|
di Panggung Sejarah |
|
TITIK BERTOLAK - AWAL BERKAIT KEDATANGAN KEMBALI ALMASIH Pada akhirnya diketemukanlah semacam obat penawar yang kelihatannya dipaksakan pada tubuh yang sedang sakit itu. Obatnya tidak lagi berkisar pada cerita "KUBURAN KOSONG" atau pada "KEMATIAN TUHAN DISALIB" atau pada cerita "BANGKIT DARI MAUT" melainkan pada cerita baru: "KEDATANGAN KEMBALI ALMASIH" ke atas dunia ini. Entah kapan ia datang, namun ia sudah berjanji untuk kembali dan mendirikan kerajaan Allah yang kekal. Charles H. Spurgeon berkata dalam kitabnya: "Drama keseluruhan yang meliputi kebangkitan kembali itu belum komplit jika Yesus Kristus belum juga datang kembali ke dunia sebagai Raja. Jika dia sudah datang, dia tidak akan dihina, diludahi lagi. Setiap orang akan berlutut padanya. Dia akan datang bersama salib namun tidak sepotongpun paku akan melukai tangannya yang halus lembut itu. Dia datang untuk mendirikan kerajaan Allah yang kekal dan akan memerintah untuk selama-lamanya. Haleluyah!"1 Demikian makna kedatangan kembali Yesus ke dunia; menjadiobat penawar, sinar cerah dan keyakinan usang yang diperbarui. Masa keragu-raguan tampaknya hilang sudah karena konsep baru telah diperoleh. Akan tetapi pada hakikatnya dalam praktek penindoktrinasian konsepsi baru tersebut ternyata tidak sanggup mendominir ratio maupun fitrah insaniah di dada setiap orang. Logika mulai menolak, dada mulai sangsi. Bentrokan-bentrokan opini timbul kembali. Masih belum terjawab juga soal: "SIAPA YESUS ITU." Ahli sejarah Inggris yang mashur, Prof. J. Arnold Toynbee berkata: "Sudah jelas bahwa kedatangan kembali Almasih mula-mula dipusakai sendiri oleh gereja, tatkala mereka diliputi kelemahan kepercayaan serta kegagalan dalam pokok keimanan mereka. Jelas pula bahwa doktrin kedatangan kembali menjalar dengan cepat pada masyarakat, sekte-sekte dan orang-orang yang sama-sama merasa serta mengalami kekecewaan karena kehilangan pegangan."2 Demikian yang terjadi doktrin kedatangan kembali Almasih menyerap ke dalam tubuh kristen hanya sebagai penawar iman "yang semu belaka." Ia tidak lebih dari pada suatu sumbangan konsep yang harus diterima oleh setiap Kristiani yang setiap waktu pula bersiap-siap pergi karena ditolak oleh rongga-rongga dada yang sesak yang telah lama menyimpannya, maupun oleh logika kritis yang memberontak atas dogma membeku yang melekat padanya. Catatan kaki: 1 Charles H. Spurgeon, The Second Coming of Christ, Moody Press, Chicago, th.?, hal. 101: (Make you sure of this that the whole drama of redemption cannot be perfected without this last act of coming the king. None shall spit in his face then, but every knee shall bow before him. The crucified shall come again, no nails shall then fasten his dear hands to the tree, haleluyah!). 2 Arnold J. Toynbee, A Study of History, Vol. III, London Oxford University Press, 1956, hal. 462: (It is certainly true that the doctrine of the second coming was conceived in the primitive christians church at a time when church was oppressed by a sense of weakness and failure ... It is also true that this doctrine here since been adopted with the greatest enthusiasm by societies and sects and people that have been in the same dissapointed or frustrated state of mind.) --------------------------------------------- Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah Abdullah Hasan Alhadar PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980 Jln. Tamblong No.48-50, Bandung Telp. 50708, 57177, 58332 |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |