|
di Panggung Sejarah |
|
MUSLIM INDIA AWAL, ABAD 19 MASEHI JATUHNYA BENTENG SRINGAMATAM Pada tanggal 4 Mei 1799 Sultan TIPU dari Mysore, India gugur. Putera dari negarawan terkenal Sultan Heidar Ali itu tewas dalam pertempuran yang tidak sebanding melawan Inggris. Syahidnya Sultan Tipu telah mengawali terbitnya fajar baru abad 19 Masehi dengan lembaran sejarah suram serta isyarat lampu merah bagi muslimin India. India semenjak itu merupakan kaca perbandingan bagi seluruh Asia yang mencerminkan penderitaan-penderitaan yang dialami ummat Islam. Ia seolah-olah merupakan sarang kesukaran ummat dan tubuh yang sangat menderita oleh kesukaran-kesukaran itu. Pada peristiwa jatuhnya benteng Sringamatam, tidak kurang dari 1000 kanon (meriam) yang jauh lebih modern keadaannya jatuh ke tangan musuh. Success yang dicapai Inggris sehingga jatuhnya kerajaan Islam yang jaya itu, tidak lain karena bantuan para pengkhianat orang-orang seperti Nizam dan Marathas, penguasa-penguasa wilayah di tetangga sultan. Pada mulanya mereka hanya kelihatan bersahabat dengan Inggris. Justru sikap lahiriyah yang bersahabat itu saja sudah menjengkelkan hati sultan. Beliau telah mensinyalir bahwa kedatangan orang-orang Inggris ke negerinya bukan saja sebagai pedagang, akan tetapi mereka menyusun pergerakan di bawah tanah yang sangat membahayakan kestabilan kerajaan. Itulah sebabnya beliau memberi peringatan-peringatan pada Nizam dan Marathas agar keduanya tidak mendekati Inggris. Namun peringatan-peringatan beliau itu tidak dihiraukan. Karena situasi yang membahayakan maka Sultan Tipu segera mengadakan kontak dengan Turki dan Iran, minta agar negara itu bersedia membangun pangkalan angkatan laut yang kuat bagi sultan. Usaha-usaha pendekatan ini cepat sekali tertangkap oleh jaringan mata-mata Inggris yang tersebar luas dalam kalangan anak negeri. Effeknya sangat merugikan, sehingga rencana-rencana sultan jadi gagal. Pada saat-saat itulah, tepatnya pada tahun 1791 Inggris melancarkan serangan mendadak dengan bantuan kawan-kawan, Nizam dan Marathas dimana kedua golongan ini telah berjanji setia. Betapa sedihnya hati sultan terhadap tindakan mereka yang hina itu. Negeri yang dibangunnya begitu payah sehingga menjadi makmur dan kuat, dimana industri dan pertanian maju, sistim tuan tanah dihapuskan, irigasi dan bendungan dibangun secara modern; hubungan perdagangan antar kota dan antar negara pesat, kapal-kapal dagang yang besar banyak berlabuh. Lebih dari itu kemajuan yang dicapai Sultan Tipu dalam bidang militer sungguh menakjubkan; kanon-kanon (meriam) modern yang lebih baik dari milik Inggris serta armada kapal perang bahkan beberapa penulis sejarah mencatat Sultan Tipu telah memiliki senjata-senjata roket yang ampuh. Semua hasil jerih payahnya itu telah dipersiapkan oleh orang-orang sebangsanya untuk dihadiahkan pada Inggris. Setahun kemudian yakni tahun 1792 di Sringamatam pusat dari kerajaan sultan, para pengkhianat itu memperkokoh lagi persahabatan mereka dengan Inggris dengan perjanjian pertahanan bersama. Peristiwa tersebut menusuk hati sultan begitu parahnya sehingga beliau meninggalkan makan makanan istana, bahkan beliau tidak lagi berbaring di peraduannya, melainkan seringkali tampak tertidur dengan kemelut jiwa yang dalam, di atas sebuah batu. Beliau berusaha bangkit kembali dari awal-awal keruntuhannya itu, namun kondisi dan situasi negeri sudah begitu parah, sehingga segala daya upaya sultan menjadi lumpuh. Bahkan klimax dari awal-awal kehancuran telah tiba. Pada saat-saat yang demikian beliau mengirim pasukan-pasukan ke berbagai daerah wilayahnya untuk mengembalikan kestabilan keamanan serta kepercayaan rakyat pada beliau. Saat-saat itulah yang dinanti-nantikan para pengkhianat, saat-saat kosongnya pasukan pertahanan di ibukota kerajaan. Mereka segera mengundang sahabat mereka Inggris untuk melakukan serangan mendadak lagi. Undangan mereka itu tidak disia-siakan oleh Inggris. Dengan kekuatan pasukan yang besar Inggris melakukan pengepungan tapal-kuda atas benteng Sringamatam. Sultan Tipu sangat terkejut atas hadirnya musuh secara tiba-tiba itu. Dengan beberapa pengiringnya beliau keluar dari benteng untuk melihat dari dekat gerak-gerik musuh. Tatkala beliau balik pulang ke benteng, tiba-tiba pintu gerbang benteng itu telah tertutup. Orang-orang pengabdi Inggris di dalam benteng itu telah menutup pintu gerbang dan menjebak Sultan Tipu dalam perangkap yang tidak berdaya. Pada saat-saat itulah pasukan Inggris menyerang beliau dengan suatu pukulan dahsyat. Namun Sultan yang gagah berani itu melawan mati-matian bahkan pada akhirnya beliau masih sanggup membendung arus kekuatan musuh hingga hari petang. Padahal sejak pagi hari beliau tidak makan dan minum. Keadaan yang drastis ini sangat memllukan hati para pengiringnya. Salah seorang mendekati beliau dan menyarankan agar menyerah saja demi keselamatan belia! sendiri. Akan tetapi Sultan Tipu dengan nada keras dan marah berkata: "Lebih baik bagiku hidup singkat dan mati sebagai singa, daripada hidup untuk seratus tahun namun tetap terhina." Akhirnya pada tanggal 4 Mei 1799 Sultan Tipu syahid bersama Jatuhnya benteng Sringamatam dan kerajaannya. Kemenangan Inggris atas diri beliau semata-mata karena ada orang-orang dalam yang berkhianat, menggunting dalam lipatan menohok kawan seiring. Semenjak itulah setapak demi setapak anak benua itu dicaplok oleh Inggris. Bersama-sama dengan kaum Sikh, Inggris dan orang dalam yang mengabdi, ummat Islam berada di ujung dua tombak yang mematikan, membunuh segala milik pribadi mereka. Islam di India redup bagaikan lampu kehabisan minyak.1 Catatan kaki: 1 M. Zahoor Amed, The sultan who slept on stone, perspective vol V, no. 11 & 12, 1972, Time Press Karachl, hal. 70/71. --------------------------------------------- Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah Abdullah Hasan Alhadar PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1980 Jln. Tamblong No.48-50, Bandung Telp. 50708, 57177, 58332 |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |