Keamanan Sosial atas Sumber Penghidupan Manusia (3/9)

Dr. Muhammad Emarah

 

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penterjemah
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

Oleh karena itu, jika kita ingin mengungkapkan dengan simpel filsafat sosial Islam yang menciptakan keamanan sosial bagi manusia, dapat kami katakan: Islam telah memihak kepada masyarakat (umat) dan membela kaum pekerja ---dengan segala perbedaan pekerjaan dan bidangnya-- dari seluruh anggota umat. Kemudian membiarkan realitas yang terus ber-evolusi dan berubah, untuk memilih dan membentuk "sistem-sistem" yang mendekati "filsafat" ini, sebagai aturan-aturan tertinggi dan ideal untuk diwujudkan dan diimplementasikan.

Kita juga dapat melihat Al Qur'an, sunnah Nabi, dan eksprimen pada masa Nabi Saw dan khulafa rasyidin sebagai sumber yang jelas dan mata air yang jernih, serta suatu bentuk konkret dan realistis tentang filsafat sosial Islam. Juga sebagai model aplikatif filsafat tersebut dalam suatu masa tertentu. Sehingga semua itu dapat dijadikan labuhan dan rujukan bagi usaha pembumian filsafat tersebut, dalam era kontemporer, untuk mewujudkan keamanan penghidupan bagi manusia modern dan menumbuhkan sipat kebersamaan yang membawa kepada kesatuan umat, yang telah diberikan amanah untuk mengatur kekayaan dan harta.

Seluruh bumi ini, dan seluruh kekayaan yang berada di dalam perut bumi, maupun yang berada di permukaannya, telah dianugerahkan oleh Allah SWT untuk seluruh manusia:

"Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk (Nya)." [Ar Rahmaan: 10].

Seluruh masyarakat (jama'ah) dan ummat (karena Allah SWT menggunakan redaksional plural) adalah makhluk yang mendapatkan mandat untuk menggunakan dan mengatur harta Allah SWT itu:

"Dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya." [Al Hadiid: 7].

Allah SWT-lah yang menciptakan harta kekayaan itu dan menganugerahkannya kepada makhluk-Nya:

"Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu." [An Nuur: 33]

Sebagaimana halnya logika manusia tidak dapat menerima pemikiran kepemilikan seorang ayah atas anak-anaknya, sehingga ia dapat melakukan apa saja terhadap anak-anaknya itu, demikian juga halnya (sesuai logika Al Quran itu) tidak dapat diterima kepemilikan total manusia atas harta kekayaannya, sehingga ia bebas melakukan apa saja terhadap hartanya itu. Karena harta dan anak-anak itu adalah anugerah dari Allah SWT:

"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar." [Al Mu'minuun: 55-56]

"Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia."[ Al Muddats-tsir: 11-13].

"Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar."[ Al Israa: 6].

"Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai."[ Nuh: 11-12].

Kemudian sunnah Nabi menjelaskan dan memerinci lebih lanjut sikap Al Qur'an itu, dan menetapkan apa hak manusia, sebagai seorang manusia, atas harta Allah SWT yang telah diamanahkan kepada manusia secara umum itu, seperti dijelaskan dalam Al Qur'an.

Sunnah menjelaskan, hak manusia atas harta adalah sebatas dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kecukupannya saja, sesuai dengan ukuran tradisi dan kondisi sosial yang ada. Sambil menjaga kesederhanaan yang baik. Tidak sampai berlebihan dari kebutuhan dan kadar kecukupannya. Hal ini dijelaskan oleh sunnah Rasul, saat ia membedakan antara harta kekayaan secara mutlak, yang merupakan harta Allah, dan dikemudian diamanatkan kepada manusia secara umum, dengan harta kekayaan yang dimiliki dan menjadi hak pribadi sesosok individu, sehingga ia dapat berkata: ini adalah hartaku!

Rasulullah Saw bersabda:

"Ada orang yang berkata: "hartaku-hartaku"!! Sesungguhnya bagiannya dari hartanya itu ada tiga hal: apa yang ia telah makan hingga habis, apa yang ia pakai hingga rusak dan apa yang ia berikan kepada orang lain hingga ia mendapatkan pahalanya." [Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan imam Ahmad].

Dalam riwayat kedua hadits ini:

"Anak Adam ada yang berkata: "hartaku-hartaku"!! Bukankah bagianmu dari hartamu hanyalah apa yang telah engkau sadaqahkan, sehingga engkau mendapatkan pahalanya, atau engkau pakai hingga rusak, atau engkau makan hingga habis?." [Hadits diriwayatkan oleh Muslim, Tirmizi , dan imam Ahmad].

Dalam riwayat ketiga:

"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." [At Takaatsur: 1-2], anak Adam ada yang berkata: hartaku-hartaku!! Sesungguhnya yang engkau dapati dari hartamu itu hanyalah apa yang telah engkau makan hingga habis, atau engkau pakai hingga rusak, atau engkau sadaqahkan hingga engkau mendapatkan pahalanya."[ Hadits diriwayatkan oleh An Nasai].

Rasulullah Saw bersabda kepada sahabat-sahabat beliau, bahwa apa yang dinamakan dengan harta mereka itu adalah harta yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keperluannya, sedangkan selain itu adalah harta ahli warisnya, bukan hartanya. Dan orang yang gemar mengumpulkan harta yang berlebihan dari kebutuhan dan kecukupannya, adalah orang yang mencintai harta orang lain!! Karena harta itu berlebihan dari kebutuhannya!! Rasulullah Saw bersabda:

"Ketahuilah, kalian lebih mencintai harta pewaris kalian daripada hartan kalian sendiri! Hartamu adalah apa yang telah engkau pergunakan (atau sadaqahkan), sedangkan harta pewarismu adalah yang engkau simpan!!. [ Hadits diriwayatkan oleh An Nasai.].

* * *

(sebelum, sesudah)

dari buku: Islam dan Keamanan Sosial
Penulis: Dr. Muhammad Imarah
Penerjemah : Abdul Hayyie al Kattani
Penerbit : Gema Insani Press, Jakarta, 1999.

 

Indeks Islam | Indeks Artikel | Tentang Penterjemah
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team