|
Ukhuwah dalam Islam
(Jedah, 18 Desember 1982)
Di pos pemeriksaan paspor, petugas muda Saudi di bagian
paspor memperhatikan dengan teliti beberapa kali visa haji
dan wajahku, sehingga aku merasa khawatir jika ada sesuatu
yang tidak beres. Aku kemudian melihat tetes-tetes air mata
jatuh di pelupuk matanya, dan tanpa menunggu ia melompat
turun dari counter dan memelukku, karena menganggapku
sebagai saudaranya dalam Islam.
Beberapa kali aku menyaksikan air mata bahagia ini di
wajah umat Islam Timur yang bersinar ketika mereka
mengetahui bahwa aku adalah orang Islam.
Jika umat Kristen mampu memahami perasaan seperti ini,
mereka akan memahami lebih baik, sebab gagalnya usaha
kristenisasi pada umat Islam.
Seorang muslim --meskipun tidak kaya, buta huruf, atau
hanya hafal surat al-Fatihah dan al-Ikhlas-- akan senantiasa
merasa bahwa mereka jauh lebih mempunyai
pengetahuan-pengetahuan pokok daripada nonmuslim. Terutama
mereka yang menganut pemikiran syirik, seperti "anak tuhan",
"ibu tuhan", "Trinitas: bapak, anak, dan roh kudus", selamat
dengan pengorbanan zat tuhan, dan rahasia-rahasia
sakral.
Seorang muslim yang miskin dan tidak bisa baca tulis,
ketika mengucapkan la Ilaha illa Allah. Ia akan merasa
gembira karena percaya, dengan demikian berarti ia telah
melewati masa jahiliah, meskipun hal itu belum tentu
dirasakan oleh yang lainnya.
(sebelum,
sesudah)
|