Ahmadiyah Telanjang Bulat
di Panggung Sejarah

oleh Abdullah Hasan Alhadar

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

AHMADIYAH SEBAGAI ISOLASIONISME
 
METODE PENDEKATAN
 
Itulah tokoh syed Ahmad Khan, seorang diri merencanakan  dan
mencetuskan satu revolusi zaman baru bagi ummat Islam India.
DR.J.M.S. Baljon, seorang sarjana bangsa Belanda berkata:
 
"Syed  Ahmad   Khan   telah   merencanakan   dan   melakukan
pemberontakan (mutiny) India yang kedua."1
 
Maka  sungguh  tidak  patut  dan  keliwat batas bila pendiri
Aligarh itu, hendak disejajarkan  atau  ditandingkan  dengan
pendiri  Ahmadiyah,  Mirza  Ghulam  Ahmad.  Bagaimana hendak
ditandingkan, syed ahmad Khan seorang  realis  tulen  dengan
Mirza  Ghulam  seorang  khayalis  itu? Bahkan tidaklah patut
untuk mengatakan bahwa  Mirza  Ghulam  Ahmad  telah  berguru
secara  absentia  pada  syed  Ahmad. Jauh dari pada berguru,
Mirza Ghulam hanyalah seorang plagiat besar penunggang  yang
mengambil  kesempatan  dalam kesempitan situasi di India. Ia
tidak  lebih  dari  seorang  pencuri  buah-buah  dari  hasil
tanaman perjuangan pejuang Muslimin.
 
Untuk  kepentingan Islam dan ummatnya misalnya, Mirza Ghulam
Ahmad  menciptakan   gagasan-gagasan   yang   mustahil   dan
tampaknya  lebih  merupakan  kisah-kisah advonturir daripada
cerita-cerita yang menggelikan. Di  antara  kissah-kissahnya
yang  menarik  ialah,  Mirza  Ghulam  Ahmad harus menjadikan
dirinya lebih dahulu, sebagai Al-Mahdi,  Al-Masih,  Kreshna,
dan  last  but  not  least sebagai Nabi dan Rasul. Andaikata
masih hendak dicari persamaan- persamaan dengan  syed  Ahmad
Khan   dan  syed  Ahmad  Al-Bedawi,  maka  memang  ada  juga
persamaan-persamaannya.  Nama  Ahmad  kebetulan  sama,  nama
putranya  yang  terkenal  sebagai  penerus  juga sama, yaitu
Mahmud Ahmad; dan nama aliran  yang  dimiliki  mereka  sama,
Ahmadiyah. Hanya itu saja persamaan-persamaannya.
 
Akan  tetapi  tidak demikian pada spirit, perjuangan, maupun
ajaran-ajaran mereka itu. Kita sudah  tahu  perjuangan  syed
Ahmad  Khan,  juga  perjuangan  syed  Ahmad  Al-Bedawi, yang
semasa hidupnya mengadakan perlawanan  dan  peperangan  yang
sengit  terhadap  penyerbu-penyerbu  kaum salib dalam perang
salib yang ketujuh .
 
Sedangkan Mirza  Ghulam  Ahmad  adalah  sebaliknya,  ia  dan
Ahmadiyahnya  berlindung  teduh  di bawah naungan salibisme.
Sejarah hidup Mirza dan keluarganya  serta  gerakannya  akan
membuktikan sendiri keterlibatannya itu.
 
Mungkin   perkenalan   terhadap   Mirza   Ghulam  Ahmad  dan
Ahmadiyahnya, ini masih garis-garis besarnya saja atau masih
serba  samar  dan tidak to the point. Maka untuk menuju pada
persoalan-persoalan yang lebih jauh, dan lebih lengkap  dari
sejarah  Mirza Ghulam dan Ahmadiyahnya, methode-methode yang
dianjurkan oleh  DR.  Muhammad  Iqbal  akan  lebih  membantu
sepenuhnya.
 
Methode  beliau yang pertama ialah: Menyusuri jejak-langkah,
sepak-terjang,  maupun  tingkah  laku  Mirza  Ghulam  Ahmad,
ajaran-ajarannya,  contoh-contoh  wahyu  yang ia terima dari
Tuhannya, dan jika  ditambah  lagi,  kehidupan  keluarganya.
Methode  lainnya,  yang  juga  penting  dan  effektif ialah,
mencari  dan  menggarisbawahi  letak-letak   Ahmadiyah   dan
pendirinya di dalam mata rantai sejarah kaum Muslimin India,
sebelum abad keduapuluh, atau meneliti situasi  dan  kondisi
Muslim  India dalam abad kesembilanbelas itu, sejak jatuhnya
Sultan Tipu.2
 
Dengan methode-methode yang dianjurkan Iqbal itu, perkenalan
pada  tokoh yang empunya cerita di sini, MIRZA GHULAM AHMAD,
sampai pada lubuk dasarnya.
 
Catatan kaki:
1 lih.Jamil-ud-din Ahmad, Early of Muslim political
  Movement, hal.136.
2 lih. syed Abdul Vahid, Thoughts and Reflections of
  Iqbal, hal. 269:,(A Careful Psychological analysis of
  the revelations of the founder would perhaps be an
  effective method of dissecting the inner life of his
  personality ...
  
  Another equally effective and more fruitful method,
  from the standpoint of the plain man, is to understand
  the real content of Ahmadism in the light of history of
  Muslim theological thougt in India, at least from the
  year 1799. The year 1799 is extremely important in
  history of the world of Islam. In this year, fell Tippu
  and his fall meant the extinguishment of Muslim hopes
  for political prestige in India; and I do hope that one
  day some young student of modern psychology will take
  it up for serious study.)
 
---------------------------------------------
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team