|
di Panggung Sejarah |
|
PAULUS, INGGRIS DAN AMERIKA Trinitas yang hakiki versi Ahmadiyah mendekati Trinitas ajaran Nasrani. Dimulai dengan peristiwa mi'raj nabi gadungan Mirza Ghulam Ahmad ke langit dan berjumpa dengan tuhannya. Tuhan yang ia jumpai itu adalah "seseorang yang berkepribadian hebat duduk di atas sofa dalam gedung yang anggun lagi indah." Setelah berjumpa, sang nabi diajakNYA duduk di atas sofa dengan rasa kasih sayang yang mendalam seperti seorang AYAH."1 Kemudian dengan kedudukannya sebagai "kodrat TUHAN yang berjasad"2 dan dengan lisannya yang "MAHA-KUASA" karena apabila ia berkehendak, apa saja kehendaknya, cukup ia berkata: "KUN FA YAKUN" maka jadilah segala kehendaknya itu.3 Ditambah lagi dengan firman tuhannya yang berbunyi: "Engkau wahai Mirza bagiku adalah ANAK-KU"4 dan firman berikutnya: "Engkau wahai Mirza bagiku adalah seperti TAUHIDKU dan KE-TUNGGALAN-KU"5 dan akhirnya jeritannya yang memilukan di atas Golgotta Qadian dengan bahasa Ibrani: "ELI-ELI LAMA SABACHTANI" maka jelaslah sudah bahwa kedudukan Mirza Ghulam Ahmad dan tuhan-nya adalah antara ANAK dengan BAPAK. Itulah sebab ia memakai gelar YESUS Muhammadi duplikat dari YESUS-ISRAELI, gagal dalam segala hal, gagal dalam missi, gagal dalam asmara, gagal dalam akhlak dan gagal menjaga stamina tubuhnya. Kegagalan itu harus dipulas secara sempurna sehingga menjadi success. Kepalsuan itu harus ditutup dengan rapi sehingga menjadi satu gerakan yang berhasil baik. Kebatilan itu harus diorganisir yang rapi sehingga menjadi satu fakta yang nyata-nyata tumbuh dan berkembang biak. Pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-NYA dan terhadap ummat Muslimin harus disulap dengan semaraknya dakwah Islam ke seluruh negeri, bangunan-bangunan mesjid dan sekolah madrasah, sehingga tampak sebagai satu gerakan Islam yang sejati. Usaha-usaha itu memerlukan waktu yang baik dan suasana yang baik. Dr. Suruddin, penggantinya, yang berkedudukan sebagai khalifah pertama, tidak sanggup berbuat apa-apa. Ia tidak lain hanyalah sahabat yang siddiq dan pengabdi pada sahibzada-sahibzada Ghulam Ahmad dan putera-puteranya, Hanya itu saja peranannya. Akan tetapi penggantinya, khalifah yang kedua, Bashiruddin Mahmud Ahmad, adalah tokoh yang berhasil merealisir pulasan indah pada segala kemunafikan yang dibuat oleh sesepuhnya, ayahnya, dan alirannya itu. Ia lahir tahun 1889 dan diberi nama: "EMMANUEL" oleh bapaknya ataukah oleh orang lain, Inggris misalnya? Ahmadiyah tidak memberi komentar apa-apa perihal nama Emmanuel itu.6 Akan tetapi Emmanuel bin Mirza Ghulam Ahmad itu masih mempunyai nama lain yaitu Bashir. Inilah namanya yang dikenal luas. Adapun nama-nama lain, ia peroleh dari tuhan liwat wahyu, baik padanya maupun liwat ayahnya. Antara lain ia dinamakan: Fazl Umar, Alam Kabab, Kalamullah, Mahmud, Nashiruddin, Muslih Mau'ud dan Fakhri Rasul yakni kebanggaan para Nabi. Yang penting tentang Emmanuel Bashir ini ialah bahwa ia itulah tokoh ketiga dari tokoh-tokoh trinitas. Mirza Ghulam Ahmad adalah sang "PUTERA" itu. Tuhannya adalah sang "BAPAK" dan Emmanuel Bashir adalah sang "ROHUL KUDUS." Tatkala Mirza Ghulam merasa bahwa ia telah gagal dalam segala-galanya, maka Ahmadiyah membuka jalan buntu itu dengan janji yang indah yaitu tentang datangnya putera yang dijanjikan. Ahmadiyah berkata: "Kesempurnaan ayat "Liyuzhirahu Alad Dini Kullihi" yaitu Islam akan menaklukkan semua agama, yang khusus akan dilaksanakan oleh Imam Mahdi atau Isa Al-Masih insya Allah akan tercapai di tangan khalifah Masih ke II Bashiruddin Mahmud Ahmad."7 Dan Mirza Ghulam Ahmad sendiri ketika ia menjerit Eli Eli lama Sabakhtani, karena ia ditinggal tuhannya, merupakan klimax dari kegagalannya. Itulah sebabnya ia sebelumnya berkata: "Aku adalah kudrat tuhan yang berjasad. Kemudian aku ada lagi beberapa wujud yang jadi mazhar - cermin, tempat zhahir QUDRAT KEDUA. Sebab itu senantiasalah kamu berhimpun sambil mendo'a menanti Qudrat Tuhan yang kedua itu."8 Kemudian Mirza Ghulam Ahmad mengatakan bahwa hendaknya tiap jemaat para salihin di tiap negara senantiasa berhimpun berdo'a supaya Qudrat kedua itu turun dari langit.9 Itulah sebabnya Ahmadiyah mengatakan bahwa zaman Masih Mauud Mirza Ghulam Ahmad tidak terhenti sampai matinya, melainkan memanjang sampai zaman Muslih Mauud Emmanuel Bashiruddin Mahmud Ahmad.10 Dan rencana Allah, kata Ahmadiyah, harus diperpanjang hingga zaman ini ketika mana kekuatan Dajjal dan Taghut sedang berada dalam puncaknya.11 Zaman memuncaknya Dajjal dan Taghut berada tatkala Bashiruddin memegang tampuk pimpinan Ahmadiyah. Apa yang akan dilakukan oleh Rohulkudus Emmanuel Bashiruddin terhadap Dajjal akan digaris-bawahi oleh sejarah Islam, sebagaimana tugas yang sama yang telah dibebankan pada ayahnya Mirza Ghulam Ahmad sang putera, yaitu menggiring Dajjal sampai ke tempat pembantaiannya. Itulah sebabnya peranan yang begitu urgent yang bakal dipikul oleh Rohulkudus itu telah lebih dahulu ditandaskan oleh ayahnya Mirza Ghulam Ahmad dengan perintah untuk selalu berdo'a bagi kedatangannya sang kudrat kedua itu. Ia berkata tentang sang putera penggantinya itu, antara lain: "Allah Ta'ala menjanjikan padaku, bahwa guna menzhahirkan kedua kalinya berkat engkau, akan dibangkitkan dari diri engkau dan dari keturunan engkau seorang yang AKU hembuskan kepadanya ROHULKUDUS. Dia akan berjiwa suci dan akan mempunyai hubungan yang amat kudus dengan tuhan dan merupakanpenjelmaan Kebenaran dan Keluhuran. Seakan-akan Tuhan laksana turun dari langit."12 Suatu keistimewaan lain yang dimiliki Rohulkudus Bashiruddin ini walaupun kondisi tubuhnya selalu sakit-sakit sejak kecil, namun pada usia 13 tahun ia sudah kawin.13 Sedang penyakitnya lebih ganas ketika ia mencapai usia tua; bahkan mulai tahun 1959 sampai tahun 1965 (selama enam tahun) itu ia tetap tergeletak di tempat tidur,14 sampai masa kematiannya. Bagaimanakah caranya ia melawanDajjal dan Taghut? inilah satu pertanyaan yang penting untuk diketahui jawabnya. Padahal pada masa Bashirlah kaum Hindu India memberi pujian-pujian muluk pada Ahmadiyah dengan harapan agar kaum Muslimin yang mereka benci itu dapat beralih haluan dan menukar kepercayaan mereka dengan keyakinan Ahmadiyah, gerakan nabi Islam palsu dari india itu. Pada masa Bashirlah munculnya fatwa-fatwa dari ia sendiri yang sangat menusuk serta melukai hati kaum muslimin, dan sebaliknya menggembirakan kaum imperialis. Pada masa Bashirlah kitab suci kaum Muslimin Al-Qur'anul Karim diartikan dan ditafsirkan semau-maunya, diperkosa menuruti selera Ahmadiyah. Bayangkanlah sebagai contoh bagaimana surah Al-Qari'ah (101: 2-6) telah ditafsirkan dengan peristiwa perang dunia kesatu dan perang dunia kedua dan tahukah kamu penggegar yang ketiga nanti yaitu perang dunia! Demikian tanya Ahmadiyah dalam tafsirnya. Belum lagi ayat-ayat suci lain yang mereka putar-putar sebagaimana tertulis dalam bab III. Catatan kaki: 1 Sinar Islam, no. 4/5/6. th. XIV-1964, April/Mei/Juni, hal. 45-48. 2 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 12. 3 Mirza Ghulam Ahmad, Istiftha', hal. 88. 4 idem, hal. 82. 5 idem, hal. 82. 6 The Review of Religions, Ikha 1349-Oktober 1970, vol. LXIV-no. 10, Rabwah, hal. 322. 7 Sinar Islam, no. 10/1965, Djemaat Ahmadiyah Indonesia Djakarta, hal. 13. 8 Mirza Ghulam Ahmad, Al-Wasiyat, hal. 12. 9 idem 10 Sinar Islam, nomer Fazli Umar II, April/1967, hal. 40/41. 11 idem 12 Sinar Islam, nomer Fazli Umar, April/1967, hal. 40. 13 The Review of Religions, Oktober 1970, no. 10, vol. LXIV, hal 332. 14 Sinar Islam, nomer Fazli Umar, April/1967, hal. 34/35. --------------------------------------------- Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah Abdullah Hasan Alhadar PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980 Jln. Tamblong No.48-50, Bandung Telp. 50708, 57177, 58332 |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |