Kain Kafan Turin

Indeks Kristiani | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

 

 

------------------------------------------------------------
                    PENYELIDIKAN KAIN KAFAN
------------------------------------------------------------
 
KAIN KAFAN TORINO BERASAL DARI ABAD KE-14?
 
Atas perintah dari Paus Johannes Paulus II kain  kafan  yang
disimpan  di  kota  Torino di Italia Utara diselidiki secara
ilmiah dengan test-Carbon-14.
 
Test-Carbon-14 itu adalah cara yang  baik  untuk  menentukan
umur  dari  barang purbakala. Metode itu sudah lama dikenal,
tetapi baru sekarang ini dapat dilakukan dengan contoh  kain
yang kecil (kurang dari satu centimeter persegi).
 
Test  dilakukan oleh tiga Universitas (satu di Amerika, satu
di Inggris dan satu di Swis). Penyelidikan dikoordinasi oleh
Direktur dari British Museum, Dr. Tite.
 
Pada  bulan  Oktober  1988 diumumkan hasilnya: Kain kafan di
Torino berasal dari abad 14, Dengan demikian sudah  terbukti
bahwa kain kafan Torino bukan kain kafan Yesus, yang disebut
dalam Injil Yohanes.
 
 
PENIPUAN OLEH BRITISH MUSEUM?
 
Akan tetapi Dr. Bruno Bonnet-Eymard  dalam  majalah  bulanan
Perancis  'La  Contre-reforme  catholique'  menuduh Dr. Tite
melakukan penipuan. Pada waktu potongan dari kain kafan akan
dikirim  ke  Universitas yang akan menyelidiki kain itu, Dr.
Tite menukar potongan kain kafan dengan potongan  kain  lain
yang  diambil dari Korkap Santo Louis, Uskup dari Anjou pada
abad ke-14.
 
 
PETISI KEPADA SANTO BAPA
 
Sekarang sudah ada banyak petisi kepada Santo Bapa di  Roma,
supaya  test-Carbon-14 diulang dengan penjagaan lebih ketat,
supaya jangan ada penipuan lagi.
 
Pada bulan Mei 1989 akan diadakan simposium di kota Bologna,
Italia, sebagai persiapan Kongres Internasional kelima, yang
akan diadakan di Cagliari, Italia  pada  bulan  April  1990.
Harapan  besar  mereka akan mohon izin dari Santo Bapa untuk
mengulang test-Carbon-14.
 
 
PENYELIDIKAN BARU:
KAIN KAFAN DIBUAT DALAM ABAD KEDUA SEBELUM MASEHI!
 
Pada tahun 1973 Prof. Gilbert Raes dari Universitas Gent  di
Belgium  telah  membuat  penyelidikan-tekstil  sepotong dari
kain kafan. Prof. Raes membuktikan bahwa  benang  dari  kain
kafan dipintal dengan tangan. Pada akhir abad ke-11 di Eropa
Barat sudah memakai  roda  pemintal,  sehingga  penyelidikan
dari  British Museum tidak cocok. Prof. Raes masih menyimpan
sepotong dari  kain  kafan  itu.  Potongan  itu  dikirim  kc
Universitas di California (Amerika Serikat) untuk diselidiki
dengan test-Carbon-14. Hasilnya bahwa kain kafan itu  dibuat
lebih  kurang  200  tahun  sebelum  Yesus  lahir. Yosef dari
Arimatea yang sudah mempunyai kuburan dekat Kalvari, mungkin
juga sudah mempunyai kain kafan yang mahal dan tua.
 
 
HASIL PENYELIDIKAN TEAM AMERIKA PADA TAHUN 1976
 
Pada tahun 1976 team dari Amerika  menyelidiki  kain  kafan.
Hasil  penyelidikan  mereka dipelajari di Amerika oleh lebih
dari 400 orang ahli sains. Mereka semua  berpendapat,  bahwa
kain kafan bukan penipuan.
 
Gambar  pada kain kafan sungguh cetakan dari jenasah seorang
yang  disiksa  seperti  diceriterakan  dalam  Injil,   bukan
lukisan.  Tidak ketemu zat warna atau bahan kimia lain, yang
diperlukan untuk melukis.
 
Diperiksa dengan microscope tidak ketemu kesalahan anatomis.
Padahal ilmu anatomi yang tepat baru berumur 150 tahun.
 
Gambar  adalah  negatif,  sedangkan  fotografi  baru dikenal
dalam abad ke-19.
 
Gambar mempunyai sifat tiga dimensi. Komputer dan alat  foto
untuk  menyelidiki  tiga dimensi adalah alat mutakhir (tahun
70-an) yang dipakai oleh NASA  untuk  menyelidiki  permukaan
bulan.
 
Luka pada tangan Yesus ketemu pada pergelangan tangan, bukan
ditengah-tengah tangan  seperti  lukisan-lukisan  dari  abad
pertengahan.
 
Luka  pada lambung Yesus ketemu disebelah kanan bawah, bukan
kiri atas seperli patung salib biasa.
 
 
KEBENARAN AKAN MENANG
 
Kain kafan pernah  dipakai  untuk  membungkus  jenasah  yang
disiksa seperti Yesus!
 
Ahli  sains  yang  menyelidiki  dulu  tidak akan diam. Dalam
waktu singkat kebenaran akan menang!
 
J. Lampe S.J.
 
 
------------------------------------------------------------
                  BAGAIMANA SAMPAI DI TURIN?
------------------------------------------------------------
 
Kain kafan Turin dipercayai sebagai kain kafan yang  dipakai
oleh  para  murid-Nya  untuk  membungkus jenazah Yesus waktu
dimakamkan, seperti dikisahkan oleh semua penginjil.
 
"Mereka menurunkan tubuh Yesus, lalu dikafaninya dengan kain
halus  sambil membubuh rempah-rempah wangi, semuanya menurut
adat Yahudi menguburkan orang mati." (Yoh 1 9 :40)
 
Bagaimana sejarahnya maka Kain kafan itu  sekarang  disimpan
di kota Turin di Italia Utara?
 
Pada waktu Yesus bangkit dari antara orang mati, Kain  kafan
ditinggal  di  dalam  makam. Yohanes memberi kesaksian dalam
injilnya: "Ia (Yohanes) menjenguk ke  dalam  dan  dilihatnya
kain  kafan  terletak di situ." Sesudah itu tidak disinggung
tentang Kain kafan. Dapat dipastikan, para  rasul  dan  para
murid  membawa  Kain  kafan  suci ke Yerusalem dan menyimpan
serta menghormatinya di sana. Tetapi sebelum tahun 348 (jadi
selama  tiga  abad lebih) tidak adalah berita-berita tentang
Kain kafan itu. Dapat kita maklumi keadaan ini, sebab selama
waktu   itu   orang-orang  kristiani  sedang  dikejar-kejar,
dianiaya,  dan   bila   tertangkap,   dibunuh.   Orang-orang
kristiani   bersembunyi,  menjalankan  ibadat-ibadat  secara
sembunyi-sembunyi, dan menyembunyikan semua barang dan orang
yang bersangkut paut dengan iman mereka, termasuk Kain kafan
Yesus.
 
Baru sesudah Konstantinus naik takhta  sebagai  Kaisar  Roma
dan  bertobat menjadi kristiani, (313), maka agama kristiani
dapat berkembang  dengan  bebas  dan  orang-orang  kristiani
dapat  menjalankan ibadat-ibadat mereka dengan leluasa. Pada
tahun  348  St.  Sirilus,   uskup   Yerusalem,   membuktikan
kebangkitan  Yesus  dengan  menunjukkan  kepada umatnya Kain
kafan Yesus. Pada tahun  670  uskup  Arkulfus  dari  Britani
Perancis  menulis  dalam buku hariannya tentang ziarahnya ke
Yerusalem;  ia  mencatat  bahwa  ia  melihat,  mencium   dan
mengukur panjang Kain kafan itu.
 
Pada  tahun  1005  Yerusalem  diserang  dan  diduduki   oleh
orang-orang  Turki  (Islam). Orang-orang kristiani melarikan
diri ke Konstantinopel (Istambul sekarang); harta Gereja dan
barang-barang  suci  yang sangat berharga mereka bawa serta,
termasuk Kain kafan Yesus. Pada tahun 1147  raja  Louis  VII
dari  Perancis datang ke Konstantinopel dan menghormati Kain
kafan.
 
Konstantinopel pun  tidak  luput  dari  serbuan  orang-orang
Turki.  Berkali-kali  Konstantinopel  menjadi rebutan antara
raja-raja kristiani  dan  raja-raja  Islam.  Relikui-relikui
suci ada yang hilang. Tetapi Kain kafan masih tetap aman dan
utuh. Para  peziarah  tetap  berdatangan  ke  Konstantinopel
untuk  menghormati  Kain  kafan Yesus. Dalam salah satu buku
harian para peziarah itu  disebutkan  bahwa  tiap-tiap  hari
Jumat Kain kafan itu diperlihatkan kepada khalayak umum yang
ingin menghormatinya. Tetapi  Konstantinopel  terus  menerus
saja   menjadi  bulan-bulanan  serangan  orang-orang  Turki.
Keamanannya kurang terjamin. Maka selama Perang-perang Salib
berikutnya     diamankanlah    barang-barang    suci    dari
Konstantinopel.
 
Pada tahun 1353 Kain  kafan  diketahui  berada  di  keluarga
Geoffrey  de Charny dari Perancis, di kota Lirey. Pada tahun
1357 keluarga  bangsawan  yang  miskin  di  daerah  Perancis
Tengah itu memamerkan kain itu dalam gereja setempat mereka.
Keluarga yang berharap menarik perhatian para  peziarah  dan
sumbangan mereka mengatakan bahwa kain itu adalah Kain kafan
yang dipakai pada pemakaman Yesus Kristus.
 
Uskup  setempat  segera  memerintahkan  supaya  pameran  itu
ditutup.  Pada  waktu itu barang peninggalan merupakan usaha
dagang yang menguntungkan, dan pemalsuan pun  sudah  menjadi
hal  yang  biasa. Sangat tidak mungkin bahwa sebuah keluarga
yang tidak dikenal memiliki Kain kafan asli dari Yesus.[1]
 
----
[1] Majalah Mingguan Hidup, No.1O Th. XXXIV 7 Maret 1982,
   "Inikah Wajah Yesus Kristus?", hlm. 6.
 
Pada tahun 1452 Kain kafan itu dipertukarkan  dengan  sebuah
puri  dan  tanah  yang  mengelilinginya. Pemiliknya sekarang
adalah Pangeran Louis Savoie. Kain kafan dipindah dari Lirey
ke  Chambery.  Dan  di tempat ini dibangun sebuah kapel yang
indah untuk Kain kafan itu. Kain kafan disimpan dalam sebuah
peti  perak, dilipat rapi. Pada tahun 1532 terjadi kebakaran
di  sakristi  kapel  itu.  Sebagian  tutup  peti  perak  itu
terbakar.   Lelehan   perak   menjatuhi   Kain   kafan   dan
menghanguskan   lipatan-lipatannya.    Pada    tahun    1534
suster-suster  Klaris dari Chambery diberi tugas memperbaiki
Kain kafan itu.
 
Pada  tahun  1578  Emmanuele  Filibert  II,   Raja   Savoie,
memindahkan   Kain   kafan   ke  Turin,  untuk  memperpendek
perjalanan Karolus Borromeus, Uskup Agung Milan, yang  ingin
menghormati  Kain  kafan  karena  Milan telah dijauhkan dari
suatu bencana. Di Turin Kain  kafan  mula-mula  disimpan  di
gereja  St.  Laurensius,  di  dalam kapel Bunda Berdukacita.
Pada  tahun  1649  Kain  kafan  dipindahkan  ke  kapel  yang
dirancang   dan  dibangun  oleh  Guarino  Guarini  di  dekat
Katedral Turin.
 
Dalam Perang Dunia II Kain kafan sempat  diamankan  ke  kota
Napels.  Tetapi pada tahun 1946 Kain kafan dibawa kembali ke
Turin dan disimpan di sana hingga sekarang.  Secara  yuridis
Kain  kafan  tetap  menjadi milik keluarga Savoie. Namun ada
tiga  instansi  yang  memegang  kuncinya,  yaitu   keturunan
keluarga  Savoie  sendiri, Uskup Agung Turin, dan Pemerintah
di Turin.
 
------------------------------------------------------------
                    PENELITIAN KAIN KAFAN
------------------------------------------------------------
 
Pertanyaan-pertanyaan yang timbul tentang Kain  kafan  Turin
itu  telah  menciptakan  ilmu pengetahuan baru, yang disebut
sindonologi. (Sandon,  bhs.  Latin,  berarti:  kain  kafan.)
Pertanyaan-pertanyaan itu mengenai:
 
1. Keaslian (autentisitas) Kain kafan: Apakah Kain kafan 
   Turin itu benar-benar kain lenan yang dibeli oleh Yusuf
   Arimatea untuk membungkus (mengafani) tubuh Yesus?
 
2. Keaslian (kesungguhan) gambar pada Kain kafan: Apakah 
   gambar yang tertera pada Kain kafan itu sungguh-sungguh
   bekas darah yang mengalir dari luka-luka? Mungkinkah
   itu hanya hasil lukisan seorang seniman, suatu tiruan
   dari abad 14 atau sebelumnya?
 
3. Bagaimana gambar itu sampai tertera pada Kain kafan?
   Bagaimana darah-darah yang meliputi tubuh penuh luka itu
   membekas (mengecap) pada Kain kafan, sehingga timbullah
   perwujudan manusia Kain kafan itu?
 
Penelitian Kain kafan bermula  dengan  pembuatan  foto  Kain
kafan itu pada tahun 1898 oleh Secondo Pia. Sambil mengikuti
pameran umum yang jarang  dibuat  untuk  Kain  kafan  Turin,
Secondo  Pia,  seorang  fotografer  Italia,  diijinkan untuk
mengambil foto  dari  peninggalan  itu.  Ketika  memperbesar
negatifnya, Secondo terkejut karena menemukan gambar positif
dari wajah pada Kain kafan  itu,  sebuah  gambar  yang  jauh
lebih jelas bagaikan hidup daripada kalau Kain kafan dilihat
dengan mata telanjang. Ini  adalah  penemuan  pertama  bahwa
gambar  pada Kain kafan itu menyerupai negatif fotografis --
semacam gambar yang tidak dapat dipahami oleh  pemalsu  abad
pertengahan.
 
Pada tahun 1900 seorang seniman Perancis dan  ahli  biologi,
Paul  Vignon,  berusaha  menemukan  bagaimana terjadi gambar
pada Kain kafan Turin itu. Ia menetapkan bahwa itu  bukanlah
lukisan  atau celupan dan menyatakan bahwa bagaimanapun juga
gambar itu diproyeksikan ke dalam  Kain  kafan  oleh  sebuah
tubuh manusia.[2]
 
----
[2] Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 12
 
Pada tahun 1931 seseorang bernama Joseph Enrie membuat  foto
lagi  atas  Kain  kafan  dengan  hasil  yang lebih jelas dan
lengkap.
 
Pada tahun 1969  Uskup  Agung  Turin,  Kardinal  Pellegrino,
membentuk  suatu  komisi  penelitian untuk mempelajari lebih
mendalam lagi tentang Kain kafan. Seseorang bernama Giovanni
Battista  Judica-Cordiglia  membuat  foto  baru  Kain  kafan
dengan teknik-teknik fotografi yang lebih maju.  Pada  tahun
1973  tanggal  22 dan 23 November, Kain kafan dipertunjukkan
di layar televisi untuk pertama  kalinya.  Monsignor  Giulio
Ricci  membuat  foto-foto  dari  Kain kafan untuk meneruskan
penyelidikan-penyelidikannya. Dan komisi baru dibentuk  pula
untuk penelitian-penelitian lebih lanjut.
 
Monsignor Giulio Ricci mengabdikan  diri  kepada  penelitian
Kain  kafan itu sejak tahun 1950. Ia mempelajari bekas-bekas
pada Kain kafan  satu  demi  satu,  menganalisis  sifat  dan
morfologinya   (bentuk   dan  susunannya),  dan  menyelidiki
arah-arah  aliran  darah,   sudut-sudut,   keteraturan   dan
ketidakteraturannya. Ia mendasarkan penelitian-penelitiannya
atas semua  ilmu  pengetahuan  modern  dengan  dibantu  oleh
ilmuwan-ilmuwan  dari Italia dan negara-negara lainnya. Pada
tahun 1976 ia terpilih menjadi  presiden  Centro  Romano  di
Sindonologia  (Pusat  Sindonologi  Roma).  Ia  juga  menjadi
anggota Pusat Internasional Sindonologi di Turin. Dewasa ini
ia  dipandang  sebagai  seorang  ahli terkemuka tentang Kain
kafan.
 
Selain ilmuwan-ilmuwan Italia, para ilmuwan dari negara lain
pun  menaruh  perhatian  yang  besar. Kain kafan Turin telah
menjadi salah  satu  obyek  penelitian  ilmiah  yang  sangat
intensif  yang  pernah  dilakukan  di  antara  sekian banyak
peninggalan  sejarah  lainnya.  Pada  tahun  1978  terbentuk
kelompok  ilmuwan  dari  Amerika Serikat yang disebut Proyek
Penelitian Kain Kafan Turin. Dua orang yang  terlibat  dalam
Proyek  ini  ialah  Kenneth  Stevenson, seorang insinyur dan
bekas perwira angkatan udara,  dan  Gary  Habermas,  seorang
profesor  sejarah  dan  filsafat. Mereka menjelajahi seluruh
Italia   dengan   susunan   terbaik   dari   alat   uji-coba
non-destruktif  yang  mungkin  dapat  mereka  adakan. Mereka
mengadakan segalanya dari  sinar  merah  infra  sampai  pada
x-ray. Mereka mempergunakan spektroskopi, cermin sinar merah
infra,  sinar  ultraviolet,  x-ray  standar,   sinar   x-ray
pokoknya  apa  saja  yang  dapat  dipikirkan  dipakai  untuk
menenun kapas; bekas-bekas kapas terdapat  pada  serat-serat
lenan  yang  diselidikinya.  Dan diketahui bahwa kapas sudah
terdapat di Timur Tengah sejak abad  7  sebelum  Masehi  dan
tidak  ditanam  di Eropa. Jadi penemuan-penemuan kedua orang
ilmuwan itu membuktikan bahwa Kain kafan  Turin  ditenun  di
Timur  Tengah dan sudah diproduksi 2000 tahun yang lalu, dan
bahwa Kain kafan Turin itu pernah berada  di  Palestina,  di
Turki dan di kawasan Laut Tengah.
 
Yang tidak dapat  diragu-ragukan  lagi  tentang  Kain  kafan
Turin  ialah  bahwa  Kain  kafan  itu  dahulu  dipakai untuk
membungkus Seorang Manusia; bahwa Manusia itu membekas  pada
Kain  kafan  itu;  dan bahwa bekas-bekas pada Kain kafan itu
bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka Manusia  itu.
Sifat  luka-luka  Manusia  itu  juga sudah diselidiki secara
anatomis  dan  patologis  dan   menambah   kepastian   bahwa
bekas-bekas  itu  sungguh-sungguh  bekas-bekas  darah, bukan
tiruan  atau  buatan   tangan   manusia/seniman   abad   14.
Seandainya   bekas-bekas  itu  tiruan  atau  buatan  belaka,
bagaimana mungkin bekas-bekas  itu  dapat  dilukis  demikian
cermatnya  sampai  hal  yang  sekecil-kecilnya  dan tak satu
kejanggalan pun yang  dapat  dikenali  oleh  ilmuwan-ilmuwan
kedokteran  dewasa  ini.  Mungkinkah  seniman  abad  14 akan
mempunyai  ilmu  pengetahuan  kedokteran  abad  20?   Karena
pertimbangan  itu  semua maka para ahli anatomi dan patologi
berkesimpulan bahwa gambar yang  membekas  pada  Kain  kafan
Turin itu bukanlah tiruan atau buah karya seniman abad 14.
 
Apakah Manusia yang terbungkus Kain kafan Turin  benar-benar
Yesus  sendiri?  Hal  ini  kiranya juga tidak diragu-ragukan
lagi. Penelitian terhadap bekas-bekas darah  yang  ada  pada
Kain  kafan Turin mengungkapkan bahwa Manusia Kain kafan itu
telah   mengalami   lima   tahap   penderitaan:   penderaan,
pemahkotaan  duri,  pemanggulan  salib,  penyaliban  di atas
bukit Kalpari, dan penusukan  lambung  dengan  tombak.  Dari
historiografi  (penulisan  sejarah)  tak  dapat  diketemukan
orang lain yang telah  menjalani  kelima  tahap  penderitaan
itu,  kecuali orang yang disebut "Yesus Kristus" dalam kisah
sengsara menurut Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
 
Gary Habermas menguatkan hal ini. Ia berkata,  "Sejarah  dan
arkeologi   memberikan  kerangka  umum  tentang  apakah  itu
penyaliban. Dan kita tahu dari cerita Injil tentang sejumlah
hal yang telah diperbuat terhadap Yesus yang bukan merupakan
prosedur  biasa  dalam  penyaliban.  Hal-hal   itu   seperti
misalnya:  bahwa  Ia  dimahkotai  duri, bahwa kaki-Nya tidak
dipatahkan, bahwa Ia ditikam di lambung setelah Ia meninggal
dan  keluarlah  darah dan air. Juga tidak lazim bagi seorang
penjahat yang tersalib mendapatkan penguburan pribadi dengan
pakaian lenan yang mahal.
 
Para ahli kedokteran yang telah meneliti Kain kafan  berkata
bahwa  hal  ini  dengan  tepat  menunjukkan  hal-hal sebagai
berikut: seorang yang dimahkotai dengan duri,  yang  kakinya
tidak  dipatahkan,  yang  ditikam  di lambung dengan senjata
ukuran seorang serdadu Roma, dengan darah dan  air  tercurah
dari  lukanya  setelah  kematian.  Dan  ia  juga  dikuburkan
tersendiri dalam  pakaian  lenan  yang  mahal.  Bukan  hanya
semuanya  ini  menunjukkan kesamaan tetapi juga tidak adanya
titik  perbedaan.  Jika  mereka  adalah   orang-orang   yang
berlainan,  anda dapat berharap menemukan sekurang-kurangnya
satu detail yang tidak cocok. Tetapi sekali lagi, tidak  ada
titik perbedaan.
 
Selain  itu,  Proyek  Penelitian  Kain  Kafan   Turin   juga
mengungkapkan   bahwa   sekurang-kurangnya   terdapat  empat
petunjuk pada Kain  kafan  tentang  kebangkitan  orang  yang
terbungkus  di  dalamnya. Pertama, tidak terdapat pembusukan
pada pakaian. Mayat yang terbungkus di dalamnya selama lebih
dari  empat  hari  pastilah  akan  membusuk dengan hebatnya.
Tetapi kita tidak menemukan suatu tanda tentang hal itu pada
Kain  kafan. Jadi orang yang mati di dalamnya telah bangkit,
atau  sebelum  hari  yang  keempat  telah  dipindahkan  dari
dalamnya.    Seandainya   mayat   dipindahkan   dari   dalam
bungkusnya, bagaimana  kita  akan  menerangkan  gambar  yang
terjadi  pada  kain pembungkus itu? Pada Kain kafan itu kita
menyaksikan bekas lumuran darah yang pekat dan utuh;  bekuan
darah  tidak  retak  atau  rusak.  Anda  dapat  membayangkan
pembalut  pada  luka:  ketika  anda  membuka,  pembalut  itu
sedikit  melekat  pada  luka.  Kain kafan dihubungkan secara
longgar dengan mayat oleh darah  yang  mengering.  Jika  ada
orang  melepaskannya, ia akan menghancurkan bekuan darah dan
meretakkan ujung bekas lumuran darah yang kering. Para  ahli
kedokteran  yang telah mempelajari Kain kafan mengatakan itu
tidak terjadi.
 
Jadi pertama, mayat tidak berada cukup lama dalam Kain kafan
untuk  membusuk,  dan  kedua,  bekas lumuran darah yang utuh
mengatakan kepada kita bahwa mayat itu  (tetap)  terbungkus;
mayat tidak pernah dipindahkan dari bungkusnya .
 
Petunjuk  ketiga  tentang kebangkitan ialah bahwa gambar itu
memiliki  ciri-ciri  barang  hangus.  Maka  petunjuk  ketiga
berdasarkan  pada  teori  bahwa gambar disebabkan oleh suatu
penghangusan. Mayat  telah  meninggalkan  Kain  kafan  tanpa
terbungkus  dan  pakaian  yang  hangus dengan gambar tentang
dirinya  sendiri.  Hal  ini  memberikan  penjelasan   adanya
semacam  kekuatan  enersi  yang  mungkin  menghanguskan Kain
kafan itu kekuatan enersi yang bersinar cemerlang yang telah
menjadikan  orang  mati dalam bungkus Kain kafan itu bangkit
dan hidup kembali dalam kemuliaan ilahi.
 
Petunjuk keempat adalah  sebuah  bukti  sejarah.  Jika  Kain
kafan  menguatkan  cerita Injil tentang kematian Yesus, maka
Kain kafan cenderung menguatkan  apa  yang  dikatakan  Injil
tentang kebangkitan Yesus.
 
Jadi  gambar pada Kain kafan hanya dapat terjadi, bila orang
yang terbungkus di dalamnya bangkit dari mati  penuh  cahaya
cemerlang.[5]
 
----
[5] Hidup, 7 Maret 1982, hlm. 9-10.
 
Tentang bagaimana terjadinya gambar  pada  Kain  kafan  itu,
penyelidikan demi penyelidikan sedang berlangsung. Ahli-ahli
kimia,  biokimia,  pembesaran  gambar  dan  analisis  dengan
komputer,  fisika  nuklir,  fotografi bintang, spektroskopi,
termo-kimia, mikroanalisis dan selidik-mikro ion,  penentuan
tanggal  dengan  karbon semuanya mencurahkan perhatian untuk
membuka rahasia tentang terjadinya gambar  pada  Kain  kafan
itu.  Yang  mereka  ungkapkan  antara  lain bahwa gambar itu
terjadi   melalui   proses   pancaran   cahaya   termonuklir
(fotolisis dalam kilatan cahaya sekejap), atau ledakan sinar
yang sangat terang dalam sekilas; bahwa gambar  itu  terjadi
sebagai  akibat  campuran  wangi-wangian  ratus  dan blendok
dalam iklim yang lembab; bahwa gambar  itu  tercipta  berkat
proses fibrinolisis (pelunakan darah yang beku karena adanya
fibrinolisin dalam darah atau karena ulah  bakteri-bakteri);
bahwa gambar itu terjadi sebagai akibat dari pelbagai reaksi
biokimia.
 
Kita    nantikan    hasil-hasil    lebih     lanjut     dari
penyelidikan-penyelidikan mereka. Semoga seluruh dunia tidak
lama lagi akan mengetahui lebih banyak tentang Manusia  Kain
kafan  dan  menanggapi dengan cinta dan kerendahan hati yang
mendalam  seruan  yang  tidak  kunjung  padam--  "Ecce  homo!
Lihatlah manusia itu!"
 
------------------------------------------------------------
                    PERJALANAN SENGSARA YESUS
------------------------------------------------------------
 
(Nomor-nomor menunjukkan tempat di peta):
 
1.   Tempat Yesus mengadakan Perjamuan Terakhir dengan  para
     rasul-Nya   dan   tempat   Yesus   mengadakan  Sakramen
     Ekaristi. Dari situ  Yesus  dan  para  rasul-Nya  pergi
     menyeberangi sungai Kedron      
2.   ke  Taman  Zaitun  (Getsemani).  Di  situ  Yesus berdoa
     kepada Bapa-Nya,  menderita  sengsara  batin,  berpeluh
     darah.  Di  situ pula Yudas Iskariot mengkhianati Yesus
     dengan ciuman. Yesus ditangkap dan dibawa     
3.   ke tempat Anas, ayah mertua Kaifas. Di situ Yesus mulai
     dituduh. Dari situ Yesus dibawa ke     
4.   tempat  Kaifas,  Imam  Agung  pada waktu itu. Dari situ
     Yesus dibawa ke     
5.   sidang  lengkap  Sanhedrin,  yang  akhirnya  menetapkan
     Yesus  sebagai  penghojat  Allah  dan penghasut rakyat.
     Dari situ Ia dibawa ke     
6.   istana Pilatus dan pretorium  Romawi  untuk  dimintakan
     pengadilan.  Tetapi  Pilatus  percaya bahwa Yesus tidak
     bersalah sedikit pun terhadap Roma,  lalu  mengirim-Nya
     kepada     
7.   Herodes,   raja  orang  Yahudi,  yang  wajib  menangani
     perkara orang Yahudi. Tetapi Herodes mengirimkan  Yesus
     kembali kepada     
8.   Pilatus. Pilatus tidak menemukan kesalahan sedikit pun,
     tetapi karena ingin memuaskan  orang-orang  Yahudi,  ia
     menyuruh  agar  Yesus  didera,  dengan  tidak bermaksud
     membunuhNya. Selain didera, Yesus juga dimahkotai duri.
     Akhirnya  Pilatus menyerahkan Yesus kepada orang Yahudi
     untuk  disalibkan.  Yesus   memikul   patibulum   (kayu
     palang)-Nya ke     
9.   bukit  Golgotha.  Di  situ  Yesus  disalib.  Sesudah Ia
     meninggal, Ia diturunkan dari salib dan dibawa ke     
10.  kubur Yusuf Arimatea, yang masih baru dan belum  pernah
     dipakai, dan Yesus dimakamkan di situ.
 
------------------------------------------------------------
Manusia Kain Kafan 012074 © Kanisius 1983
 
PENERBIT KANISIUS (Anggota IKAPI)
Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281
Telepon (0274) 588783. 565996, Teleks 295213
Fax (0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 550011

Indeks Kristiani | Indeks Artikel
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team