Ahmadiyah Telanjang Bulat
di Panggung Sejarah

oleh Abdullah Hasan Alhadar

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

ORGANISASI MUSAILIMAH MODERN
 
Inilah beberapa  contoh  yang  dikerjakan  organisasi  Mirza
Ghulam Ahmad dalam rangka mengubah ayat-ayat Al-Qur'an untuk
kepentingan Imam Mahdi India. Mereka berkata:
 
  "Apabila tanda-tanda akhir zaman yang digambarkan oleh
   Al-Qur'an itu telah tampak dengan jelasnya, maka
   bersedialah hendaknya kita menerima kedatangan Imam
   Mahdi itu."1
 
Kemudian  mereka  meneruskan  uraiannya   berkenaan   dengan
turunnya   ayat-ayat  suci  itu  dengan  penjelasan  seperti
berikut:
 
  "Nubuwat-nubuwat Al-Qur'an ini menyangkut beberapa
   perubahan besar yang bakal terjadi secara menyolok yang
   pada masa turunnya ayat-ayat tersebut belum ada.
   Tatkala mendengar tentang bakal terjadinya perubahan-
   perubahan besar itu orang tercengang karena tidak dapat
   melukiskan di dalam pikirannya hal-hal besar yang luar
   biasa itu."2
 
Dan akhirnya Ahmadiyah melukiskan bahwa  perubahan-perubahan
besar  yang  luar biasa itu dan mencengangkan pula itu, kini
tidak lagi bersifat luar biasa, bahkan kata Ahmadiyah:
 
  "Tetapi sekarang telah menjadi kenyataan yang oleh kita
   sekarang dianggap sebagai soal biasa saja."3
 
Apakah  gerangan  nubuwat-nubuwat  Al-Qur'anul  Karim   yang
melukiskan   terjadinya   perubahan-perubahan   besar,  yang
mencengangkan pikiran manusia luar biasa, akan tetapi justru
pada  saat-saat  sekarang  ini,  sudah  tidak  lagi bersifat
demikian, melainkan hanya dianggap soal biasa  saja?  Inilah
jawaban  Ahmadiyah  dari  ayat-ayat  Al-Qur'an, diambil dari
surah  At-Takwir  ayat  1  sampai  dengan  ayat  11.  Mereka
terjemahkan dan tafsirkan satu persatu sebagai berikut:
 
  "idza'sy syamsu kuwwirat:" apabila matahari telah
   tertutup, periksa tanda-tanda kedatangan Imam Mahdi
   yang disebutkan bersangkutan dengan gerhana matahari;
   
  "waidza'n nujumun kadarat:" apabila bintang-bintang
   menjadi pudar; bintang adalah orang-orang besar Islam,
   besar dalam arti ilmunya. Kerohanian dan kesuciannya.
   Ayat ini menubuwatkan akan berkurangnya orang-orang itu
   yang dalam segi agama mereka bagaikan bintang pembawa
   pelita rohaniah dan pembimbing yang baik. Rasulullah
   s.a.w. bersabda, bahwa sahabat-sahabat beliau adalah
   bagaikan bintang. Siapa saja dari pada sahabat-sahabat
   itu dijadikan ikutan pengikut itu akan memperoleh
   petunjuk yang pasti;
   
  "waidzal jibalu suyyirat:" apabila gunung-gunung
   bergerak; kapal-kapal laut yang besar-besar bergerak di
   samudera dinamakan pula sebagai gunung;
   
  "waidzal isyaru 'uththilat:" apabila onta-onta betina
   yang bunting ditinggalkan; dengan adanya
   kendaraan-kendaraan modern, mobil, pesawat terbang dan
   sebagainya di akhir zarnain onta-onta tidak memainkan
   peranan penting lagi di bidang angkutan seperti dahulu;
   
  "waidzal wuhusyu husyirat:" apabila binatang-binatang
   buas atau orang-orang primitip dikumpulkan; kita
   periksa kebun binatang umpamanya atau lihat
   bangsa-bangsa orang yang tadinya biadab dan
   terbelakang. Kita lihat orang-orang Afrika dahulu dan
   sekarang;
   
  "waidzal biharu sujjirat:" apabila lautan membual dan
   dipertemukan; terusan Suez dan sudah ditembus itu
   menyatukan dua samudera yang tadinya terpisah, begitu
   pula terusan Panama;
   
  "waidzan nufusu zuwwijat:" apabila manusia disatukan;
   PBB, K.A.A. dan organisasi lainnya adalah satu contoh
   yang hidup. Manusia dari tiap penjuru dunia dahulu
   tidak pernah berhimpun seperti sekarang. Dari sudut
   lain nubuwat ini menyangkut pula bidang perhubungan dan
   komunikasi. Adalah masa dahulu orang yang dapat
   mengadakan perhubungan dalam sedetik dari timur ke
   barat? kita camkan sekarang;
   
  "waidzash-shufu nusyriyat:" apablla surat-surat kabar,
   majallah dan buku-buku tersebut; sejarah menjadi saksi
   bahwa pada masa dahulu tidak pernah tersebar luas
   seperti sekarang ini. Ini nubuwatan yang luar biasa
   pula;
   
  "waidza's samau kusyihat:" apabila langit terbuka;
   bukan rahasia lagi manusia sekarang terbang di luar
   angkasa, mengitari bumi berulang kali, hal yang tidak
   pernah terjadi dalam sejarall dunia;4
 
Akhirnya  Ahmadiyah  memberi  penegasan  tentang   ayat-ayat
tersebut di atas:
 
  "Inilah beberapa tanda yang dinubuwatkan Al-Qur'an agar
   manusia memperhatikannya lalu mengenal Imam Mahdi,
   reformer agung sedunia."5
 
Demikian  cara   Ahmadiyah   mengartikan   dan   menafsirkan
ayat-ayat  satu  sampai dengan sebelas dari surah At-Takwir.
Cara-cara mereka ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
 
Sungguh satu hal yang luar biasa, mencengangkan bahkan tidak
terpikirkan  oleh  manusia  abad  sekarang  ini,  bahwasanya
kedatangan Imam Mahdi Mirza Ghulam  Ahmad  didahului  dengan
peristiwa-peristiwa   yang   dinubuwatkan  dalam  Al-Qur'an.
Alangkah hebat mukaddimah penyambutan datangnya  Imam  Mahdi
dari  India  itu.  Bahkan kelak sampai dunia kiamat, manusia
pasti   akan    tercengang    tak    habis-habisnya,    atas
keluar-biasaan  Tuhan  menyambut  Mirza  Ghulam.  Bayangkan,
sebelas kali dentuman meriam  untuk  Imam  Mahdi  dari  desa
Qadian itu.
 
Satu  perbuatan  cerdik, terang-terangan disengaja dilakukan
Ahmadiyah dengan menghilangkan  dua  buah  ayat  dari  surah
At-Takwir itu. Diantara ayat yang berbunyi: "waidzan' nufusu
zuwwujat"  dengan   ayat   yang   berbunyi   "waidzashshuhut
nusyirat"   terdapat   dua   ayat  yang  berbunvi:  "waidzal
mau'udatu suilat" dan "bi ayyi dzanbin Qutilat." Kedua  ayat
ini   dihilangkan   oleh   Ahmadiyah,  tidak  dipakai  untuk
kepentingan   Imam   Mahdi   Mirza.   Apa   alasan    mereka
menghilangkan  kedua  ayat  itu?  Apakah  tidak bisa dipakai
penafsirannya untuk tanda diantara  banyak  tanda  datangnya
Imam Mahdi?
 
Kenyataan  bahwa kaum Ahmadiyah ini telah menghilangkan ayat
8 dan ayat 9 dari surah At-Takwir, oleh karena ayat-ayat itu
bila diterjemahkan berbunyi:
 
  "Dan apabila anak-anak perempuan yang dikubur
   hidup-hidup itu ditanya, karena dosa apakah ia sampai
   dibunuh demikian?"
 
Maka  dari  terjemahan  itu,   Ahmadiyah   tidak   menemukan
bahan-bahan   zaman   sekarang  yang  bisa  diterapkan  pada
ayat-ayat tersebut .
 
Surat At-Talcwir adalah surat yang sifatnya  memberi  ingat,
membawa  kabar  takut  akan  hebatnya  peristiwa hari kiamat
terjadi. Dalam surat ini dari ayat pertama sampai ayat ke 14
Allah  menerangkan bagaimana hebat dan dahsyatnya malapetaka
yang menimpa alam sejagad di hari kiamat termasuk  matahari,
bintang-bintang,  gunung-gunung  binatang-binatang  liar dan
jinak dan  lautan,  dan  bagaimana  tiap  jiwa  dipertemukan
kembali  dengan  jasadnya,  anak-anak  perempuan  yang tidak
bersalah  yang  di  kubur  hidup-hidup  sebagaimana   banyak
terjadi di kalangan sebagian suku-suku yang berdiam di tanah
Arab, ditanyai mengapa mereka  dibunuh.  Ketika  itu  dibuka
kitab  setiap  manusia  yang  berisi  catatan  perbuatan dan
amalnya di dunia dan ketika itu pula dinyalakan  api  neraka
dan didekatkan syurga. Di kala itu insaflah setiap insan dan
sadarlah dia bahwa segala apa yang  dikerjakannya  di  dunia
akan mendapat balasan yang seadil-adilnya dari Allah.6
 
Peristiwa  itu  pasti  akan  terjadi  dan  saat-saat tibanya
berada  di  tangan  Tuhan.  Tidak  seperti  yang  diutarakan
Ahmadiyah,  ayat-ayat  dari surah At-Takwir diartikan kiasan
belaka seperti:
 
  "Matahari digulung, mereka artikan matahari tertutup
   atau gerhana. Bintang-bintang berjatuhan, mereka
   artikan orang-orang besar Islam berkurang.
   Gunung-gunung dihancurkan, mereka artikan kapal-kapal
   besar bergerak di samudera. Unta-unta bunting
   ditinggalkan, mereka artikan mobil pesawat dan
   lain-lain. Binatang-binatang liar dikumpulkan, mereka
   artikan kebun binatang. Lautan dijadikan meluap, mereka
   artikan terusan Suez dan Panama dipertemukan. Arwah
   dipertemukan dengan jasad, mereka artikan manusia
   disatukan, PBB-K.A.A. Catatan amal manusia, mereka
   artikan surat-surat kabar dan majalah. Langit
   dilenyapkan, mereka artikan manusia kini terbang ke
   luar angkasa."
 
Tingkah laku yang di luar batas ini sengaja  mereka  lakukan
terang-terangan.  Mereka  akan  terus  berbuat demikian demi
kepentingan Mirza Ghulam Ahmad. Bisa dipastikan bahwa  Mirza
Ghulam sendiri pada waktu masih hidupnya tidak kenal apa itu
mobil pesawat  ataupun  PBB.  Jelas  bahwa  tafsir  demikian
adalah  oleh pengikut-pengikutnya untuk menguatkan kedudukan
Mirza Ghulam Ahmad. Mereka menjadi mufassir-mufassir  jagoan
yang menafsirkan surah At-Takwir menurut selera akal mereka.
 
Tidak  berlebih-lebihan kalau dikatakan bila sang Imam Mahdi
Mirza sudah tidak waras akalnya, maka sang cucu, sang  putra
dan pengikut-pengikutnya tentu jatuh tidak waras pula.
 
Untuk  lebih  kenal  diagnose "ketidak-warasnya" itu marilah
kita  periksa   cara-cara   mereka   menterjemahkan   maupun
menafsirkan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang lain.
 
Lagi-lagi Ahmadiyah berkata:
 
  "Imam Mahdi atau reformer agung adalah petugas dari
   Allah yang membawa kabar suka dan peringatan-peringatan
   keras. Di satu pihak Al-Qur'an memberikan tanda guna
   memudahkan cara mengenalnya oleh manusia, di lain pihak
   merupakan tanda peringatan-peringatan keras. Sebab itu
   dalam hubungan kedatangan Imam Mahdi Al-Qur'an
   memberikan tanda-tanda yang dinubuwatkan dalam
   ayat-ayat AI-Qur'an yang berikut: idza zulzilat'il
   ardhu zilzalaha wa-akhrajatil ardhu atsqalaha wa-qala'l
   insanu malaha? Apabila bumi digempakan
   sekeras-kerasnya, bumi mengeluarkan muatannya, lalu
   manusia berkata: mengapa ini terjadi?"7
 
Demikian kutipan Ahmadiyah dari  surah  Az-Zalzalah  ayat  1
sampai  dengan ayat tiga. Mereka tidak melanjutkan kesudahan
dari ayat-ayat dalam surah Zalzalah  itu.  Kebutuhan  mereka
tampaknya  hanya  sampai pada ayat 1 sampat tiga saja. Tentu
saja kebutuhan untuk Mirza Imam Mahdi, yang dimaksud. Karena
itu  mereka mengatakan bahwa apabila utusan-utusan Allah itu
ditolak termasuk didalamnya petugas Ilahy Mirza Ghulam, maka
Allah    bertindak    dengan   berbaga   peringatan   berupa
cobaan-cobaan,  adzab,  sampai  mereka  mau  menerima   para
utusanNya.    Dan   diantara   adzab-adzab   itu,   termasuk
gempabumi.8
 
Surah Zalzalah yang dikutip Ahmadiyah  dari  ayat  I  sampai
dengan ayat 3 adalah ayat-ayat gempa. Mereka berkata tentang
ayat-ayat tersebut:
 
  "Secara harafiah saja nubuwat-nubuwat Al-Qur'an ini
   sudah beberapa puluh kali digenapkan Tuhan. Ratusan
   ribu manusia menjadi korban gempa bumi sedang sekarang
   kita masih dikejutkan oleh berita-berita gempa yang
   terjadi di berbagai negeri."9
 
Perlu apa lagi disebut secara harafiah saja, bukankah mereka
jauh menyimpang dari makna dan tafsir yang sebenarnya, hanya
semata-mata untuk memuaskan selera mereka dan Imam Mahdinya?
Padahal  surah  itu  adalah surah yang menerangkan peristiwa
saat hari kiamat tiba. Bukan tentang gempa-gempa  bumi  yang
telah terjadi di berbagai negeri, seperti maunya Ahmadiyah.
 
Last  but  not least, kita akan periksa tubuh Ahmadiyah yang
kehilangan akal warasnya ini dengan satu kali  lagi  melihat
cara-cara  mereka  mengartikan  dan  menafsirkan  Al-Qur'an.
Antara lain mereka berkata:
 
  "Peperangan-peperangan dahsyat yang terjadi dan memakan
   korban jutaan manusia dengan akibat-akibatnya yang
   mempengaruhi jalannya kehidupan semua mahluk di
   permukaan bumi ini telah dinubuwatkan Al-Qur'an sebagai
   salahsatu tanda kedatangan Utusan Agung Ilahi."10
 
Kedatangan Utusan Agung Ilahy yang dimaksud  di  atas  ialah
datangnya  utusan  yang  bernama: Mirza Ghulam Ahmad. Sekali
lagi adzab Tuhan terjadi karena penolakan utusan agung  dari
India itu.
 
Apakah   gerangan   yang   dinubuwatkan   Al-Qur'an  tentang
peristiwa terjadinya peperangan-peperangan yang dahsyat itu?
Sekali  lagi  Ahmadiyah  menjawab  bahwa  di dalam Al-Qur'an
dicatat dalam surah (101: 6) sebagai berikut:
 
  "Alqari'atu malqari'ah? Wa ma adraka mal qari'ah? Yauma
   yakunu'n nasu kalfarasyil mabtsuts, watakunul jibalu
   kal ihnil manfusy; yang artinya:
 
Penggegar, apakah penggegar dan taukah  apa  yang  dikatakan
penggegar.  Ia  adalah  hari  dimana  manusia akan merupakan
rama-rama bertebaran dan  gunung-gunung  akan  jadi  seperti
bulu berhamburan."11
 
Kita  ingin  tau  gerangan  apa  tafsir  kaum Ahmadiyah atas
kata-kata: Penggegar itu. Maka  inilah  dia  jawaban  mereka
yang paling menarik:
 
  "Dua kali 'penggegar' adalah dua kali perang dunia, dan
   mungkin lebih hebat lagi 'wa ma adraka mal qari'ah?'
   atau 'penggegar' ketiga yang disertai tanda dahsyat
   karena tekanan khususnya. Memang bila kita perhitungkan
   keadaan perlengkapan dan alat-alat perusak sekarang
   dapatlah dibayangkan betapa hebatnya 'penggegar' ketiga
   yang akan terjadi nanti yang oleh agama tidak dapat
   dilepaskan dan silsilah adzab-adzab Ilahi."12
 
Demikian itulah obrolan-obrolan  Ahmadiyah  tentang  Suratul
Qari'ah,  Suratul  Qiyamah;  diartikan  oleh  mereka: perang
dunia  kesatu,  kedua  dan  ketiga.  Mungkin  akan   menjadi
berpuluh-puluh  halaman  di  sini  bila  kita  terus menerus
memeriksa cara-cara mereka memberi arti maupun  tafsir  atas
ayat-ayat Al-Qur'anul Karim.
 
Sebaiknya  kita  tidak  ke  situ lagi, melainkan melihat dan
memeriksa cara-cara mereka yang lain,  hasil  refleksi  dari
akal tidak warasnya.
 
Catatan kaki:
 1 lih: Saleh A. Nahdi, majallah Sinar Islam, Yayasan Wisma
   Damai Bandung, no. 13 th. XV/1965, hal. 18.
 2 lih: idem no. 58, hal. 18.
 3 lih: idem no. 58, hal. 18.
 4 lih: Saleh Nahdi, Majalah Sinar Islam, no. 13/1965,
   hal. 18/19.
 5 idem, no. 61, hal. 19.
 6 lih: Juz 'Amma dan Terjemahannya, Dewan Penterjemah
   Kitab Suci Al-Qur'an, 1973, Jakarta Bumi Restu PT.,
   hal. 87.
 7 lih: Saleh A. Nahdi, majalah Sinar Islam, no. 13/1965,
   hal. 20.
 8 lih: idem. no. 64, hal. 20.
 9 lih: idem. no. 64, hal. 20.
10 lih: idem. no. 64, hal. 20.
11 lih: Saleh A. Nahdi, Sinar Islam no: 13/1965, hal. 20.
12 lih: idem no. 68, hal. 20.
 
---------------------------------------------
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team