Ahmadiyah Telanjang Bulat
di Panggung Sejarah

oleh Abdullah Hasan Alhadar

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

QUR'AN MADE IN QADIAN
 
Satu hal lagi yang menarik dari tingkah laku nabi India  itu
ialah  koleksi wahyu-wahyunya. Di antara kitab-kitab yang ia
tulis ada semacam kitab suci, di mana di  dalamnya  terdapat
kumpulan-kumpulan   wahyu   yang  ia  terima  dari  tuhannya
kemudian    wahyu-wahyu    itu    ia    gabungkan     dengan
potongan-potongan ayat suci Al-Qur'anul Karim.
 
Ayat-ayat  Al-Qur'an  yang  dibajak  Mirza  Ghulam Ahmad itu
dimasukkan  dalam   karangannya   secara   terpotong-potong.
Kemudian  ia  rangkaikan  potongan-potongan  ayat  suci  itu
dengan   ucapan-ucapannya   sendiri   dan   hasilnya   mirip
firman-firman Tuhan dalam Al-Qur'an, namun pada kenyataannya
merupakan Qur'an baru made in Qadian.
 
Bila hendak memulai membaca  kitab  suci  Qadian  itu,  bagi
orang-orang   Ahmadiyah   ditanam  pada  lubuk  hati  mereka
keimanan bahwa kitab suci Mirza  Ghulam  Ahmad  sama  dengan
kitab  suci  Al-Qur'anul  Karim.  Tentu  saja  keimanan yang
demikian itu harus tertanam pula pada orang-orang yang bukan
Ahmadiyah  apabila  mereka  bermaksud  memasuki aliran Mirza
Ghulam.
 
  "Kita mengimani sebagaimana kita mengimani kitab yang
   diturunkan pada Nabi Khaliqil Anam." demikian kata
   Mirza.1
 
Mirza Ghulam selanjutnya mengatakan bahwa  wahyu-wahyu  yang
ia  terima  dari  tuhannya  itu  terkadang  ia terima secara
langsung, atau secara liwat perantara, yakni liwat malaikat.
Ia berkata:
 
  "Telah datang kepadaku Malaikat Jibril. Malaikat Jibril
   dalam  kitab Mirza Ghulam Ahmad disebut: Ayl.2
 
Dimanakah wahyu-wahyu dari tuhannya  itu  diturunkan?  Tentu
saja  jawabnya  di  India,  jelasnya  di  Qadian  maupun  di
sekitarnya.
 
Mengenai tempat di mana wahyu itu  diturunkan  dan  mengenai
hakikat  dari  wahyu  itu  sendiri, tuhan Mirza Ghulam Ahmad
berkata padanya:
 
  "Sesungguhnya dia (Kitab) itu diturunkan pada tempat
   yang dekat dengan Qadian. Dengan Kebenaran dia
   diturunkan, serta dengan Kebenaran pula turunnya."3
 
Maka inilah dia,  Qur'an  made  in  Qadian.  Dimulai  dengan
ucapan: "Bismillahir-Rahmanir-Rahiim.4
 
   Ya Ahmad Barakallah fiika, Ma ramaita idza ramaita wa
   laakin Allaha rama; Ar-Rahmaan; 'Allamal Qur'an;
   Litundzira Qauman maa undzira aabauhum wa litastabiina
   sabilal mujrimin, Qul inni umirtu wa-ana awwalul
   mu'minin; Qul ja'al haqqu wazahaqal batil innal baatila
   kana zahuuqa.5
 
Di halaman yang lain  dari  kitab  suci  Qadian  itu,  Mirza
menerima wahyu;
 
  "Fantazhiru Avaati hatta hiin; Sanuriihim ayaatina fil
   afaaq wafi anfusihim, Hujjatun qaaimatun wa fathun
   mubiin, Innallah yafsilu bainakum innalaha hia yahdi
   man huwa musrifun kadzdzaab, Wadha'na Anka wizrak
   alladzi anqadha dhahraq; Waqatha'a dabiral qaumal
   ladzhiina la yu'minun, quli'malu ala makamatikum inni
   'amilun fasaufa ta'malun, Innallaha ma'alladzinat taqau
   walladzina hum muhsinun, hal ataaka haditsuz zalzalah,
   idza Zulzilatil ardhu zilzalaha, wa akhrajatil ardhu
   atsqalaha, waqaalal Insaanu malahaa, yaumaiidzin
   tuhaddisu akhbaraha, bi anna Rabbaka auha laha,
   Ahasiban nasu anyutraku, Wama ya'tiihim illa
   baghtatan."6
 
Di halaman  lainnya  lagi  dari  kitab  suci  Qadian,  Mirza
menerima wahyu tuhannya:
 
  "Afata'tunas sihra wa antum tubshirun, haihaata
   haihaata lima tu'adun, man hadzal ladzii huwa mahinum
   jahilun au majnun, qul indi syahaadah minallah fahal
   antum muslimun, qul indi syahadah minallah fahal antum
   mu'minun, walaqad labistu fikum 'umraan min qalbihi
   afala ta'qilun, hadza min rahmati rabbika yutimmu
   ni'mataho 'alaika, fabasysyir wamaa anta bini'mati
   rabbika bimajnun, laka darajah fissaama' wafil ladziina
   hum yubshirun."7
 
Itulah di antaranya koleksi wahyu-wahyu Mirza  Ghulam  Ahmad
sebagai  kitab  suci  yang sejajar dengan Al-Qur'anul karim.
Pada   kitab   karangan   Mirza   Ghulam    lainnya    yaitu
khutbati-Ilhamiyah,  terdapat  rangkaian  bahasa  Arab  yang
dilukiskan  sebagai  bahasa  Arab  yang  tidak   terlawankan
ketinggiannya. Bashiruddin Mahmud Ahmad puteranya, berkata:
 
  "Keajaiban dari bahasa Arab Mirza Ghulam Ahmad menyamai
   keajaiban bahasa Al-Qur'an. Itulah salah satu tanda
   kebenaran missi Al-Masihnya."8
 
Dan untuk Al-Qur'an sendiri, Mirza  Ghulam  Ahmad  mempunyai
pandangan yang menghina.  Ia berkata:
 
  "Al-Qur'an itu Kitab Allah dan Kalimah-kalimah yang
   keluar dari mulutku."9
 
Dengan kata-katanya  yang  menarik  itu,  bahwa  kitab  suci
karangannya  harus  diimani sebagaimana mengimani Al-Qur'an,
keajaiban  bahasa  arabnya  sama  dengan  keajaiban   bahasa
Al-Qur'an,  dan  Al-Qur'an sendiri merupakan kalimah-kalimah
yang  keluar  dari  mulut  Mirza,  maka  ucapan-ucapan  yang
demikian  itu  tentunya  dituntun  dan diajarkan oleh Iblis.
Tidak seorang nabi paIsu yang  muncul  dalam  seJarah  Islam
lebih  berani  bertingkah  ucap sebagaimana nabi India Mirza
Ghulam Ahmad Al-Kadzdzaab.
 
Justru yang dikatakan wahyu-wahyu dari  tuhannya  itu  lebih
banyak   merupakan  sanjungan  pada  dirinya  bahkan  sangat
berlebih-lebihan cara memujinya. Pernah Tuhan  berkagt  pada
Mirza Ghulam Ahmad:
 
  "Tidak aku utus engkau ya Mirza, kecuali menjadi rahmat
   bagi semesta alam."10
 
Lebih tinggi dari itu,  tuhan  Mirza  mengeluarkan  emosinya
dengan  puja-puji  yang  luar biasa pada Mirza Ghulam Ahmad.
Antara lain tuhannya berkata:
 
  "Engkau wahai Mirza bagiku adalah seperti tauhidku dan
   ketunggalanku."11
   
  "Engkau wahai Mirza bagiku adalah seperti anakku-
   anakku."12
 
Ahmadiyah dengan cepat mengomentari wahyu  tuhan  pada  nabi
India  itu,  dengan mengatakan bahwa siapa dari orang -orang
yang taat pada  Tuhan  maka  mereka  adalah  anak-anakTuhan,
walaupun ini maksudnya bukan dalam arti anak-anak Tuhan yang
riil.13  Children of God yang  dikomentarkan  Ahmadiyah  itu
kelihatannya  sangat  mirip dengan ajaran Kristen bahwa kaum
Israili ataupun mereka yang  taat  pada  Tuhan  adalah  juga
terkenal dengan panggilan: putera-putera tuhan.
 
Pada  kesempatan  yang  lain,  tuhan  Mirza lebih menyanjung
Mirza Ghulam Ahmad pada posisi yang top yang  mungkin  telah
memadai  kedudukannya  dengan  Yesus  Keristus.  Tuhan Mirza
berkata padanya:
 
   "Engkau wahai Mirza bagiku adalah anakku."14
 
Bagaimana  komentar  Ahmadiyah;  bahwa  Mirza  Ghulam  Ahmad
adalah anakTuhan?!  Untuk ini kaum Ahmadiyah berkata:
 
  "Karena orang-orang masehi dengan bohong dan palsu
   menempatkan Al-Masih sebagai anak Tuhan yang asli,
   sebab itu ghairahKu menghendaki supaya AKU mencintai
   engkau sebagai halnya mencintai anak, sehingga nyatalah
   kepada dunia bahwa murid dari Nabi Muhammad s.a.w. pun
   dapat sampai kepada maqam Athfatullah."15
 
Dengan pangkat yang demikian  muluknya  Mirza  Ghulam  telah
sampai  pada  derajat  yang tiada terjangkau lagi oleh Yesus
Kristus kaum Nasrani. BahkanTuhan berkata pada Mirza  Ghulam
Ahmad:
 
  "Apabila engkau wahai Mirza menghendaki sesuatu apa
   saja, maka cukup engkau katakan: jadilah, maka jadilah
   ia."16
 
Disinilah Mirza Ghulam Ahmad  ternyata  duduk  dalam  posisi
derajat ketuhanan. Bukan saja lampu Aladin menjadi miliknya,
melainkan  juga  kata-kata  "Kun   fa   yakun"   ada   dalam
kekuasaannya. Apakah ada yang lebih hebat dari itu semua?!
 
Sudah tentu orang yang mempunyai kekuasaan kun fa yakun akan
mampu melahirkan segala yang luar biasa termasuk bahasa Arab
yang tidak  tertandingkan  oleh  siapapun  juga.    Mu'jizat
bahasa   Arab   Mirza  Ghulam  Ahmad  sama  dengan  mu'jizat
Al-Qur,an, sebagaimana dikatakan terdahulu. Yang perlu untuk
ditilik  kehebatan  bahasa  Arabnya itu ialah bagaimana pada
suatu waktu tuhan Mirza  mengirim  wahyu  kepadanya,  dengan
bahasa  Arab  yang membuat mata terbelalak. Bukan terbelalak
karena  keindahan  bahasanya  melainkan  terbelalak   karena
ketololan  kata-katanya.  Inilah  dia wahyu tuhan pada Mirza
itu:
 
  "Wahai Maryam tinggallah engkau bersama istrimu di
   sorga" (Ya Maryam Askun Anta Wa Zaujukal jannata.)17
 
Kelihatannya di sini tuhan  Mirza  memang  tuhan  tolol.  Ia
tidak  bisa bahasa Arab bahkan keliru besar. Mula-mula, nama
Maryam itu sendiri adalah nama wanita. Seharusnya  kata-kata
Anta  di situ diganti Anti. Kemudian yang lebih menarik lagi
Tuhan mengatakan ya  Maryam  engkau  bersama  isterimu,  ini
jelas  berarti  perempuan  kawin dengan perempuan, apa bukan
lesbian yang demikian?
 
Dimanakah letak kewarasan akal Mirza Ghulam Ahmad, puteranya
maupun  para  pengikut-pengikutnya  apabila  melihat  bentuk
wahyuTuhan di atas? Jika mereka masih bisa menggoyang  lidah
dengan memutar-balikkan fakta keblunderan bahasa nabinya itu
dengan mengatakan bahwa yang dimaksud nama Maryam itu adalah
Mirza  Ghulam  Ahmad,  seorang Ia laki-laki atau lebih jelas
yang dimaksud adalah Ibn Maryam sebab Mirza sering dinamakan
Al-Masih ibn Maryam; maka dengan cara itu pula berarti Tuhan
telah keliru sebut. Maunya sebut Ibn Maryam, yang kena hanya
Maryamnya   saja.  Jika  itu  maksudnya,  maka  tuhan  Mirza
nyatanya sudah keliru juga dalam menyusun bahasanya. Ataukah
sebagaimana  lazimnya  Ahmadiyah  akan  mengatakan bahwa itu
adalah keliru cetak? Tentu saja mana dari yang bisa diterima
logika  boleh  diambil  Ahmadiyah.  Namun  yang  pasti gelar
Sultanul Kalam yang ada pada  Mirza  Ghulam  Ahmad  hanyalah
sultan-sultanan saja.    Pantas  juga  sayid Muhammad Rasyid
Ridha tidak menjawab tantangan Ahmadiyah itu.
 
Catatan kaki:
 1 M.G.A., Istifta', hal. 77: (Wa Numinu kama numinu bi
   Kitaabillah Khaliqul Anaam).
 2 M.G.A., Istifta', hal. 87: (Jaani Ayl).
 3 M.G.A., Istifta', hal. 82: (Inna Anzalnahu ghariiban
   minal Qadiaan wabil haqqi anzalnahu wabil haqqi nazal).
 4 M.G.A., Istifta', hal. 77.
 5 M.G.A., Istifta', hal. 77.
 6 M.G.A., Istifta', hal. 84.
 7 M.G.A., Istifta', hal. 78.
 8 Bashiruddin Mahmud Ahmad. Invitation, hal. 97.
 9 Mirza Ghulam Ahmad, Istifta', hal. 81: (innal Qur"an
   kitabullah wa kalimaatun kharajat min tuhi.)
10 Mirza Ghulam Ahmad, Istifta', hal. 81 (wa ma arsalnaka
   illa rahmatan lil 'alamin).
11 Mirza Ghularn Ahmad, Istifta', hal. 82-juga lih.
   al-Wasiyat, hal. 36. (anta minni bimanzilati tauhidi wa
   tafridi).
12 M.G.A., Istifta, hal. 82, juga lih. M.G.A., Fountain of
   Christianty, hal. 45: (anta minni bimanzilati aulaadi).
13 Analyst' Fact about Ahmadiyaa Movement, hal. 18.
14 M.G.A., Istifta', hal. 82.: (anta minni bimanzilati
   waladi)
15 Mirza Mubarak Abmad, Masih mauud a.s., hal. 15.
16 M.G.A., Istifta', hal. 88: innama amraka idza aradta
   syai'anan taqula lahu Kun Fa yakun.)
17 M.G.A., Istifta', hal. 79.
 
---------------------------------------------
Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah
Abdullah Hasan Alhadar
PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980
Jln. Tamblong No.48-50, Bandung
Telp. 50708, 57177, 58332

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team