Maryam Jamilah - Maududi |
|
Lahore, 10 Februari 1962Nona Maryam Jamilah, Assalamu'alaikum warahmatullah, Terima kasih atas surat anda tertanggal 25 Januari. Pandangan-pandangan anda tentang Mirza Ghulam Ahmad sepenuhnya benar. Sekalipun hanya demi argumen, kita misalkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw. akan ada nabi lagi, walaupun ini tentunya akan sangat bertentangan dengan dalil al-Qur'an dan Hadits kemudian bila kita berhenti sejenak untuk berfikir bagaimana bisa seseorang yang bermoral dan bermental rendah seperti itu telah diangkat sebagai Nabi, tentu akan kita pahami dengan mudah dalamnya keterperosotan konsep Kenabian di masa kita ini. Sebagian besar buku karya penipu ini bukan saja tidak diterjemahkan ke dalam bahasa lain, bahkan cetak ulang dalam bahasa Urdunya pun tidak dilakukan oleh pengikutnya. Peredaran karya-karyanya diawasi dan dijaga dengan teliti, karena orang Qadiani menyadari kemustahitan dan sifat menjijikkannya. Anda telah membuat gambaran yang benar tentang Ahmadiyah Lahore dan Qadiani di Rabwah, tetapi kesan anda bahwa Sir Zafrullah Khan itu termasuk kelompok Lahori adalah salah. Dia adalah pengikut setia Qadiani dan mengakui Mirza sebagai Nabi. Analisa anda tentang sikap pemerintah India terhadap kaum muslimin benar sekali. Pada umumnya, pemimpin politik modern di Asia dan Afrika cinta akan kemerdekaan hanya dalam arti bahwa mereka tidak ingin kendali kekuasaan berada di tangan orang asing. Tetapi dalam hal pemikiran dan perilaku, mereka adalah hamba-hamba yang taat pada bekas penjajahnya; dengan setia mereka ikuti setiap langkah bekas penjajah itu. Hanya sedikit dari mereka yang memiliki pikiran yang bebas dan berani. Nehru memiliki jiwa yang sama sekali Inggris dalam dirinya. Dia orang India hanya bila dilihat dari penampilan jasmaninya saja. Sedangkan Syah Waliullah, dia adalah ulama sejati dan besar sejak awal hingga akhir hayatnya. Tidak bisa saya jamin bahwa saya menyokong setiap pendapatnya, tetapi yang jelas dia adalah seorang ahli hadits dan fikih nomor wahid. Di anak-benua India-Pakistan, dialah perintis penyebaran Ilmu Hadits dan setiap ulama kita berhutang kepadanya dalam penyebaran ajaran Nabi. Mengingat kedudukannya yang terhormat dan mempunyai otoritas, maka setiap "pembaharu" di sini mencoba untuk memanfaatkan namanya, mencerabut perkataannya sampai keluar dari konteksnya serta menyelewengkannya demi memenuhi kepentingannya sendiri. Seluruh bukunya menggunakan bahasa Arab atau Parsi, dan setiap orang yang memahami gagasan-gagasannya tentu akan sepenuhnya memahami betapa tidak jujurnya para pencari dukungan ini. Mereka taruh susunan yang fantastik dan aneh di atas kata-katanya dan mencoba untuk menggali gagasan-gagasan yang sebenarnya tidak terdapat dalam karya-karyanya. Syah Waliullah tidak pernah meneriakkan kehebatan rasionalisme ataupun berkeinginan untuk menghapus unsur-unsur Arab dari Islam. Dia adalah pengagum keempat madzhab fikih dan tidak pernah berkehendak untuk membuat sistem hukum baru guna mengganti yang lama. Tetapi walaupun demikian, mengingat adanya kekakuan dan antagonisme yang timbul akibat lampaunya waktu pembentukan madzhab, pernah ia sampaikan keinginan bahwa akan lebih baiklah bila dikembangkan suatu sistem hukum baru yang merupakan sintesa dari fikih Hanafi dan Syafi'i khususnya. Ia tidak pernah lebih jauh dari itu. Saya tidak menyangkal kenyataan bahwa Iqbal secara tepat telah mengkritik Barat dan berjuang demi Islam, terutama lewat puisi-puisinya. Tetapi sayang, seperti yang telah anda katakan, karya-karyanya tidak bebas dari pertentangan-pertentangan. Pertama, Iqbal melewati berbagai tahapan evolusi mental selama rentang hayatnya dan baru di tahun-tahun terakhir kehidupannya sajalah bisa ia bentuk di dalam pikirannya konsepsi Islam yang jernih tanpa tercemar. Di masa hidupnya yang lebih dini, banyak pemikiran dan pengaruh yang bercampur secara bebas dengan pemahaman Islamnya. Kedua, dalam bagian besar kehidupannya, bukannya ia menjadi muslim yang setia pada pandangan kosmopolitan, selalu ada warna "Nasionalisme Muslim" yang tidak bisa ia hindari. Inilah sebabnya mengapa ia merasa ragu-ragu untuk menyalahkan pemimpin muslim dan pemikir modernis. Kadang-kadang, sehubungan dengan alasan puitis, ia bertindak sedemikian jauh untuk merasionalkan dan mendukung kegiatan-kegiatan mereka termasuk yang tidak Islami sekalipun. Ketiga, akan anda lihat bahwa banyak faktor sejarah dan politik yang mendukung adanya rasa simpati yang berakar-dalam kepada Turki di antara orang muslimin di India dan Pakistan. Kaum muslimin ini, setelah diperbudak Inggris, merasakan suatu ikatan sentimental dengan sisa-sisa terakhir keagungan mereka yang telah hilang dan berusaha mempertahankannya dengan berbagai cara. Sebagai ganjaran atas upaya Kemal Ataturk untuk menyelamatkan negara muslim yang limbung ini, maka sarjana pemikir-pemikir muslim di sini siap untuk mengampuni tindakan-tindakan nyata Kemal yang anti Islam dan menghina Tuhan itu. Dengan latar belakang mental dan emosional seperti ini, maka Iqbal pun, sampai tahun 1930, memberikan apologi-apologi dan penjelasan-penjelasan bagi "pembaharuan" Kemal dan berusaha mencarikan tempatnya di dalam tatanan Islam. Tetapi akhirnya, setelah habis sabarnya, ia lemparkan kutukan terbuka terhadap movasi Kemal. Sampai tahun 1921, Maulana Abul Kalam Azad merupakan tokoh yang bersemangat untuk kebangunan kembali Islam dan pergerakan khilafat. Tetapi kemudian ia berubah seratus delapan puluh derajat dalam hal pemikiran dan gerakan, sehingga rakyat mulai membuka mata mereka untuk meyakinkan adakah ia masih Azad yang sama ataukah Azad yang melalui suatu proses metamorfosa telah melahirkan manusia Azad yang baru dalam dirinya. Kini ia adalah Nasionalis India seratus persen dan meneriakkan satu kebangsaan India yang sekaligus terdiri dari muslim dan non muslim. Dia mengasimilasikan apa yang disebut-sebut sebagai konsep "kesatuan agama" buatan filosof Hindu dengan teori Barat, Evolusi Darwin. Teori ini dapat dilihat dengan jelas dalam buku tafsir Qur'annya. Islam membangkitkan suatu kehalusan rohaniah dan rasa estetik dalam diri kita yang memungkinkan kita untuk menghindari keburukan dan mengerjakan segala sesuatu yang indah. Di lain pihak Ateisme dan Materialisme menodai cita rasa manusia dan membuat manusia memuja dan mengagungkan kejelekan. Itulah sebabnya mengapa, di bawah pesona peradaban kebendaan masa kini, setiap cabang seni dan kesusasteraan mengalami kemunduran. Teriring salam dan harapan. Saudaramu seagama, |
|
Hak cipta © dicadangkan. |