa dan segala yang akan membatasi manusia dari
tujuan tersebut.
[8] Buku Muir ini terdiri dari dua edisi, aslinya
dengan judul The Life of Mahomet and the History of Islam
(1858) 4 jilid. Kemudian diringkaskan oleh T.H. Weir dengan
judul The Life of Mohammad from Original Sources (1923)
(A).
[9] A. Aulard pengarang Histoire Politique de la
Revolution Francaise mengkhususkan penulisan sejarah
revolusi Perancis untuk masa 15 tahun saja (1789 - 1804)
dalam 4 jilid (A).
|