| |
23. Mengapa ada kesan bahwa peredaksian Kitab Suci tidak runtut? Banyak hal peredaksian Kitab Suci memang tidak runtut, karena tidak pernah ada peredaksian final, maksudnya peredaksian mengenai Kitab Suci seluruhnya. Yang ditulis dan diterbitkan adalah selalu bagian-bagian. Yang sedikit demi sedikit juga dikumpulkan menjadi satu kelompok, namun tidak pernah dikelompokkan menjadi satu buku. Baru kemudian, dalam tradisi Gereja, tulisan-tulisan suci itu dikelompokkan menjadi satu buku. Dan hal itu terjadi terutama ketika tulisan-tulisan asli, dalam bahasa Ibrani, Aram dan Yunani, diterjemahkan dalam satu buku bahasa Latin, yakni Vulgata. Dengan terbitnya Vulgata (dan sebetulnya sudah dalam terjemahan-terjemahan yang mendahuluinya) tulisan-tulisan Kitab Suci yang belum pernah dijadikan satu buku, sekarang dibuat menjadi satu buku. Namun karena Vulgata merupakan terjemahan saja, maka peredaksian buku-buku bagian tinggal sebagaimana ada dan tidak dirubah lagi. Oleh karena itu maka ada kesan bahwa tidak runtut. Padahal kalau dilihat bagian per bagian cukup runtut. Dalam Yo 14,31 Yesus menyuruh para Rasul pergi ke Getsemane, tetapi Ia meneruskan percakapan-Nya dalam bab 15-17 dan baru dalam 18,1 mereka sungguh berangkat. Dalam Kisah Penciptaan (Kej 1 dan 2) penciptaan manusia diceriterakan dua kali dan cukup berbeda-beda (misalnya dalam yang pertama, wanita tidak disebut secara khusus). Begitu ada banyak bagian dan ayat yang memberikan kesan "tidak runtut." Tetapi kalau bagian-bagian itu dibaca sendiri-sendiri, tidak ada soal. ------------------------------------------------------- Permasalahan Sekitar Kitab Suci oleh Dr. Tom Jacobs, SJ. Cetakan keempat: 1996 (ISBN 979-413-983-1) Penerbit Kanisius, Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |