|
di Panggung Sejarah |
|
MIRZA RAJA KUMAN-KUMAN Baru saja kita meninggalkan karakter Mirza yang emosional, maka teringatlah kembali betapa sang cucu memujinya dengan pujian-pujian yang luar biasa, antara lain Mirza Mubarak Ahmad memuji Mirza Ghulam Ahmad dengan karakter "Rahmat Mujassam," yakni rahmat untuk keluarga, rahmat untuk kawan, rahmat untuk tetangga, untuk musuh, untuk pembantu-pembantu peminta-peminta dan rahmat untuk manusia.1 Apabila kita teringat akan peristiwa penyakit pes yang terjadi di daerah Punjab, maka rahmat untuk tetangga, rahmat untuk musuh dan rahmat untuk manusia yang dimiliki Mirza GhuIam Ahmad itu, akan menjadi suatu problema disini. Peristiwa pes abad ke-sembilan belas di Punjab itu, berkaitan dengan kedudukan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi Musa India. Ia memang memiliki semua kenabian terutama pada kenabian Muhammad, Isa, Musa dan Ibrahim. Sebagai nabi Musa abad ke-19 masehi dari India, Mirza Ghulam Ahmad ternyata memegang peranan yang sangat meyakinkan dalam peristiwa pes itu. Peristiwanya berkisar pada wabah pes yang melanda daerah Punjab. Tiap-tiap hari banyak orang meninggal karena pes itu. Dan korban kematian selalu bertambah. Pada peristiwa yang sangat menyedihkan itu, demikian sang cucu bercerita, hazrat Maulvi Abdulkarim r.a. pernah mendengar do'a hazrat Masih Mau'ud waktu menyendiri tengah malam; dan dengan menyaksikan hal itu beliau sangat ta,jub. Hazrat Maulvi Abdulkarim berkata: "Dalam do'a itu suara beliau demikian pedih dan penuh keharuan sehingga orang yang mendengarnyapun akan turut terharu pula. Beliau di hadapan Arasy Ilahi merintih-rintih laksana seorang ibu merintih kesakitan ketika menghadapi saat bersalin. Ketika itu aku perhatikan, maka kedengaranlah do'a beIiau itu memohonkan supaya ummat manusia dihindarkan dari adzab pes yang sedang berkecamuk itu. Beliau berulanguIang berseru: 'Ilahy, jikaIau ummat manusia ini binasa semuanya oleh adzab pes, maka siapakah nanti yang akan menyembah Engkau.'"2 Sungguh sangat mengharukan do'a Nabi Musa India itu. Do'anya persis do'a Muhammad s.a.w. ketika peperangan Badar akan dimulai. Sayangnya situasi nabi dari India itu bukannya peperangan melainkan penyakit. Yang kena wabah pes adalah daerah Punjab atau katakanlah negeri India; apakah kaum muslimin yang menyembah Tuhan Maha Esa hanya orang-orang di India? Mirza Ghulam Ahmad barangkali masih belum tahu bahwa semasa ia menjabat nabi-nabian itu, ummat Islam sudah berserak hampir sepertiga dari bumi selatan ini. Apakah do'anya juga tertuju pada mereka ataukah hanya khas untuk orang Punjab yang lebih khusus lagi pada pengikut-pengikutnya saja? Justru yang terakhir inilah tujuan dari do'a Mirza Ghulam. Ia hanya berdo'a untuk keselamatan pengikut-pengikutnya saja. Kenyataannya memang demikian; dan satu hal yang menarik ialah konon tuhan Mirza mengabulkan permintaannya itu. Dengan melalui isyarat dalam mimpi Mirza Ghulam memperoleh hasil yang menggembirakan dari do'anya yang mengharukan itu. Adapun Mimpi Mirza Ghulam pada malam itu ialah: "Ketika aku tidur aku bermimpi melihat seekor gajah yang luar biasa besarnya, ganas dan berjalan dengan sangat angkuhnya di atas permukaan bumi ini. Jelas bagiku, bahwa gajah itu adalah gambaran atau lambang dari wabah pes yang datang melanda serta menimbulkan korban kematian yang sangat besar itu. Akan tetapi kesudahan dari mimpiku itu ialah, bahwa sang gajah yang ganas itu tatkala mendekat padaku, tiba-tiba ia menjadi jinak, hormat dan dengan tawadhu'nya duduk bersimpuh di dekatku." Demikian sesudah itu Mirza Ghulam Ahmad mengumumkan ma'na atau ta'wil dari mimpinya itu serta diberitakan dengan luas, bahwa ia dan pengikut-pengikutnya akan selamat dari bencana pes itu.3 Jelasnya dari hal mimpi Mirza Ghulam itu bahwa kota Qadian hampir dikatakan selamat seluruhnya dari wabah pes, tidak seperti kota-kota lainnya. Lebih meyakinkan lagi akan makna mimpi Mirza ialah ketika Tuhan berkata: "Ketahuilah, Allah tidak akan melibatkan penduduk yang tinggal di Qadian terkena wabah pes itu. Ini dikarenakan ditengah-tengah mereka ada dia (yakni Mirza Ghulam Ahmad)."4 Demikian jelasnya dari tujuan do'a "Ilahy" yang diucapkan Mirza Ghulam Ahmad, bahwa hanya pengikut-pengikutnya sajalah yang akan diselamatkan. Bahkan tujuan lebih sempit dari doanya ialah bahwa yang akan selamat terkena wabah pes bukanlah daerah Qadian, melainkan hanya mereka yang berada di bawah naungan ruang atap rumah Mirza Ghulam Ahmad saja.5 Maknanya siapa orang-orang yang berada di rumah Mirza Ghulam Ahmad, maka mereka selamat dari bencana pes itu. Teringatlah kita akan sejarah Nabi Musa a.s. serupa peristiwanya dengan peristiwa nabi Musa India itu. Benarkah bahwa hanya di rumah Mirza Ghulam Ahmad saja yang selamat dari pes? "Sungguh ajaib, kata Ahmadiyah menceritakan bahwa pes yang ganas itu tidak menyentuh rumah Mirza Ghulam Ahmad; dan semua orang Ahmadiyah yang tinggal di dalamnya aman selamat, padahal di sebelah menyebelah rumah Mirza, yakni para tetangganya, pes yang ganas itu masuk ke rumah-rumah mereka dan membinasakan."6 Yang lebih ajaib lagi, demikian Bashiruddin Mahmud Ahmad menceriterakan: "bahwa tidak seekor tikuspun dalam rumah Mirza Ghulam Ahmad yang menderita pes itu , padahal justru tikus-tikus itulah yang lebih dahulu kena wabah itu. Kalau bukan malaikat yang menolong, apatah lagi?"7 Sungguh suatu peristiwa yang paling ajaib, justru tikus-tikus dalam rumah Mirza Ghulam lebih berharga dari nyawa-nyawa manusia tetangganya. Apakah tikus-tikus itu masuk Ahmadiyah? Ataukah Tuhan menyelamatkan binatang-binatang itu dan membinasakan manusia-manusianya. Sekejam itukah tuhan Mirza? Mirza Ghulam Ahmad dikabarkan berakhlak "khuluqin azhiim" juga seorang yang mempunyai jiwa "rahmat mujassam" yakni rahmat untuk tetangga, untuk musuh-musuhnya dan rahmat untuk manusia. Dimanakah itu semua? Seharusnyalah kaIau ia berdoa untuk keselamatan manusia dari pes itu, tidak sampai pada orang-orang yang tinggal di bawah atap rumahnya, melainkan sampai pada Qadian, Punjab bahkan seluruh India. Andaikata itu sudah ia lakukan dalam do'anya yang mengharukan tetapi Tuhan hanya memilih keselamatan pada orang-orang Ahmadiyah saja atau mereka yang tinggal di rumah Mirza, maka sekali lagi kita mengatakan, alangkah kejam tuhan Mirza, IA lebih sayang pada tikus kiranya. Rupa-rupanya, baik tuhan Mirza maupun Mirza Ghulam sendiri pada waktu pes melanda Punjab, kedua-duanya berada dalam sikap "angkara-murka" terhadap manusia-manusia yang bukan Ahmadiyah. Ini lebih meyakinkan kita jika kemudian sesudah itu, kita melihat betapa Mirza Ghulam Ahmad telah menyemburkan kata-kata yang paling menegakkan bulu roma pada saat-saat terjadinya kematian orang-orang karena wabah pes itu. Sejarah memaklumi bahwa Nabi Musa a.s. memiliki sebuah tongkat mu'jizat yang sanggup mengalahkan ahli-ahli sihir istana Fir'aun. Akan tetapi tidak demikian dengan nabi Musa India Mirza Ghulam Ahmad ini. Ia tidak mewarisi tongkat mujizat, akan tetapi. ia memiliki sesuatu mujizat yang paling hebat. Apa yang tidak terduga-duga kiranya telah terjadi. Mirza Ghulam Ahmad memiliki senjata yang paling ampuh untuk membinasakan lawan-lawannya. Apakah senjata ampuh milik Mirza Ghulam Ahmad itu? Tidak lain senjatanya adalah "kuman-kuman pes." Hal ini ia kabarkan; tatkala wabah pes itu hebat-hebatnya mengganas dan membinasakan. Mirza Ghulam Ahmad secara drastis lagi angkuh berkata: "Ketahuilah! secara diam-diam aku tengah membangkitkan bala-tentara kuman-kuman pes untuk menghancur-leburkan mereka. Karena itu mereka yang memusuhiku akan terkapar mampus di rumah-rumah mereka seperti binasanya onta- onta"8 Nah, Mirza Ghulam Ahmad, nabi Musa India abad 19 masehi, siapakah gerangan yang berani memusuhinya? Catatan kaki: 1 Mirza Mubarak Ahmad, Masih Mau'ud a.s., hal. 47 2 idem, hal. 30. 3 Bashiruddin. M.A., Invitation, hal. 93: Hazrat Mirza Sahib saw an elephant working havoc in the world. The elephant was symbolic of the plague which was to take a heavy to toll of death. In the dream the animal becomes tame and harmless and sits respectfully when it comes near the Mirza Sahib, a promise of immunity. He declared that he and his true followers would suffer little from the ravages of the plague: the town of Qadian would suffer much less than other towns and place. Hazrat's household was to remain completely safe. 4 The Muslim Herald, London, February 1972, vol. 12-no. 2, hal. 30: God will not bring punishment on the residents of Qadian because of him who lives amongs them. 5 Hazrat's hausehold was completely safe. (Bashiruddin. M.A., lnvatation, hal 93). 6 Bashiruddin Mahmud Ahmad, invitation, hal. 94: Cases of plague occured next door to him. His own household was pretty large. About a hundred souls consisting of his family, his friend and their families, lived more or less permanently under his roof. Dan lihat Saleh Nahdi, Ahmadiyah membantah tuduhan Wahid Bakry, hal. 62. 7 Not even a rat suffered. In plague the first casualties are rats. If it was not the angels what was it? (lih. Bashiruddin Mahmud Ahmad, Invitation, hal. 94.) 8 The Muslim Herald-London, February 1972, vol. 12-no. 2 hal. 30: (I am secretly raising an army (of plague germs) to attack them. So they (i.e. the opponents) will lie dead in their homes like the dead camels.) --------------------------------------------- Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah Abdullah Hasan Alhadar PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980 Jln. Tamblong No.48-50, Bandung Telp. 50708, 57177, 58332 |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |