| |
150. Mohon contoh cara (mempersiapkan) khotbah seperti Rm. Tom Jacobs! Thema: TOBAT Homili pada hari Minggu, 10 Januari 1993, Hari Raya Permandian Tuhan, (Mat 3,13-17) Bapak-Ibu, Saudara-Saudari sekalian, Hari ini kita merayakan Permandian Tuhan kita Yesus Kristus. Dan ini adalah suatu misteri iman yang amat besar dan sungguh tidak mudah dipahami. Yohanes Pemandi sendiri pun terkejut dan seolah-olah protes: "Akulah yang mesti dibaptis oleh-Mu. Masakan Engkau datang kepadaku." (Mat 3,14) Mengapa Yesus mau dibaptis oleh Yohanes? Yesus tidak punya dosa. Dengan jelas Yesus menantang orang Farisi dan berkata, "Siapakah yang dapat membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?" (Yoh 8,46) Yesus memang tidak mempunyai dosa, dan dengan sewajarnya Petrus dalam suratnya yang pertama berkata, "Ia tidak berbuat dosa dan tipu daya tidak ada pada-Nya." (1Ptr 2, 22) Bahkan kita sendiri pun dalam nyanyian Kemuliaan memuji Tuhan dengan berkata: "Hanya Engkaulah kudus, ya Yesus Kristus." Yesus adalah seluruhnya kudus. Tanpa dosa. Maka mengapa Ia lalu mau dibaptis oleh Yohanes? Padahal permandian Yohanes adalah permandian tobat demi pengampunan dosa. Pada awal Injilnva Yohanes berkata: "Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis, dan Allah akan mengampuni dosamu." (Mrk 1,4). Dan juga dikatakan dalam Injil, "Sambil mengaku dosanya, orang dibaptis oleh Yohanes." (Mat 3,6) Bagaimana Yesus dapat mengaku dosanya, kalau Ia tidak punya dosa? Apa arti permandian Yesus? Padahal omongan Yohanes tidak tanggung-tanggung; kepada orang Farisi ia berkata: "Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang." (Mat 3,7-8) Yohanes mengancam mereka dengan murka Allah, karena dosa-dosa mereka. Yohanes adalah seorang nabi seperti nabi PL, dan sebetulnya ia tidak banyak omong mengenai pengampunan. Ia justru menakutkan mereka dengan ancaman murka Allah. Dan sama seperti Amos ia dapat berkata, "Mungkin Tuhan, Allah semesta alam, akan mengasihani sisa-sisa keturunan Yakob." (Amos 5,15) Mungkin. Ia tidak berani memastikan. Yohanes mewartakan pertobatan akan dosa orang, atas dasar ketakutan akan murka Allah. Tetapi Yesus lain sama sekali. Bahkan boleh dikatakan kebalikannya. Ketika Yesus mulai karya-Nya, Ia berkata, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil." (Mrk 1,15) Yesuspun berbicara mengenai tobat. Tetapi tobat Yesus adalah kepercayaan pada Injil. Bukan tobat dalam arti sesal, bukan tobat dalam arti menengok kebelakang, bukan tobat dalam arti merasa bingung oleh karena perbuatan-perbuatan yang salah; melainkan tobat yang melihat kedepan, tobat yang berani percaya kepada Allah, tobat yang melihat perspektif baru, tobat yang merupakan iman dan kepercayaan. Maka pada hari Natal para malaikat juga berkata kepada gembala-gembala, "Aku memberitakan kepadamu, kesukaan besar." (Luk Y,10) Yesus tidak mengancam dengan murka Allah. Yesus mewartakan Injil, Kabar Gembira, kesukaan besar. Maka Paulus dengan sewajarnya berkata, "Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya." (Rom 1,16) Dalam surat Efesus Injil disebut "Injil keselamatan, Injil damai sejahtera" (Ef 1,13+6,15), dan Yesus sendiri berkata, "Injil Kerajaan Allah." (Luk 16,16) Yesus tidak datang untuk omong mengenai dosa, seperti Yohanes Pemandi. Sebaliknya Yesus berkata, "Akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat." (Luk 15,7) Sebab "Bapamu di sorga tidak menghendaki salah seorang dari anak-anak ini hilang." (Mat 18,14) Yesus mempunyai pandangan mengenai tobat yang lain sama sekali daripada Yohanes. Maka lebih besar lagi pertanyaan: kalau Yesus tidak setuju dengan pandangan Yohanes, mengapa Ia rmembiarkan diri dipermandikan oleh Yohanes? Jawabannya diberikan oleh Yesus sendiri pada waktu Yohanes berprotes: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." (Mat 3,15) Bagi Yesus permandian berarti penyerahan total kepada Allah Bapa: Menggenapkan seluruh kehendak Allah. Itulah hidup Yesus. Hanya menjalankan apa yang dikehendaki Bapa, dan itu mulai dengan permandian. Berulang-ulang kali dikatakan dalam Injil, "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya." (Yoh 4,34) Itulah pekerjaan Yesus, menjalankan apa yang dikehendaki Bapa. "Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku." (Yoh 5,30) Dan lagi, "Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya." (Yoh 8,29) Itulah hidup Yesus. Dan itulah arti permandian-Nya: menyerahkan Diri kepada kehendak Allah. Maka kepada kita Yesus juga berkata, "Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya" (Mat 6,33); dan Ia mengajarkan kita berdoa: "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu diatas bumi seperti didalam sorga." Yesus menyerahkan diri kepada kehendak Allah. Dan Ia menghendaki supaya kita pun dengan permandian menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah. "Kristus telah meninggalkan teladan bagimu," kata Petrus, "supaya kamu mengikuti jejak-Nya." (1Ptr 2,21) Kristus adalah pemimpin kita, dan permandian Kristus adalah dasar iman kita. "Dalam Kristus," kata surat Efese, "kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya."(Ef3,12) Dengan penuh kepercayaan, kita menyerahkan diri kepada Allah bersama dengan Kristus. "Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; Anak Tunggal Allah, Dialah yang menyatakan-Nya." (Yoh 1,18) Yesus adalah pemimpin kita dalam perjalanan kita kepada Allah. Maka dengan tepat surat Kolose memberi nasehat, "Carilah yang ada di atas, dimana Kristus berada, duduk disebelah kanan Allah." (Kol 3,1) Lihat perbedaan dengan Yohanes. Baik Yesus maupun Yohanes bicara mengenai tobat. Tetapi bagi Yohanes tobat berarti melarikan diri dari murka Allah. Takut akan Allah. Bagi Yesus tobat berarti menyerahkan diri kepada Allah. Mencari Allah. Bagi Yesus tobat tidak berarti kapok. Tobat berarti rindu. Tobat berarti seseorang yang dalam keadaan dosa merindukan kebebasan dan belas kasihan Tuhan. Yesus mau memberi semangat kepada kita. Tidak mengutuk, tidak mengancam. Tetapi mengangkat kita, mendorong kita. Tetapi, sauudara-saudara, sulit sekali memberi semangat kepada orang yang tertekan, yang patah hati, yang tidak mempunyai semangat lagi. Kita semua pasti sudah pernah mengalaminya. Saya ingat waktu saya masih di rumah, pada suatu liburan mid atau apa, adikku, wah, susah betul. Aku tidak tahu sebabnya. Sampai sekarang aku tidak tahu. Tapi rupa-rupanya, temannya yang akrab pergi, libur ke lain tempat, dan adikku sendirian dan ya ..., aku tidak tahu. Tapi pokoknya dia begitu murung, tidak ketawa, duduk-duduk begitu saja, mega-mendung sungguh-sungguh. Dan ayah mengatakan kepadaku: mbok diajak main sedikit! Mau apa? aku tidak tahu. Itu Minggu pagi dan dia duduk di kamar dengan buku, tidak baca hanya lihat buku itu saja. Lalu aku duduk di mukanya dan mengatakan: - Baca apa? Dia hanya memandang. - Buku apa? - Ini bukan buku saru. - Lho, siapa bilang buku saru. Ada banyak buku yang baik-baik, aku toh tidak bilang saru. Tidak menarik? - Ini bukan urusanmu. Wah, aku juga jengkel, tetapi karena ayah ya sudah. Aku duduk di sampingnya. Dia langsung minggir. - Aku tidak menggigit. Lalu dia makin marah: - Cep, meneng. Kalau aku butuh nasehat dari kakak yang bijaksana, akan kuminta sendiri. Sudah, diam saja. Mengapa engkau tidak main ke tempatnya Corry? - "Huh." - Pergi? - "Huh"; kok tanya saya, mbok tanya dia. - O, ya sudah. Apa rencanamu untuk liburan? - Iki dudu urusanmu. - Inggih, nona manis! Nanti sore mau ke mana? Ikut ke sirkus? -"Huh," buat apa? - Ya buat senang-senang. - Aku paling senang kalau engkau diam. - Ya sudah, karepmu. Si Johny juga datang. - He,Johny datang!? He,Johny datang!? Aku sebetulnya tidak tahu apakah Johny datang dan Johny belum pernah ke tempat kami. Tetapi ada sas-sus, bahwa adikku ada sesuatu dengan Johny. Maka aku pancing saja: Johny datang. Dan kena! - Kapan?, jam berapa? - Ya belum tahu, aku mau tilpun. Aku lekas tilpun; dan ya, Johny akan datang. Okey. Dan teman-teman klas yang lain juga. Kita semua pergi. Wah, dia sudah macak dan semangatnya berubah total. Sudah, kami pergi. Sampai di sirkus semua teman-teman sudah ada. Tetapi... Tohny tidak ada. Mega makin mendung. Wow, dia tidak senang! "Tunggu saja, tunggu saja." Ya sirkus sudah mulai. Kita masuk saja. Toh bila kita duduk di atas, kalau Johny lewat dan masuk, pasti kelihatan. Tapi tidak ada Johny. Dan ada macam-macam acara: ada badut-badut, ada juga singa-singa, tapi adik tidak punya perhatian sedikitpun. Lalu ada acara dengan kuda-kuda, yang menari dan lompat macam-macam, tidak ada perhatian. Lalu, sesudah acara dengan kuda, ada orang keluar: ",Ladies and gentlemen, sekarang kita akan mengeluarkan seekor kuda liar, yang belum dijinakkan dan orang yang bisa menumpanginya akan mendapat hadiah besar." Wah, kami pada waktu itu kebetulan les naik kuda, maka teman-teman pada berkata: Ayo, kamu - kamu. Dan aku rnenjawab, jangan, nanti kamu semua ketawa." Lalu kudanya keluar: Sama sekali tidak liar, itu kuda tua, sudah loyo, gitu-gitu dan kalau dipukul lompat-lompat sedikit. Tapi persis pada waktu itu orangnya mengatakan: "Ini datang seorang muda yang mempunyai semangat pahlawan." Lalu datang... si Johny! Mungkin ia datang dari atas sana (sirkus Boltini memang besar) dan Johny baru kita lihat sekarang. Memang Johny paling pandai naik kuda. Dia naik, dan karena kudanya sudah loyo kayak gitu, tidak terjadi apa-apa. Dia keliling sampai di muka tempat kami. Tetapi rupa-rupanya orang sirkus tidak puas, maka dilepaskan anjing. Anjingnya guk... guk, lalu kudanya terkejut dan melompat dan... Johny jatuh. Dan adikku melompat lebih jauh daripada kuda: "Johny! Johny!" Terang sekali: dia datang untuk Johny. Coba seandainya saya berkata kepadanya bukan: "Johny akan datang," tetapi "Yesus akan datang," apakah dia juga senang? Dan bagaimana dengan kita? Kita datang ke sini. Dan Yesus ada di tengah-tengah kita sebagai umat. Padahal surat Ibrani mengatakan, "Barangsiapa berpaling kepada Allah, harus percaya bahwa Allah ada dan memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." (Ibr 11,6) Yesus adalah pemimpin kita, dalam usaha kita untuk mencari Allah. Apakah Yesus menggerakkan hati kita? Apakah kita berani berkata bersama Paulus," Aku belum sempurna, tetapi aku mengejar-Nya, karena aku telah ditangkap oleh Kristus." (Fil 3,12) Saudara-saudara, kita semua sudah dibaptis, apakah kita benar ditangkap oleh Kristus? Marilah kita menanyakannya kepada hati kita sendiri dan merenungkan arti tobat bagi kita masing-masing. Bukan tobat-sesal, tetapi tobat-rindu. Dengan mencari kehendak Allah dengan sepenuh hati. Seperti Yesus yang dipermandikan untuk kita. ------------------------------- Permasalahan Sekitar Kitab Suci Umat Bertanya Tom Jacobs Menjawab Dr. Tom Jacobs, SJ. Cetakan kedua: 1995 Penerbit Kanisius Jln. Cempaka 9, Deresan, Yogyakarta 55281 Telp.(0274) 588783, 565996, Fax.(0274) 563349 Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011 ISBN 979-413-983-1 | |
|
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota |