Syi'ah dan Al Qur'an (3/7)

oleh Dr. Ihsan Ilahi Zhahier

 

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

Beberapa Contoh Tentang Revisi

Setelah kita mengetahui beberapa buku sandaran kaum Syi'ah mengenai keyakinan mereka tentang telah direvisinya Al Qur'an, baiklah kami sajikan kepada para pembaca beberapa contoh tentang revisi dan pengubahan Al Qur'an yang dilakukan oleh kaum Syi'ah sendiri. Contoh-contoh di bawah ini kami kutipkan dari buku-buku atau kitab-kitab pokok yang dipandang sangat penting oleh mereka, baik yang bersangkutan dengan ilmu hadist, tafsir dan 'aqa'id. Menurut mereka semua riwayat mengenai hal itu telah dikemukakan oleh imam-imam ma'shum mereka yang wajib diikuti dan ditaati oleh setiap orang Syi'ah. Salah satu contoh, sebagaimana yang diriwayatkan oleh 'Ali bin Ibrahim Al Qummiy berasal dari ayahnya yang mendengarkan sendiri dari Al Husein bin Khalid mengenai ayat Kursi, sebagai berikut:

"Abul Hasan Musa Ar Ridho (salah satu di antara 12 Imam Syiah) membaca ayat Kursi dalam susunan yang berlainan dari ayat yang terdapat di dalam Al Qur'an, yaitu:

"Alif Laam Miim ... Allah tiada tuhan melainkan Dia. Yang Maha hidup dan Yang Maha mandiri, tiada terkena kantuk dan tiada terkena tidur. Kepunyaan- Nya lah segala yang ada di langit dan segala yang ada di bumi, segala yang ada di antara keduanya itu dan segala yang ada di bawah bumi. Maha mengetahui segala yang ghaib dan yang terang nyata, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." [Tafsir Al Qummiy, hal. 84, Jilid I, di bawah judul "Ayat Al Kursiy".]

Sebagaimana kita ketahui, rangkaian huruf "alif, lam dan miim" tidak terdapat di dalam ayat Al Kursi. Demikian pula mengenai kalimat terakhir yang digarisbawahi, tidak terdapat di dalam susunan ayat Al Kursi. Akan tetapi kaum Syi'ah yakin, bahwa semuanya itu merupakan bagian dari ayat Al Kursi. (Lihat QS. Al Baqarah: 255).

Berkenaan dengan surah Ar-Ra'ad 11 yang berbunyi:

"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah." (min amrillah = atas perintah Allah).

Al Qummiy menyatakan bahwa ayat tersebut dibaca orang di depan Abu 'Abdullah shalawatullah 'alaih. Ia segera menegur pembacanya: "Apakah engkau bukan orang Arab?" Bagaimana mungkin mengikuti di depan." "Mengikuti pasti di belakang!". Orang yang membaca ayat itu bertanya: "Lantas bagaimana yang benar?" Abu 'Abdullah menerangkan: "Ayat itu diturunkan sebagai berikut:

"Bagi orang itu ada malaikat yang mengikutinya dari belakang dan mengawalnya dari depan. Mereka menjaganya atas perintah Allah." (bi amrillah = atas perintah Allah). [Tafsir Al Qummiy, hal. 360, Jilid I. Demikian pula yang terdapat di dalam Tafsir Al 'Ayasyi dan Tafsir Ash-Shafiy".]

Dalam riwayat tersebut Abu 'Abdullah, Ja'far, Imam Syi'ah ke VI mencela orang yang membaca kalimat "mengikuti dari depan dan dari belakangnya" dan "min amrillah" (bunyi harfiah ayat tersebut), sehingga ia bertanya, "Apakah engkau bukan orang Arab?". Jika riwayat yang dikemukakan oleh Al Qummiy itu benar, itu hanya menunjukkan bahwa Abu 'Abdullah, Ja'far, tidak memahami bahasa Arab. Ini berarti bahwa ia bukan orang Arab, sebab ia tidak mengerti bahwa orang Arab lazim mempergunakan kata-kata "mu'aqqabat" (mengikuti) yang berasal dari akar kata "aqaba" yang mempunyai dua makna "yang datang sesudah yang lain" atau "yang datang berulang- ulang". Dalam ayat tersebut "mu'aqqabat" mengandung makna yang tersebut belakangan itu. Maka seperti itu dapat kita jumpai dalam syair-syair Arab zaman dahulu kala, seperti syair-syair yang digubah oleh Labid dan Salamah bin Jandal. [lihat Lisanul Arab, hal. 614 dan 615, Jilid I, Cetakan Beirut, 1968 M.]

Riwayat yang dikemukakan oleh Al Qummiy itu juga menunjukkan bahwa Abu 'Abdullah (Ja'far) tidak memahami makna "min" dalam hubungan kalimat "min amrillah" yang bermakna "bi amrillah" (dengan perintah Allah). Sebab lafadz "min" dapat dipergunakan dalam berbagai makna, antara lain untuk makna "bi" (dengan). Hal ini banyak sekali dalam bahasa Arab.

Al Qummiy juga mengubah dan menafsirkan ayat suci Al Qur'an yang berbunyi:

" ... dan jadikanlah kami Imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertaqwa." [QS. Al Furqon: 74]

dengan mengatakan bahwa pada suatu hari ada seorang membaca ayat tersebut di hadapan Abu 'Abdullah a.s. Keika itu Abu 'Abdullah memberikan tanggapan: "Mereka minta sesuatu yang sangat besar kepada Allah, merika minta diadakan para Imam (para pemimpin) bagi kaum yang bertakwa." Orang yang membaca ayat tersebut bertanya: "Lantas bagaimana, hai putera Rasul Allah?" Abu 'Abdullah menjawab, "Yang diturunkan Allah ialah:

"Jadikanlah kami seorang Imam (pemimpin) dari kaum yang bertakwa ..." [Tafsir Al Qummiy, hal. 117, Jilid II (S. Al Furqan)]

Al Kasyiy setelah menyebut riwayat di atas itu menambahkan "Dan di dalam 'jawami' terdapat penafsiran yang mirip dengan penafsiran tersebut." Ahmad bin Abi Thalib At Thibrisiy di dalam kitabnya "Al Ihtijaj" mengetengahkan sebuah riwayat, yang kemudian dikutip juga oleh Al Kasyiy. Riwayat itu sebagai berikut:

Pada suatu hari seorang zindiq (orang yang telah rusak keyakinan agamanya) mengajukan beberapa pertanyaan tentang 'Ali bin Abi Thalib. Pertanyaan itu dijawab oleh At Thibrisiy dengan menafsirkan beberapa ayat Al Qur'an: "Mereka menetapkan dalam Kitab Suci suatu yang tidak difirmankan Allah dengan maksud menimbulkan keraguan orang terhadap Khalifah dan munurut kenyataan yang dapat dilihat mereka menambahkan sesuatu yang membuat membuat pertentangan dan perselisihan." Lebih lanjut ia berkata: "Adapun mengenai apa yang engkau lihat tentang pertentangan yaitu:

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:" [QS. An Nisaa 3]

Ayat ini ada hubungannya dengan penghilangan yang dilakukan oleh orang-orang munafik terhadap Al Qur'an, sebagaimana yang telah disebutkan di muka. Berkenaan dengan frasa fil yatama (anak yatim) dan nikah al nisa, terdapat hal dan kisah yang seperti itu kira-kira mencapai sepertiga dari Al Qur'an. [Al Ihtijaj, hal. 119; Ash Shafiy, hal. 11]

Al Kaliniy di dalam "shahih"-nya (Al Kafiy) mengetengahkan sebuah riwayat yang dikatakan berasal dari Abu Bushair, bahwa Abu Abdullah as. membaca ayat Al Qur'an sebagai berikut:

"... dan barang siapa taat kepada Allah dan Rasul- Nya mengenai kepemimpinan 'Ali dan imam-imam sesudahnya, maka ia telah memperoleh keberuntungan amat besar." [Al Kafiy, hal. 414, cet. Teheran]

Padahal semua orang mengetahui bahwa kalimat yang digaris bawahi adalah tambahan dan sama sekali tidak terdapat di dalam Al Qur'an.

Dalam tafsirnya mengenai ayat:

"Hai Nabi, perangilah kaum kafir dan kaum munafik." [QS. At-Tahrim: 9]

dikatakan, bahwa pada umumnya semua ahlul bait membacanya:

"Hai Nabi, perangilah kaum kafir dengan menggunakan kaum munafik." [Tafsir Ash Shafiy, hal. 214, cet. Teheran]

Masih ada riwayat lain yang lebih aneh dari semua riwayat tersebut di atas, yaitu riwayat dari 'Abdullah bin Sinan, bahwa Abu 'Abdullah a.s. membaca ayat 115 surah Thaha dengan tambahan menjadi sebagai berikut:

"Sungguh, telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu mengenai Muhammad, 'Ali, Fatimah, Al Hasan dan Al Husein serta Imam-imam dari keturunan mereka,tetapi ia (Adam) lupa."

Yang digaris bawahi adalah tambahan kaum Syi'ah. [Al Kafiy fil Ushul, Kitabul Hujjah, Bab ayat tentang wilayah, hal. 416, Jilid I, Teheran]

Mengenai sebuah kalimat dalam ayat 92 surat An Nahl yang berbunyi: "disebabkan adanya satu golongan (umat) yang lebih banyak jumlahnya dari golongan (umat) lain" Al Qummiy mengetengahkan sebuah riwayat bahwa Ja'far bin Muhammad a.s. membaca sebagai berikut: "disebabkan imam-imam (aimah) mereka lebih suci dibanding imam-imam (aimah) kamu". Seseorang bertanya: "Hai putera Rasul Allah, kami selalu membaca "disebabkan adanya satu golongan (umat) yang lebih banyak jumlahnya dari golongan (umat) lain"! Ja'far menjawab, "Celakalah engkau, apakah arti 'arbaa' (lebih banyak jumlahnya) di sini?" Ia lalu memberi isyarat dengan tangannya supaya meninggalkan bacaan seperti itu. [Tafsir Al Qummiy, hal. 389, Jilid I. Juga disebut oleh Al Kasyiy dalam Tafsir Ash-Shafiy yang mengutipnya dari Al Kafiy.]

Selain riwayat-riwayat tersebut di atas masih terdapat banyak riwayat yang lain lagi di dalam kitab-kitab "hadist shahih" Syi'ah dan kitab-kitab lainnya. Hal ini akan kami kemukakan lagi Insya Allah di bawah judul yang lain.

(sebelum, sesudah)


Date: Sat, 29 Apr 2000 20:38:31 +0700 From: "Funny People" <syahadah@solonet.co.id> To: "Milis Is-lam" <is-lam@isnet.org>

 

Indeks Islam | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team