Faham Mahdi Syi'ah dan
Ahmadiyah dalam Perspektif

oleh Drs. Muslih Fathoni, M.A.

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 
PAHAM MAHDI DALAM PERSPEKTIF RASIONAL                  (4/4)
oleh Drs. Muslih Fathoni, M.A.
 
Keterangan  hadis  diatas,   menunjukkan   betapa   besarnya
pengaruh  tradisi  Yahudi  dan  Nasrani  dewasa ini terhadap
sikap dan perilaku ummat Islam dalam kehidupan  sehari-hari.
Sistem  kehidupan  politik,  sosial,  ekonomi,  dan  budaya,
tampaknya banyak diwarnai oleh tradisi masyarakat Yahudi dan
Nasrani  yang  dipandang  sebagai  tradisi  modern dan mesti
diikuti. Tradisi keislaman  hanya  tampak  pada  aspek-aspek
ritualnya  saja,  sedangkan  cara  hidup  dan mempertahankan
hidup dan penghidupannya, cara bergaul dan  lain  sebagainya
masih  diwarnai  oleh  tradisi  keyahudian atau kenasranian.
Jarang diantara ummat Islam yang  berorientasi  pada  ajaran
Islam  yang  sebenarnya.  Dalam kondisi ummat seperti inilah
diperlukan  Mahdi-Mahdi  baru  dalam  pengertian  para  da'i
(penyeru agama) yang tangguh, sebagai penuntun atau penunjuk
ummat   dan   dapat   menyelamatkannya   dari   kemunafikan,
kemusyrikan, kefasikan, dan kekafiran.
 
Realitas   sinyalemen   Rasulullah   diatas,   memang  sulit
dihindari  oleh  masyarakat  Muslim   dewasa   ini,   dimana
perubahan   sosial   terjadi   sangat  dinamis.  Salah  satu
penyebabnya adalah adanya akulturasi  budaya  dan  interaksi
sosial  yang  cepat  melalui  sistem  komunikasi modern yang
canggih  dan   yang   dapat   membuka   isolasi   masyarakat
tradisional  untuk  menyerap  berbagai  budaya  asing, dalam
kaitan ini adalah budaya Barat yang liberal.
 
Penemuan-penemuan baru yang ditunjang oleh sistem pendidikan
modern  dalam upaya untuk memperoleh kemudahan-kemudahan dan
kenikmatan hidup lahiriah, membawa  manusia  selalu  dilanda
oleh   rasa   ketidakpuasan  dalam  bidang-bidang  kehidupan
tertentu. Keadaan seperti ini mendorong manusia abad  modern
bersikap longgar terhadap ikatan-ikatan dan keyakinan agama,
yang semula dianggap sakral  atau  tabu.  Sebagai  akibatnya
terjadilah   pergeseran  nilai  dari  perilaku  manusia  itu
sendiri. Suatu perbuatan yang  sebelumnya  dipandang  nista,
bisa  jadi  berubah  menjadi  sesuatu yang biasa atau bahkan
menjadi kebanggaan; dan demikian  pula  sebaliknya.  Sebagai
akibatnya  banyak  manusia  di zaman modern kehilangan makna
spiritual dalam kehidupannya.
 
Ketidakseimbangan antara kemajuan materiil yang dicapai oleh
manusia,  di  satu  pihak,  dan  kemunduran  spiritual  yang
dideritanya, di  pihak  lain,  menggiring  manusia  bersikap
kurang  selektif  dalam  menerima  budaya atau tradisi asing
yang destruktif. Oleh karena  itu,  mereka  bersikap  sangat
toleran  terhadap  perilaku yang menyimpang dan bertentangan
dengan  ajaran  agama.  Dalam  kondisi  seperti   ini   kaum
kapitalis  modern, sebagai penguasa teknologi canggih, mampu
membuat hitam atau putihnya situasi kehidupan  bangsa-bangsa
di  dunia.  Barangkali  mereka inilah yang dilambangkan oleh
Rasulullah sebagai Dajjal-nya ummat manusia di zaman  akhir.
Pada  saat  seperti  ini  diperlukan kehadiran al-Mahdl atau
al-Masih dalam pengertian simbolis  yang  lebih  aktual  dan
kontekstual.  Yaitu  kehadiran  kelompok  Muballig atau Da'i
yang tangguh dan memiliki pengetahuan  luas  dan  visi  yang
jauh,  mampu  memecahkan  problema kehidupan masyarakat, dan
sanggup memberikan berbagai  alternatif  yang  lebih  Islami
dalam  menanggulangi  berbagai perilaku, tradisi dan situasi
ummat di masa mendatang dan tanggap terhadap  kondisi  ummat
masa  kini,  sehingga  mereka  diharapkan dapat menyampaikan
ajaran Islam secara tepat dan up to date. Yang lebih penting
lagi  adalah  kemampuan  mereka  mengisi kekosongan rohaniah
para   penguasa   teknologi   dengan   ajaran   Islam    dan
menghimpunnya  menjadi  kekuatan  baru yang Islami, sehingga
tidak mustahil kebangkitan Islam kembali justru muncul  dari
Barat sebagai suatu keharusan sejarah.
 
C. PROSES TERSEBARNYA PAHAM MAHDI
 
Paham  Mahdi  atau  Mahdiisme,  semula merupakan isu politik
dari  golongan  Syi'ah  yang  kalah  secara   serius   dalam
percaturan  politik  di  abad-abad pertama Hijrah. Kekalahan
Syi'ah ini, tentunya  melemahkan  semangat  dan  daya  juang
diantara pengikutya. Gejala melemahnya semangat juang mereka
dalam  mempertahankan   eksistensinya,   tampaknya   menjadi
perhatian  khusus  bagi  kaum politisi Syi'ah yang berambisi
untuk   merebut   kekuatan    politik.    Mereka    berusaha
membangkitkan  kembali  semangat perjuangan para pengikutnya
dengan mengisukan al-Mahdi sebagai Juru  Selamat  yang  akan
memberi   pertolongan  dan  memenangkan  kembali  perjuangan
mereka, lewat para propagandis Syi'ah yang amat fanatik.
 
Bersamaan dengan isu politik yang  baru  ini,  dicipta  pula
hadis-hadis  Mahdiyyah  yang  memberi  harapan-harapan baru,
yaitu akan diraihnya kembali kejayaan  dan  kemenangan  kaum
Syi'ah dalam menghadapi lawan-lawan politiknya. Isu al-Mahdi
yang bersifat politis ini ditopang oleh  'aqidah  ar-raj'ah,
masalah al-gaibah dan imamah ciptaan Ibn Saba'. Kemudian isu
tersebut diformulasikan oleh kelompok politisi  Syi'ah  yang
lihai,   menurut   analisis   Ahmad   Amin   rupanya  proses
terbentuknya paham Mahdi  dimulai  dari  term  "pemerintahan
Syi'ah   yang   ditunggu-tunggu,"   kemudian   isu  tersebut
berkembang    dan    berubah    menjadi    "penguasa    yang
ditunggu-tunggu,"  yang  selanjutnya  berubah  lagi  menjadi
"al-Mahdi yang ditunggu-tunggu." Sayang proses  terbentuknya
paham  Mahdi  itu, tidak dijelaskan secara kronologis dengan
menyebutkan tokoh-tokoh Syi'ah yang mencipta paham tersebut.
 
Akan  tetapi,  sejak  kekalahan  Syi'ah   Kaisaniyyah,   isu
al-Mahdi  al-Muntazar  sudah  muncul  dan mereka sebarkan di
kalangan pengikutnya. Dari sekte ini, isu  al-Mahdi  diambil
alih  oleh sub-sub sekte dari Syi'ah Imamiyyah, dan pengikut
paham Mahdi yang paling dikenal dalam sejarah  adalah  paham
Mahdi  Syi'ah  Isna  'Asyariyyah  dan Isma'iliyyah, keduanya
mempunyai  daerah  pengaruh  yang   cukup   luas,   lantaran
aktivitas  para  propagandisnya  yang  fanatik.  Keefektivan
penyebaran  paham  Mahdi  ini  ditunjang  pula  oleh  adanya
suasana  kemunduran dan kekalahan diantara kelompok-kelompok
Muslim yang sedang bersaing, di satu pihak,  dan,  di  pihak
lain, karena adanya semangat baru diantara kelompok tersebut
untuk bangkit  kembali  guna  menebus  kekalahan  mereka  di
bidang  politik. Tujuan utamanya tidak lain adalah membangun
kembali kejayaan mereka yang telah hilang,  namun  demikian,
tidak  jarang  dijumpai dalam masyarakat kita muncul seorang
yang mendakwahkan dirinya sebagai Imam Mahdi secara  person,
tanpa memiliki latar belakang perjuangan dari suatu kelompok
tertentu.
 
Selain itu perlu ditambahkan  disini,  bahwa  golongan  Sufi
tidak  kalah hebat peranannya dalam menyebarkan paham Mahdi.
Merekalah  yang  digambarkan  oleh  Fazlur  Rahman   sebagai
Qussas,  story-teller  atau  juru  cerita  yang sangat besar
pengaruhnya  di  kalangan  masyarakat  umum.  Untuk  menarik
perhatian  umum, mereka memperluas cerita dalam al-Quran dan
membumbuinya dengan kisah-kisah yang  bersumber  dari  agama
Nasrani,   Yahudi,   Gnostik,   bahkan   diambil   juga  dan
kisah-kisah dalam agama Buddha dan  Zoroaster.  Juru  cerita
yang berhaluan Syi'ah dan yang berada dalam pengaruh Kristen
ini dengan sengaja memasukkan ide-ide baru tentang  al-Mahdi
sebagai  figur spiritual yang akan muncul di akhir zaman dan
akan menegakkan kembali supremasi dan keadilan Islam  dengan
memberantas kaum yang menentang Tuhan.16
 
Dalam hubungan ini, sementara golongan Sufi lain dalam paham
kemahdiannya mempunyai corak kemahdian yang  berbeda,  yaitu
apa  yang  disebut  al-Quth,  atau  pemimpin  utama penguasa
rohaniah  Al-Qutb  ini,  menurut   Ahmad   Amin,   merupakan
tandingan Imam atau al-Mahdi. Dia dipandang sebagai pengatur
segala urusan sepanjang  masa  dan  diyakini  sebagai  tiang
penyangga  langit dan tanpa keberadaannya sudah barang tentu
langit itu akan  runtuh.  Selanjutnya  dijelaskan  bahwa  di
bawah  al-Qutb  ini  adalah  tingkatan  para  cerdik pandai,
demikian Ahmad Amin.17
 
Dari  keterangan  diatas,  jelaslah  bahwa  al-Mahdi   dalam
perspektif  rasional  tampak  sulit  diterima sebagai ajaran
dari Nabi,  dan  hal  itu  sendiri  tidak  terdapat  didalam
al-Quran  maupun  didalam  kitab  Sahih  Bukharõ  dan  Sahih
Muslim. Memang, jika  orang  membaca  hadis-hadis  Mahdiyyah
hanya  sepintas  dan  hanya  beberapa  buah  hadis saja yang
ditelaahnya, tanpa  mau  membandingkan  secara  jeli  dengan
hadis-hadis  Mahdiyyah  lainnya  yang  penuh  kontroversial,
tentunya dia akan  menerimanya  dan  mempercayainya  sebagai
sesuatu yang benar-benar datang dari Nabi. Akan tetapi, jika
dia    mempelajarinya    dengan    sikap    kritis     serta
menghubungkannya dengan sejarah ummat Islam secara obyektif,
maka    dia    tidak    akan    menerima     begitu     saja
pernyataan-pernyataan   hadis  Mahdiyyah  yang  bertentangan
dengan penalaran akal sehat itu.
 
Catatan kaki:
 
 1 'Ibn Khaldun, op. cit.,hlm. 311-2.
 2 Al-Maudidi, op. cit., hlm. 159-60.
 3 Ihsan Ilahi Zahir, op. cit., hlm. 401.
 4 Duhal-Islam III, op. cit., hlm. 238.
 5 Ibid., Hlm. 219.
 6 Ibn Khaldun, op. cit., hlm. 322.
 7 al-Maududi, op. cit., hlm. 216-7.
 8 Ahmad asy-Syirbasyi, Yas'alunaka fid-Din wal-Hayah,
   (Beirut: Darul-Jail, tt.), hlm. 514.
 9 Bandingkan dengan Ahmad asy-Syirbasyi, ibid., hlm. 513.
10 M. Arsyad Thalib Lubis, op. cit., hlm. 35 dan 45.
11 Muhammad Farid Wajdi Da'iratul-Maarifil-Qarnil-'Isyrin,
   (Beirut, Libanon: Darul-Ma'rifah lit-Tiba'ah wan-Nasyr,
   1971), hlm. 480.
12 Duhal-Islam III, op. cit., hlm. 243.
13 Syah 'Abdul-'Aziz Ghulam Hakim ad-Dihlawi,
   op. cit., hlm. 201.
14 Ibn Khaldun, op. cit., hlm. 327.
15 Ibn Khaldun, op. cit., hlm. 327.
16 Fazlur Rahman, op. cit., hlm. 132-3.
17 Duhal-Islam III, op. cit., hlm. 245.
 
-------------------------------------------------
Faham Mahdi Syi'ah dan Ahmadiyah dalam Perspektif
Drs. Muslih Fathoni, M.A.
Edisi 1 Cetakan 1 (1994)
PT. RajaGrafindo Persada
Jln. Pelepah Hijau IV TN.I No.14-15
Telp. (021) 4520951 Kelapa Gading Permai
Jakarta Utara 14240

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team