|
di Panggung Sejarah |
|
THE BLESSED MIRZA Jelas ia dan alirannya memisahkan diri dari mayoritas kaum Muslimin; pemisahan mana sangat menggembirakan musuh-musuh Islam termasuk kaum Hindu. Mereka membenci kaum Muslimin terutama karena Aqidahnya Dr. Shanker Das Mehra seorang tokoh Hindu berkata: "Muslimin India adalah ummat yang terpisah dari mayoritas Hindu. Orang-orang nasionalis Hindu membenci Muslimin India karena perpisahan itu. Lebih-lebih lagi karena mereka selalu menghadapkan wajah mereka siang malam ke Jazirah Arabia. Bahkan mereka sujud ke sana. Orang-orang Hindu dan orang-orang asing tidak menyukai tingkah laku kaum Muslimin itu."1 Maka golongan Mirza inilah yang memperoleh simpati dari kaum Hindu. Mereka menyadari bahwa dengan kerja nabi India ini maka wajah Islam akan berubah dan akan membelakangi Kiblat kaum muslimin. Betapa tidak, dengan cara penerangan yang rapi dan langkah step by step yang dilakukan Ahmadiyah ditambah keuangan yang padat, banyak kaum Muslimin India terpikat pada jeratan perangsang aliran. Mirza Ghulam itu. Lebih banyak kaum Muslimin yang berpindah pada ajaran-ajaran nabi baru itu, maka lebih baiklah yang demikian bagi Inggris, Hindu dan Kristen. Dalam bab yang sebelumnya kita banyak mengetahui kitab suci Mirza Ghulam Ahmad yang mirip dengan Al-Qur'an. Kadang-kadang ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur'an dicampur baur dengan wahyu-wahyu yang ia terima dari tuhannya. Bahkan ia berkata tentang Al-Qur'an: "Al-Qur'an itu adalah Kitab Allah dan Kalimah-kalimah yang keluar dari mulutku."2 Dan Kalimah-kalimah yang keluar dari mulut Mirza haruslah diimani sebagaimana mengimani kitab yang diturunkan pada Nabi Muhammad s.a.w.3 Sebab Mirza juga kedatangan malaikat Jibril (Ayl) yang menyampaikan wahyu-wahyu padanya.4 Dan kehebatan kalimah-kalimah yang keluar dari mulut Mirza sama dengan kehebatan ayat-ayat Al-Qur'an. Bashiruddin berkata: "Keajaiban bahasa Arab Mirza menyamai keajaiban bahasa Al-Qur'an. Itulah salah satu tanda kebenaran missi Al-Masihnya."5 Demikian obrolan Ahmadiyah yang disampaikan oleh Mirza Ghulam Ahmad sendiri dan puteranya akan melegakan golongan-golongan di luar Islam. Setidak-tidaknya mereka puas dengan adanya Qur'an tandingan bikinan India, keluar dari mulut seorang nabi India pula. Disamping itu Ahmadiyah menciptakan nama-nama bulan disamping nama-nama bulan Islam yang telah ada. Nama-nama bulan itu ialah: "Sulh, Tabligh, Aman, Syahadat, Hijrat, Ihsan, Wafa, Zuhur, Tabuk, Ikha, Nubuwat, dan Fath." Bagi kaum Muslimin India nama-nama bulan dalam setahun bikinan Ahmadiyah itu, akan lebih meresap kelak jika mereka terjerat oleh aliran Mirza Ghulam Ahmad. Satu kelegaan lagi buat kaum-kaum di luar Islam. Adapun tentang mesjid Mirza Ghulam Ahmad yang terdapat di Qadian menurut nabi India adalah mesjid yang mubarak. Lebih jelas lagi Mirza berkata; bahwa yang disebut Al-Qur'anul Karim dalam surah Bani Israil ayat 1 tentang mesjid Al-Aqsha adalah mesjid Mirza yang di Qadian itu.6 Itulah sebabnya rnesjid itu telah diberkahi Tuhan. Selain itu Mirza Ghulam sempat menceritakan bagaimana saat-saat kematiannya akan terjadi. Tuhan bersabda padaku, kata Mirza: "Hari tinggal sedikit lagi, sesudah memperlihatkan semua kejadian dan keajaiban qudrat, barulah datang kejadian tentang engkau. Ini sebagai isyarah bahwa sebelum wafatku dunia mestilah mengalami beberapa kejadian, dan beberapa keajaiban qudrat akan zahir, supaya dunia bersedia untuk satu perubahan, sesudah perubahan itu barulah aku wafat."7 Kemudian tentang tanah di mana Mirza akan dikubur, ia berkata: "Kepadaku diperlihatkan sebuah tempat, inilah tempat kuburan engkau. Aku lihat seorang malaikat yang sedang mengukur tanah. Sesudah sampai ke sebuah makam ia berkata padaku: inilah tempat pekuburan engkau. Kemudian di sebuah tempat diperlihatkan padaku yang lebih berkilat dan perak dan semua tanahnya dari perak. Dikatakan padaku: inilah kuburan engkau! Dan diperlihatkan pula padaku sebuah tempat dinamai pekuburan ahli sorga, dan dinyatakan bahwa ini adalah pekuburan orang-orang jemaat yang terpilih yang ahli sorga."8 Kemudian Mirza Ghulam Ahmad melanjutkan perihal tanah pekuburan yang ditunjuk malaikat dan berkata: "Karena aku telah terima banyak sekali kabar-kabar suka untuk pekuburan ini, dan bukan saja Tuhan bersabda bahwa ini adalah pekuburan sorga, bahkan Dia bersabda: Segala macam rahmat telah diturunkan dalam pekuburan ini (unzila fiiha kullu rahmatin), dan tidak satu rahmatpun yang tidak diterima oleh orang-orang yang berkubur di sini."9 Dengan rahmat yang melimpah-limpah atas pekuburan Qadian itu bagaimana pula orang-orang yang menziarahinya, akan ketumpahan berkahnya bukan?! Dalam Payghami Suhl, vol. XXI, no. 22 dikatakan bahwa ziarah ke Qadian sama mubaraknya dengan ziarah ke Mekkah. Nah, apa lagi yang tidak dibuatnya? Ia sudah rasul dan nabi Islam dari India, missi Ahmadiyah adalah missi Islam sejati10 dan Jama'at Ahmadiyah adalah jemaat Bahi. Dan Ahmadiyah menandaskan: "Tangan Allah adalah bersama jemaat dan barangsiapa yang berusaha berpecah dari jamaat berarti mereka itu menyediakan diri untuk dibakar di dalam api."11 Demikian pendirian Ahmadiyah bahwa pengikut-pengikut Imam Mahdilah (Mirza Ghulam Ahmad) adalah golongan yang dinamakan "jemaah" itu. Itulah jemaah yang dikatakan sebagai satu golongan yang selamat dari jumlah tujuh-lima golongan yang disabdakan Nabi Muhammad dalam salah satu Hadits.12 Akhirnya untuk orang yang tidak percaya pada Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabinya kaum Muslimin, Ahmadiyah menandaskan: "Bahwa semua orang Islam harus percaya pada kenabian Mirza Ghulam Ahmad; kalau tidak berarti mereka tidak mengikuti ajaran-ajaran Al-Qur'an. Dan siapa-siapa yang mengingkari Qur'an maka ia bukan Muslim. Dan barangsiapa mengingkari seorang Nabi menurut agama Islam ia adalah kafir!"13 Horas Mirza Ghulam Ahmad dan Ahmadiyahnya! Alangkah gembira masyarakat Hindu mendengar obrolan-obrolannya. Betapa tidak gembira yang demikian itu, kalau ada orang-orang Islam yang datang mengganti keyakinannya dengan ajaran-ajaran Mirza Ghulam Ahmad, pasti ia telah berpendirian seperti pendirian Ahmadiyahnya, mengkafirkan Muslimin kemudian berusaha memindahkan kekafiran mereka menjadi ke-Islaman Ahmadiah made in Mirza Ghulam Ahmad. Bahkan orang-orang pengikut Mirza yang berada di jazirah Arabia, tidak mustahil kelak akan menghadapkan wajah mereka ke India. Peristiwa perobahan yang bertolak-belakang itu bukan suatu dongengan atau satu obrolan belaka, melainkan suatu gambaran nyata dan suatu kenyataan yang meyakinkan. Oleh tingkah-laku Mirza Ghulam Ahmad, maka harapan kaum Hindu telah terkabul. Ia adalah suatu blessing (berkah) yang tidak terduga-duga bagi semua ummat di luar Islam. Bagi masarakat Hindu sendiri, kehidupan para sesepuh Mirza Ghulam Ahmad sudah cukup meyakinkan. Mereka pernah mengabdi pada raja Sikh Ranjit Singh dan mereka pernah bahu membahu dengan kaum Hindu dalam perang 1857 sebagai pion-pion sewaan Inggris yang setia. Lebih dari itu semua, Mirza Ghulam Ahmad bukankah ia sebagai Brahman Avatar, sebagai Kreshna juga? Maka atas segala tingkah-laku Mirza dan Ahmadiyahnya yang menggembirakan masyarakat non Muslim itu, datanglah pujian baginya dan bagi Ahmadiyahnya dari seorang tokoh Hindu yang kenamaan, Dr. Shanker Das Mehra. Ahmadiyah dengan bangga mengulangi kembali pujian tokoh Hindu itu, yang isinya antara lain: "Tidak banyak orang-orang India yang menyadari bahwa dengan mengikuti aliran Ahmadiyah, mereka sebenarnya akan merupakan satu kekuatan politik Muslim yang bahu-membahu dengan kekuatan Hindu; dan India pastilah menjadi negara kesatuan dan satu bangsa yang kokoh. Bahkan akan merupakan kekuatan politik yang mengokohkan persatuan dengan Timur Tengah dan Afrika. Dengan demikian akan tercapailah perdamaian dunia."14 Betapa bagusnya pujian Das Mehra pada aliran Alhmadiyah. Ia dengan penuh simpati ikut menganjurkan agar kaum Muslimin pindah keyakinan pada aliran Ahmadiyah. Antara lain tokoh Hindu tersebut menambah: "Tersebarnya aliran Ahmadiyah di kalangan kaum Muslimin India akan menambah tegaknya kekuatan persatuan India. Aku seringkali menjumpai tokoh-tokoh Ahmadiyah yang berpandangan luas dan berjiwa besar, yang jarang aku lihat pada golongan-golongan lain."15 Apakah kaum Hindu menaruh perhatian pada obrolan-obrolan Mirza Ghulam, bahwa ia adalah Brahmana Avatar dan Kresna? Biarlah anjing menggonggong terus! Catatan kaki: 1 S. Abul Hasan Ali Nadwi, Qadianism a critical study. 1965, Lucknow National Horald Press, hal. 117. 2 Mirza Ghulam Ahmad, Istiftha', hal. 81 (lih. bab. IV-judul: Qur'an made in Qadian). 3 idem, hal. 87. 4 idem, hal. 87. 5 Bashiruddin Mahmud Ahmad, Invitation, hal. 97. 6 Mirza Ghulam Ahmad, Khutbatul Ilhamiyah, hal. 7 & 8 (huruf 'Ain). 7 Mirza Ghulam Ahmad, al-Wasiyat, hal 32. 8 idem, hal. 32, 33. 9 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 36. 10 Saleh A. Nahdi, Ahmadiyah Membantah Tuduhan Wahid Bakry, hal. 14. 11 Majallah Ahmadiyah Sinar Islam, no. 10/1965, hal. 14. 12 idem, no. 13/1965, hal. 34. 13 Syafi R. Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa, hal. 19. 14 Naseem Saifi, Our movement, 1957, Lagos The islamic Literature, hal. 33: (Das Mehra say! little have the Indians realised that by owning the Ahmadiyya movement, they would be politically comenting two mayor communities, the Hindus and the Muslims of India and would be fostering a strong united nation, with political reunification in the middle east and Africa. That would have resulted in stablishing factor in the world peace). 15 Naseem Saifi, our movement, hal. 34; (the spread of Ahmadiyya movement amongs the muslims would add to the strenght ot Indian union. I have invariably found the Ahmadis noble souls with contructive outlook-a feature that is only peculiar to them). --------------------------------------------- Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah Abdullah Hasan Alhadar PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980 Jln. Tamblong No.48-50, Bandung Telp. 50708, 57177, 58332 |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |