Islam dan Pembebasan

oleh: Asghar Ali Engineer

 

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

Pengantar Penerbit

Ketika realitas kontemporer terkuak dan kemudian muncul gambaran: kaum lemah berhadapan secara tidak seimbang dengan kaum kuat, warga negara berbenturan dengan tirani kekuasaan dan masyarakat teknologi-industrial merasakan keterasingan dahsyat yang mengungkungi eksistensinya, ini berarti manusia sedang menghadapi problem kemanusiaannya. Oleh karena itu "pembebasan", yang berarti memanusiakan manusia, menjadi kata kunci yang paling penting dan mendasar bagi segala upaya solusif meningkatkan kesejahteraan umat manusia dalam setiap dimensi kehidupannya dan pada gilirannya mengangkat citra kehidupan itu sendiri pada stage-nya yang paling tinggi dan mulia.

Upaya pembebasan, dengan demikian, merupakan agenda utama dan bermoral yang seharusnya mendasari setiap kerja, baik yang sistemik-institusional maupun imaginatik-improvisasional, dari berbagai "elemen sejarah kemanusiaan"--yang pada situasi kontemporer dewasa ini sangat didominasi oleh pasar-ekonomi kapitalistik dan mekanisme negara-politik totalitarian, dengan segala varian-variannya yang berskala lokal dan global. Suatu kenyataan-ambiguik yang seringkali mengantarkan kita kepada situasi yang ironik dan tragik, namun--pada saat yang sama--sesungguhnya menantang (!) segala potensi kritik dan kreatif-inovatif dari setiap kita untuk mendayagunakan "yang telah ada" dan membuka kemungkinan-kemungkinan baru dari "yang belum ada" bagi program kemanusiaan: Pembebasan.

Di sini, akan dengan sendirinya memunculkan pertanyaan-pertanyaan: di manakah sesungguhnya terdapat jalan pembebasan? Adakah ia selama ini telah tertimbun oleh debu-debu sejarah sehingga membeku menjadi fosil? Ataukah ia semacam sungai yang mengalir, yang setiap upaya membendungnya akan berujung pada problem "genangan" yang selalu mencari celah-celah untuk keluar, dan bahkan bila terpaksa akan menjebol bendungan yang menghalanginya?

Asghar Ali Engineer, seorang pemikir dan aktifis da'i yang memimpin salah satu kelompok Syiah Ismai'liyah, Daudi Bohras (Guzare Daudi) di Bombay India, bahkan telah melampaui pertanyaan-pertanyaan itu dan menawarkan agama (Islam) sebagai sebuah jalan pembebasan, atau dalam bahasanya sendiri: sebagai religiositas yang senantiasa menyatakan keterlibatan emosi yang tulus dengan visi moral dan spiritual yang menunjuk kepada pengalaman manusia yang agung untuk memperjuangkan harkat kemanusiaannya.

Dengan pilihannya ini, Asghar seperti tampak dalam bukunya yang diterjemahkan: Islam and Its Relevance To Our Age, tentu harus melakukan kerja keras membongkar berbagai perwujudan tradisi, pelembagaan ajaran dan bangunan pemikiran keagamaannya sendiri, yang karena berbagai proses sejarah yang panjang telah mengalami berbagai distorsi dan dogmatisasi, sehingga agama seringkali justru menjadi faktor irrelevan bagi suatu gerak pembebasan. Dan dengan sendirinya, melalui buku ini, Asghar sekaligus membuktikan watak liberatif dan progresif dari agama. Esensi dan kekuatan Islam terletak pada watak pembebasannya, dan karena esensi itulah Islam telah ikut memaknai perubahan sosial di berbagai kawasan dunia.

Penerbitan buku Asghar Ali Engineer--pertama kali dalam edisi Indonesia--ini sebetulnya ingin menambah hiruk pikuk pencarian pemikiran Islam masa depan.

Yogyakarta, 1 Oktober 1993


Date: Tue, 30 May 2000 12:39:42 +0700 From: Mohamad Zaki Hussein <zaki@centrin.net.id> To: is-lam@isnet.org  

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team