Artikel Yayasan Paramadina

Indeks Islam | Indeks Paramadina | Indeks Artikel | Tentang Yayasan
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

VI.40. KONSEP MUHAMMAD SAW SEBAGAI PENUTUP PARA NABI   (2/3)
Implikasinya dalam Kehidupan Sosial serta Keagamaan
 
oleh Nurcholish Madjid                            (hal. 523)
 
Dalam sangkutannya dengan Nabi, praktek tabanni (yang beliau
lakukan  untuk  bekas budaknya yang dimerdekakan oleh beliau
sendiri, Zayd [ibn  Haritsah])  mengakibatkan  sebutan  Nabi
sebagai  "bapak" seseorang diantara kaum beriman, yaitu Zayd
(maka ia disebut Zayd ibn Muhammad), dengan  mengesampingkan
kaum  beriman  yang lain. Maka firman Allah mengenai hal ini
terbaca: "Muhammad itu bukanlah bapak seseorang dari  antara
kaum lelakimu, melainkan Rasul Allah dan penutup para Nabi."
[7] Kemudian, mendahului firman itu  terbaca  firman:  "Nabi
lebih berhak atas kaum beriman daripada diri mereka sendiri,
dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu  mereka..."  [8].  Sudah
tentu  yang  dimaksud  bahwa  isteri-isteri  Nabi itu adalah
ibu-ibu kaum beriman ialah dalam pengertian spiritual.  Maka
Nabi sendiri, sementara dinyatakan sebagai bukan bapak salah
seorang diantara  kaum  beriman,  adalah  bapak  (spiritual)
seluruh  kaum  beriman,  yakni, panutan mereka semua. Inilah
yang dapat kita simpulkan dari rangkaian firman-firman  yang
relevan.  Muhammad  Asad  menjabarkan  bahwa  penegasan  itu
mengandung arti  penolakan  kepada  pandangan  bahwa  adanya
hubungan  fisik  (keturunan)  dengan  Nabi  mempunyai  makna
spiritual tersendiri; sebaliknya, karena hubungan  kebapakan
kepada  Nabi dan keibuan kepada para isteri beliau itu harus
dipahami hanya  sebagai  hubungan  spiritual  (dan  mustahil
sebagai  hubungan  fisikal), [9] maka kedudukan seluruh kaum
beriman dalam hal ini di hadapan beliau adalah mutlak  sama.
Pengertian  ini  lebih-lebih  lagi  sangat logis karena Nabi
Muhammad saw adalah Utusan Allah yang terakhir.
 
Untuk pengertian "penutup" itu al-Qur'an menggunakan istilah
"khatam," yang secara harfiah berarti "cincin," yaitu cincin
pengesah dokumen (seal, stempel), sebagaimana Nabi  Muhammad
sendiri  juga  memilikinya  (antara  lain  beliau pergunakan
mereka yang sahkan surat-surat yang  beliau  kirim  ke  para
penguasa  sekitar Jazirah Arabia saat itu). Jadi fungsi Nabi
Muhammad saw terhadap para Nabi  dan  Rasul  sebelum  beliau
ialah untuk memberi pengesahan kepada kebesaran, kitab-kitab
suci, dan ajaran mereka. Hal ini tersimpul  dari  penjelasan
tentang  kedudukan  al-Qur'an terhadap kitab-kitab suci yang
lalu, yaitu sebagai pembenar (mushaddiq)  dan  penentu  atau
penguji  (mahaymin),  disamping  sebagai pengoreksi (furqan)
atas  penyimpangan   yang   terjadi   oleh   para   pengikut
kitab-kitab itu. Penegasan itu kita dapatkan dalam al-Qur'an
dalam deretan keterangan tentang kaum  Yahudi  dan  Kristen,
disertai  harapan agar mereka benar-benar menjalankan ajaran
agama mereka masing-masing  dengan  baik,  dan  dirangkaikan
dengan   penegasan   pluralitas   kenyataan  hidup  manusia,
termasuk dan  terutama  hidup  keagamaannya.  Di  sini  akan
dikutip  deretan firman itu, karena amat patut (dan di zaman
sekarang cukup mendesak) untuk disimak dan direnungkan  akan
makna dan semangatnya:
 
Mereka  (kaum  Yahudi)  itu  suka mendengarkan kedustaan dan
memakan  harta  terlarang.  Kalau  mereka  datang   kepadamu
(Muhammad)   maka  buatlah  keputusan  hukum  antara  mereka
(berkenaan dengan  perkara  yang  menyangkut  mereka),  atau
berpalinglah dari mereka. Jika engkau berpaling dari mereka,
maka mereka tidaklah akan merugikan engkau  sedikitpun  juga
Dan jika engkau buat keputusan hukum, maka buatlah keputusan
hukum itu antara  mereka  dengan  adil.  Sesungguhnya  Allah
mencintai orang-orang yang berbuat keadilan.
 
Tetapi bagaimana mereka akan meminta hukum kepadamu, padahal
mereka punya Taurat yang didalamnya ada hukum Allah kemudian
mereka  berpaling  sesudah  itu  (dari  keputusanmu). Mereka
bukanlah kaum yang (benar-benar) beriman.
 
Sesungguhnya Kami (Tuhan) telah menurunkan Kitab Taurat yang
didalamnya  ada  hidayah  dan cahaya, yang dengan Taurat itu
para  Nabi  yang  berserah  diri  (kepada   Allah)   membuat
keputusan  hukum untuk mereka yang beragama Yunani, demikian
pula  mereka  yang  ber-Ketuhanan  (rabbaniyyun)  dan   para
pendeta mereka, karena perintah agar mereka memelihara kitab
Allah, dan mereka menjadi saksi atas hal itu. Maka janganlah
kamu takut kepada manusia, melainkan takutlah kepada-Ku, dan
jangan pula kamu menjual ayat-ayat-Ku  dengan  harga  murah.
Barangsiapa  tidak  menjalankan hukum dengan yang diturunkan
Allah maka mereka adalah kaum yang kafir.
 
Dan telah kami tetapkan  bagi  mereka  (kaum  Yahudi)  dalam
Taurat  bahwa  jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata,
hidung dengan hidung,  kuping  dengan  kuping,  gigi  dengan
gigi,   dan  luka  pun  ada  balasannya.  Namun  barangsiapa
melepaskan haknya (untuk membalas),  maka  hal  itu  menjadi
penebus  bagi  (dosa)-nya. Dan barangsiapa tidak menjalankan
hukum dengan yang diturunkan Allah maka mereka  adalah  kaum
yang zalim.
 
Dan  Kami  susuli atas jejak mereka dengan Isa putera Maryam
sebagai pendukung bagi  kitab  yang  ada  sebelumnya,  yaitu
Taurat.  Dan Kami karuniakan kepadanya Injil, didalamnya ada
hidayah dan cahaya, sebagai mendukung kebenaran  kitab  yang
ada,  yaitu  Taurat,  dan  sebagai petunjuk dan nasihat bagi
mereka yang bertaqwa.
 
Karena itu hendaknyalah para penganut Injil itu  menjalankan
hukum   dengan   apa   yang   diturunkan  Allah  didalamnya.
Barangsiapa tidak menjalankan hukum dengan  yang  diturunkan
Allah maka mereka adalah kaum yang fasik.
 
Dan  Kami  turunkan  kepada  engkau (Muhammad) dengan benar,
sebagai  pendukung   bagi   yang   ada   sebelumnya,   yaitu
kitab-kitab  suci (terdahulu) dan sebagai penentu (kebenaran
kitab yang  lalu  itu).  Maka  jalankan  hukum  dengan  yang
diturunkan  Allah,  dan  jangan  mengikuti  keinginan mereka
sehingga menyimpang dari yang datang  kepada  engkau,  yaitu
kebenaran.  Untuk  masing-masing  dari  kamu (ummat manusia)
telah Kami tetapkan tatanan hukum  (syir'ah,  syari'ah)  dan
jalan  hidup  (minhaj).  Jika  seandainya Allah menghendaki,
maka  tentu  akan  dijadikannya  kamu  sekalian  ummat  yang
tunggal.  Tetapi  Dia  hendak  menguji kamu berkenaan dengan
hal-hal  yang   telah   dikaruniakan   kepada   kamu.   Maka
berlombalah  kamu  sekalian untuk berbagai kebajikan. Kepada
Allah tempat kembalimu  semua,  maka  Dia  akan  menjelaskan
kepadamu  tentang  perkara  yang  pernah kamu perselisihkan.
[10]
 
Penafsiran  terhadap  ayat-ayat  Ilahi  ini  amat  baku   di
kalangan  para  ahli  dan  'ulama. Pertama, dalam firman itu
terdapat penegasan bahwa para penganut agama, dalam hal  ini
Yahudi  dan Kristen, harus menjalankan ajaran kebenaran yang
diberikan Allah kepada mereka  melalui  kitab-kitab  mereka,
berturut-turut   Taurat   dan   Injil.  Kalau  mereka  tidak
melakukan hal itu,  maka  mereka  adalah  kafir  dan  zalim.
Kedua,  al-Qur'an  mendukung  kebenaran  dasar ajaran-ajaran
dalam  kitab-kitab  suci  itu,  tapi  juga  mengujinya  dari
kemungkinan   pengimpangan   oleh   para  pengikutnya.  Jadi
al-Qur'an mengajarkan tentang kontinuitas agama-agama  Tuhan
-sebagaimana banyak ditegaskan di berbagai tempat lain dalam
al-Qur'an- sekaligus ajaran tentang perkembangan agama-agama
Tuhan itu dari masa ke masa.
 
Segi  kebenaran  yang didukung dan dilindungi oleh al-Qur'an
ialah kebenaran asasi yang menjadi inti semua  agama  Allah,
khususnya  Tawhid  atau  paham Ketuhanan Yang Maha Esa. Inti
agama yang umum itu dinyatakan dalam  istilah  Arab  al-din,
yang  seperti dijelaskan oleh Muhammad Asad mengandung makna
kebenaran-kebenaran agama/spiritual  yang  asasi  dan  tidak
berubah-ubah, yang menurut al-Qur'an diajarkan kepada setiap
Utusan Allah. Jadi semua Nabi dan Rasul membawa ajaran  inti
keagamaan  (din)  yang sama, kecuali jika diselewengkan atau
diubah oleh para pengikutnya.  Namun  para  Nabi  dan  Rasul
tidak  membawa sistem hukum (syir'ah, syari'ah) ataupun cara
hidup (minhaj, way of life) yang sama. Perbedaan dalam  segi
ini membawa kepada adanya kenyataan plural agama-agama, yang
sepanjang ajaran  al-Qur'an  tidak  perlu  kita  persoalkan,
karena   itu   sudah   menjadi  kehendak  Allah  (Dia  tidak
menghendaki masyarakat tunggal manusia), dan Allah pula yang
akan menjelaskan adanya perbedaan ini. [11]
 
Dari  urutan  dan  logika ajaran al-Qur'an itu dapat dilihat
letak pandangan bahwa al-Qur'an adalah kulminasi semua kitab
suci,  dan bahwa penerimanya, yaitu Nabi Muhammad saw adalah
penutup para Nabi dan Rasul. Sebab ajaran yang  dibawakannya
adalah   perkembangan   akhir   dari   semua  agama,  menuju
kesempurnaan. Maka Nabi Muhammad sebagai penutup segala Nabi
juga  berarti  bahwa  beliau  diutus  untuk  sekalian  ummat
manusia:
 
Katakan olehmu (Muhammad): "Wahai  sekalian  ummat  manusia!
Sesungguhnya  aku  adalah Utusan Allah kepada kamu sekalian,
yang bagi-Nya kekuasaan seluruh langit dan bumi; tiada Tuhan
selain  Dia  yang menghidupkan dan mematikan." Maka sekarang
berimanlah kamu sekalian kepada Allah dan  kepada  Rasul-Nya
yang   tak  pandai  baca  tulis  itu,  yang  beriman  kepada
firman-firmanNya.  Ikutilah  dia,  agar   kamu   mendapatkan
petunjuk. [12]
 
Firman  ini,  dilihat  dari  letaknya, merupakan interpolasi
atas deretan keterangan  tentang  Nabi  Musa  dan  keturunan
Israel.   Maksudnya   ialah   menjelaskan   bahwa  sementara
Nabi-nabi terdahulu dan ajaran-ajaran yang dibawanya tertuju
khusus  kepada bangsa, tempat dan zaman tertentu, namun Nabi
Muhammad dan al-Qur'an tertuju kepada seluruh ummat manusia,
tanpa  terikat  oleh  bangsa,  tempat maupun zaman tertentu.
Sebab sesudah Nabi Muhammad saw tidak akan  lagi  ada  Nabi,
dan sesudah al-Qur'an tidak diturunkan lagi kitab suci. [13]
Oleh karena itu Nabi Muhammad saw juga disebut sebagai bukti
rahmat  atau  kasih  Allah  kepada  seluruh  alam, khususnya
seluruh ummat manusia:
 
Dan tidaklah Kami mengutus engkau (hai  Muhammad)  melainkan
sebagai   rahmat   untuk  sekalian  alam.  Katakan  (olehmu,
Muhammad), "Sesungguhnya diwahyukan kepadaku  bahwa  Tuhanmu
adalah  Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Apakah kamu bersedia tunduk
(Islam) kepada-Nya?" Kalau mereka  berpaling,  maka  katakan
olehmu,  "Ku telah sampaikan hal ini kepada kamu semua tanpa
perbedaan. Dan aku tidak tahu  apakah  dekat  (segera)  atau
jauh  (terjadinya)  apa  yang  dijanjikan  kepada kamu (oleh
Tuhan) itu. [14]
 
Jadi paham Tawhid atau Ketuhanan Yang Maha Esa  adalah  inti
ajaran  al-Qur'an,  sebagaimana  juga  inti ajaran para Nabi
yang lain. Kita diperintahkan untuk  tunduk  (Islam)  kepada
Tuhan   Yang  Maha  Esa  itu.  Dan  ajaran  inti  ini  telah
disampaikan  Nabi  kepada  ummat  manusia  tanpa  perbedaan.
Dengan  kata-kata  lain,  ajaran  adalah universal. Muhammad
Asad  menjelaskan  segi-segi  yang  mendukung  universalitas
al-Qur'an,  yaitu,  pertama, seruan al-Qur'an tertuju kepada
seluruh ummat manusia, tanpa mempedulikan keturunan, ras dan
lingkungan  budayanya:  kedua, fakta bahwa al-Qur'an menyeru
semata-mata  kepada  amal  manusia  dan   karenanya,   tidak
merumuskan  dengan yang bisa diterima atas dasar kepercayaan
buta semata; dan akhirnya, fakta bahwa -berbeda  dari  semua
kitab  suci  yang  diketahui  dalam sejarah- al-Qur'an tetap
seluruhnya  tak  berubah   dalam   kata-katanya   sejak   ia
diturunkan  dalam  belasan abad yang lalu dan akan selamanya
demikian keadaannya, karena  ia  diantara  sedemikian  luas,
sesuai dengan janji Illahi. "Dan Kami-(Tuhan)-lah yang pasti
menjaganya" (QS. al-Hijr/15:9). Berdasarkan tiga daftar  isi
muka  al-Qur'an  merupakan tahap akhir wahyu Tuhan, dan Nabi
Muhammad adalah penutup segala Nabi. [15]
                                            (bersambung 3/3)
 
--------------------------------------------
Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah
Editor: Budhy Munawar-Rachman
Penerbit Yayasan Paramadina
Jln. Metro Pondok Indah
Pondok Indah Plaza I Kav. UA 20-21
Jakarta Selatan
Telp. (021) 7501969, 7501983, 7507173
Fax. (021) 7507174

Indeks Islam | Indeks Paramadina | Indeks Artikel | Tentang Yayasan
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team