|
|
di Panggung Sejarah |
|
|
INSTRUMENT BRITTANIA
Kepercayaan kaum Muslimin akan kedatangan kembali Al-Masih
Al-Mauud berikut Imam Mahdi mempunyai effek-effek yang
menguntungkan bagi ummat di luar Islam. Kaum Orientalis,
Kaum Kristen juga kaum Hindu menaruh simpati pada
orang-orang yang mengangkat dirinya sebagai Al-Masih dan
Imam Mahdi. Bahkan mereka bersedia menaruh namanya dalam
sejarah dunia. Keuntungan yang utama bagi Inggris karena
munculnya Al-Masih dan Imam Mahdi itu ialah timbulnya
perpecahan di kalangan ummat Islam yang tidak bisa dielakkan
lagi. Salah seorang yang terkenal dari banyak imam-imam
Mahdi yang muncul dalam jajahan Inggris itu adalah: Mirza
Ghulam Ahmad, yang sudah kita ketahui sepak terjangnya. Ia
dan alirannya sangat dininabobokkan oleh musuh-musuh Islam.
Akan tetapi apakah yang terjadi kemudian?! Pengalaman-
pengalaman pahit yang baru dialami Inggris dalam
pemberontakan Imam Mahdi sultan Muhammad Ahmad Donggola,
sehingga tewasnya Jenderal Gordon, akan merupakan peringatan
keras bagi diri Inggris sendiri. Bukan saja ratu Victoria
dan seluruh istana Buckingham yang terkejut mendengar
kematian Gordon yang dicintai itu, bahkan seluruh Brittania
merasa terkejut. Maka hari-hari sesudah itu, bagi Inggris
merupakan saat-saat yang harus berhati-hati dan selalu
menaruh curiga pada setiap orang yang mengangkat dirinya
imam Mahdi.
Betapapun Maharani Victoria mengenal dan mengetahui
kesetiaan serta pengabdian Mirza Ghulam Ahmad dan para
sesepuhnya pada Inggris, namun sikap yang diambil Inggris
setelah terjadi pemberontakan imam Mahdi Sudan itu, maupun
pemberontakan Urabhi Pasha di Mesir dan kegiatan-kegiatan
militant sayid Jamaluddin Al-Afghani, telah berobah
bertolak-belakang dari sikap yang sebelumnya. Tabiat
penjajah dan tabiat Kristennya mulai menonjol, curiga, dan
sangat berhati-hati terhadap setiap imam Mahdi bahkan pada
setiap ulama-ulama Islam. Sang Ratu mulai berpikir-pikir
jangan-jangan Imam Mahdi India Mirza Ghulam Ahmad itu akan
mentauladani Mahdi-mahdi yang lain, yakni terkandung niat
menentang tuannya juga.
Itulah sebabnya ratu Victoria melemparkan umpan pancingan,
menyodorkan syarat kelangsungan hidup bagi setiap imam Mahdi
yang baru. Syarat-syarat sang Ratu antara lain berbunyi:
"Bila itu datangnya dari Tuhan, ia akan tetap tegak,
akan tapi dengan syarat bahwa ia tidak punya maksud
kekerasan dalam tujuan hidupnya."1
Mirza Ghulam Ahmad merasa terdorong hatinya untuk
menyampaikan perasaannya pada sang Ratu, yang mungkin masih
ragu-ragu akan kesetiaan dari Mirza Ghulam dan alirannya.
Dengan demikian tidak ada jalan lain bagi Mirza Ghulam Ahmad
kecuali mengutarakan isihatinya sebagai bukti setia tunduk
dan taat pada Inggris. Dengan bahasa yang halus serta penuh
ta'zim Mirza Ghulam mengirim sepucuk surat kepada sang Ratu,
sebagai apa yang dikatakan Ahmadiyah kemudian bahwa surat
itu tidak lain adalah "A Present to The Empress" hadiah yang
paling berharga bagi sang Ratu dan sekaligus bagi Inggris.
Mirza berkata dalam suratnya:
"Jika Baginda Yang mulya mau membuktikan tanda-tanda
kebenaran patik, maka patik janjikan dalam masa satu
tahun akan terbukti. Selanjutnya patik sanggup berjanji
serta berdo'a bahwa pada masa kini dan masa
selanjutnya, daerah ini akan selalu aman dan sentosa.
Dan sekiranya patik ini palsu, maka patik bersedia
menjalani hukuman yang seberat-beratnya seperti
digantung, dimana Baginda yang mulya berkuasa
melakukannya."2
Itulah hadiah Mirza pada ratunya dan tuannya Inggris. Ia
kelihatan bukan lagi sebagai manusia melainkan sebagai
boneka yang bersedia menerima hukuman dari tuannya. Ia telah
mengabdi, setia, taat dan hormat serta menjamin wilayahnya
aman; dan ia pada akhirnya, inilah yang terpenting bagi
Inggris, telah melarang pengikut-pengikutnya dan kaum
Muslimin melakukan jihad terhadap Inggris. Kesemuanya itu
adalah hadiah-hadiah istimewa yang membuat ratu Yictoria
gembira dan terharu.
Apa saja yang hendak kau perbuat hai Mirza, lakukanlah! Dan
Mirzapun berbuat apa saja menurut kehendak hatinya. Pihak
Inggris tidak ambil pusing dengan tingkah-laku Mirza dan
pengikut-pengikutnya. Bahkan menurut Ahmadiyah sendiri,
Mirza Ghulam pernah menulisi sang Ratu Inggris yang isinya
antara lain:
"Hai ratu bumi Islamlah Engkau, supaya engkau selamat,
Islamlah!"
Menurut Ahmadiyah siapakah yang berani pada saat itu
menyampaikan amanat Islam kepada penguasa yang ada, atau
pada bangsa yang menjajah, kalau tidak Mirza Ghulam Ahmad?!
Kemudian Mirza dengan suara lantang berkata:
"Biar mati tuhan orang Kristen itu! Dan saya ini diutus
untuk memecah salib dan membunuh babi."
Bravo Mirza, siapa orangnya yang berani berkata sekeras itu,
menghina tuhan menghina salib dan menghina lauk-pauknya
sekaligus. Siapa pula kalau tidak Mirza Ghulam Ahmad, kata
Ahmadiyah bangga. Sejarah akan bertanya pada Ahmadiyah
apakah reaksi dari ratu Victoria Inggris maupun kaum Kristen
karena hinaan yang dilancarkan nabi India itu? Reaksinya
sepi saja, tidak ada apa-apa bahkan tidak ada niat bagi Ratu
Inggris maupun kaum Kristen untuk menutup mulut Mirza
ataupun menangkapnya. Katakanlah bahwa surat itu tidak
dibuang ke bak sampah atau ke dapur istana, melainkan sempat
dibacakan sang wazir di hadapan sang Ratu. Reaksinya tetap
masa bodoh saja dengan gonggongan Mirza. Bahkan yang dibuat
Inggris adalah sebaliknya. Mereka menanggapi surat Mirza itu
penuh kepuasan, sebab dengan surat itu Mirza Ghulam Ahmad
telah meyakinkan pengikut-pengikutnya maupun kaum Muslimin
di luar jemaatnya, bagaimana sikap jantan dan keberanian
yang ia miliki menghadapi musuh Islam yang paling kuat itu.
Sehingga Ahmadiyah sendiri mengomentari kejantanan nabinya
dengan pujian, bahwasanya dialah yang berjihad terhadap
Inggris.
Sebaliknya dari pihak Inggris maupun Kristen yakin dan pasti
akan tumbuhnya kepercayaan baru dalam hati kaum Muslimin
India tentang kebulatan tekad dan kebenaran misinya Mirza
Ghulam, bahwa ia memang Al-Masih, Al-Mahdi dan nabi akhir
zaman sesudah kenabian Muhammad. Kalau itu sudah bersemi dan
tumbuh dalam hati kaum Muslimin, maka tidak mustahil bahwa
mayoritas Muslimin India akan berkurang baik kwalitas maupun
jumlahnya, akan mulai luntur iman semula yang ada pada
mereka, akan terganggu alam pikiran dan jiwa mereka, bahkan
mereka akan dilanda kebingungan. Ulama-ulama mereka akan
berbeda pendapat, konflict aqidah dan fatwa yang
bersimpang-siur dan akhirnya perpecahan yang ditunggu-tunggu
musuh Islam tidak dapat dielakkan lagi.
Semua itu sudah terjadi dan memang benar perpecahan itu
tidak dapat dielakkan lagi. Itulah sebabnya Inggris
mengambil sikap yang tidak kepalang-tanggung terhadap Mirza
dan alirannya, ia mendapat jaminan jalan terus, bahkan kaum
Hindupun akan menyilahkan Mirza dan Ahmadiyahnya jalan terus
dan rintangan ataupun gangguan terhadapnya dan alirannya
akan diberantas demi pelebaran sayap imperialisnya dan demi
kesatuan India yahg kokoh, seperti yang dicanangkan tokoh
Hindu Dr. Shanker Dase Mehra.
Maka marilah kita melihat bagaimana Mirza Ghulam Ahmad
menfatwakan cinta kasihnya pada Inggris, yang luar-biasa
itu. Dalam Tiryacal-Qulub halaman 15 blirza menulis:
"Sebagian besar perjalanan hidupku ialah mendukung dan
membela pemerintah Inggris ... Saya selalu menganjurkan
agar setiap Muslim haruslah menjadi pengabdi pada
pemerintah ini, dan sanubari mereka janganlah ada
sedikitpun niat meniru-niru perbuatan menumpah-
numpahkan darah oleh Imam Mahdi atau Messiah yang
begitu fanatik memberi ajaran-ajaran bodoh dan sempit."
Kemudian Mirza melanjutkan fatwanya tentang syarat utama
sebagai hiasan iman setiap muslim; ia berkata dalam
At-Tabligh halaman 41:
"Sesungguhnya tidak menyempurnakan hak atau tidak
berterima kasih kamu pada Inggris berarti tidak
menyempurnakan hak atau tidak berterima-kasih kamu
kepada ALLAH."
Dalam Tabligh-i-risalat vol. VII, halaman 10 Mirza telah
menjawab pada Gubernur Punjab pada tanggal 24 Februari 1898,
antara lain:
"Bahwa dalam perjalanan hidupku sejak awal hingga aku
berusia 60 tahun ini, aku telah berusaha baik dengan
lidahku maupun dengan tulisan-tulisanku dalam kemampuan
diriku untuk mengalihkan perasaan kaum Muslimin menjadi
sayang dan simpati serta menaruh goodwill terhadap
Inggris, dan menghapuskan hasrat maupun idee-idee untuk
berjihad. Dan aku banyak melihat bahwa apa yang telah
kuusahakan berhasil meresap kedalam hati banyak
Muslim."
Kemudian dalam Tabligh-i-risalat, vol. VII halaman 17, Mirza
menulis tentang keyakinannya bahwa usaha-usahanya
mempengaruhi Muslimin, tidak sia-sia. Ia berkata:
"Saya yakin bahwa setelah pengikut-pengikutku
bertambah, maka mereka yang percaya pada doktrin jihad
akan makin berkurang. Oleh karena menerima aku sebagai
Messiah dan Mahdi maka sekaligus berarti taat pada
perintahku, yaitu dilarang berjihad terhadap Inggris.
Bahkan wajib atas mereka berterima-kasih dan berbakti
pada kerajaan itu."
Dalam Hammatul Busyra halaman 50 Mirza Ghulam Ahmad berkata:
"Sesungguhnya kerajaan Inggris telah berbuat baik pada
kaum Muslimin India. Karena itu tidak boleh rakyat
India yang beragama Islam melakukan pekerjaan durhaka
dan mengangkat pedang atas kerajaan yang baik budi itu;
Juga mereka tidak boleh membantu seseorang yang berbuat
durhaka baik dengan perkataan maupun dengan isyarat
atau harta untuk menentang Inggris. Dan sekalian
perkara ini telah diharamkan. Barangsiapa masih mau
berbuat demikian, maka ia telah durhaka kepada Allah
dan Rasul-Nya."
Maka akan berkata pula orang-orang Jahat, demikian kata
Mirza Ghulam, bahwa kerajaan Inggris telah membantu
pendeta-pendeta Kristen dan menolong mereka dengan
ikhtiarnya untuk mengKristenkan Muslimin. Maka apakah dosa,
sehingga kamu sekalian hendak berbuat jahat pada Inggris
yang telah berbuat baik pada kamu? Maka ketahuilah bahwa aku
siap membela pemerintahan ini. Dalam salahsatu jawabannya
pada missionaris Kristen yang berusaha memisahkan perpaduan
antara Mirza Ghulam Ahmad dengan Inggris, Mirza menulis:
"Saya menjamin bahwa bagi pemerintahan Inggris di sini,
sayalah bentengnya dan tempat berlindungnya daripada
segala bencana dan nasib sial. Dan tuhan menyampaikan
kabar baik padaku bahwa Dia tidak akan menyusahkan
INGGRIS selama aku di tengah-tengah mereka."3
Hal ini dikarenakan, kata Ahmadiyah selanjutnya, sama
kejadiannya ketika Tuhan tidak mendatangkan siksa pada
musyrikin Mekkah sebab wujud Rasulullah saw. ada di
tengah-tengah mereka. Tersebut dalam surah Al-Anfal ayat.
33. Kemudian Ahmadiyah bertanya jika Rasulullah dapat
dijadikan azimat dan benteng oleh Tuhan bagi orang-orang
Mekkah padahal mereka mengadakan perlawanan keras terhadap
Islam, apakah Mirza Ghulam Ahmad tidak boleh dijadikan jimat
dan benteng INGGRIS oleh Allah swt. yang sekalipun anti
Islam, tetapi setidak-tidaknya memberi kebebasan untuk
mempertahankan dan menyiarkan Islam.4 Akhirnya Ahmadiyah
bertanya:
"Apa TUHAN juga salah, yang memberitahukan kepada
hazrat Ahmad bahwa wujud hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s.
menjadi jimat dan benteng INGGRIS?!"343
Tentu saja tuhan Mirza Ghulam Ahmad tidak salah, dan juga
hazrat Mirza Ghulam boleh sekali menjadi azimat dan benteng
bagi Inggris. Sebab keinginan Inggris keinginan ratu
Victoria ialah adanya suara suci dari seorang nabi India
yang mengaku sebagai nabi Muslim pula, dimana suara sang
nabi itu dapat menyusup ke hati Muslimin India sebagai:
"fatwa, hadits ala Qadian, larangan, tabu berjihad, haram
dan dosa, kwalat dan terkutuk bila menentang Inggris."
Setelah wujud Mirza Ghulam Ahmad menjadi azimat dan benteng
bagi Inggris maka ia kemudian dengan tandas mencanangkan
tugas sucinya, dengan kata-kata:
"Kata 'PEPERANGAN' jangan diartikan dalam hal ini,
berperang dengan pedang atau senjata lain, oleh karena
TUHAN sendiri telah melarang jihad semacam itu. Adalah
perlu ditandaskan bahwa pada masa AL-MASIH perang
dengan pedang maupun senjata apa saja telah dilarang!"5
Demikian bunyi hadits qudsi nabi India yang baru diterima
dari tuhannya. Maka akan selalu terdengar dari getaran tali
senar Mirza Ghulam Ahmad, suara-suara paduan dari sympony
Brittania. Politik inilah yang dijalankan Inggris yakni
melaksanakan cita-cita imperialisnya dengan jalan
menunggangi kelemahan-kelemahan yang tampak pada bangsa
India dengan mengadu-dombakan sesama mereka. Dan dalam
kalangan ummat Islam, Inggris mendapatkan bantuannya dari
pionnya Mirza Ghulam Ahmad. Syahdan tidak lama kemudian
segala janji keamanan yang diberikan Inggris untuk
melindungi Mirza dan alirannya telah bersatu-padu dan
terbalaslah azimat dengan azimat, benteng dengan benteng,
cintakasih yang tidak bertepuk sebelah tangan. Jelasnya,
Inggris mengumumkan sikapnya yang pasti menjadi pelindung
rindang atas diri Mirza dan Ahmadiyahnya. Yang sangat
menarik untuk disampaikan disini ialah, bahwa jaminan
perlindungan dari Inggris atas Mirza itu disampaikan liwat
Tuhan baru kemudian Tuhan mewahyukan pada Mirza. Kiranya
Inggris menjadikan tuhan Mirza sebagai satelit penghubung.
Karena fungsinya hanya sebagai penghubung maka cara
menyampaikannya tuhan Mirza berbahasa Inggris pula. Sungguh
berbahagia Mirza Ghulam Ahmad tatkala pada tahun 1900 turun
wahyu padanya:
"Inggris dengan segala kebaikannya akan berada
disampingmu dan membantu engkau ya Mirza, sebagaimana
AKU Allah telah berada selalu di sampingmu. Mereka yang
selalu mencari kebenaran tidak akan pernah merasa
takut."6
Dan akhirnya, meskipun Mirza Ghulam Ahmad tidak memahami
bahasa Inggris, namun tuhannya mengirim wahyu padanya dengan
bahasa Inggris sebagai berikut:
"AKU cinta padamu wahai Mirza, dan Aku akan menjadikan
jemaatmu besar."7
Demikianlah hubungan kasih sayang timbal-balik antara
TriTunggal: Mirza Ghulam Ahmad, TUHAN-nya dan INGGRIS.
Catatan kaki:
1 (if this of GOD, it will stand, if there is no harm done).
2 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, 1943, Rabwah
Ahmadiya M.F.M.O., hal. 30: (" .... if Your Imperial
Mayesty wishes to see any sign in support of my truth,
I am sure that within a year it will be done; further,
I can pray that this era shall pass in peace and
prosperity. And if I am false, I would be ready to bear
the severest punishment, such as hanging, which Your
Mayesty can inflict.")
3 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, hal. 72: (I
can say that this Government I am as a fortress and
refuge from calamities and misfortunes. And GOD has
given me the good news that He will not inffict upon
them affliction while I am among them).
4 M. Abdul Hayee H.P. Ahmadiyah dan Inggris, 1969, D.A.I.
cab. Bandung, hal. 28.
5 Mirza Ghulam Ahmad, Fountain of Christianity, 1961,
Ahmadiyya. M.F.M.O. Rabwah, hal. 1 (the word "battle"
must not be taken to mean that the same would be fought
wth this sword or gun for GOD has forbidden jihad of
this kind. It being necessary that in the Promised
Messiah's time fighting of this kind should be
prohibited as the Holy Qur'an already directs).
6 J.D. Shams, H.A., Islam That Prophet, hal. 72; (in
November 1900 God revealed to him the following: "the
English were well disposed towards you, verily God on
the same side as you. Those who look towards heaven
shall not fear").
7 idem, hal. 66: (Tough he had no knowledge of English
God revealed to him in English the following: "I love
you, I shall give you a large party of Islam).
---------------------------------------------
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332
|
|
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |