|
CATATAN TENTANG KAUM SUFI
Sebutan Sufi diturunkan dari kata suf, bulu domba --jubah
bulu domba kaum zahid. Kaum Sufi mengikuti ajaran batiniah
dari Quran. Bersama dengan sistem pemikiran yang berdasarkan
petunjuk-petunjuk dari kitab suci mereka, mereka mempunyai
metoda yang praktis untuk menyempurnakan diri sendiri, yang
diajarkan secara lisan. Dengan latihan-latihan, pengambilan
sikap dan tarian, tenaga-tenaga insan yang senantiasa
terlucut dari dirinya, akan bisa dimanfaatkan dan diarahkan
untuk pengembangan batin dan peningkatan kesadaran. Maksud
dan tujuannya ialah persatuan jiwa dengan Tuhan. Mungkin ada
saat-saat pendahuluan tentang ini --saat-saat penyingkapan
keinsafan (revelation) dan haru-gembira (ectasy)--
"karunia-karunia", demikianlah biasa disebutkan, tetapi
kesempurnaan, persatuan dengan Tuhan, harus diusahakan;
harus ada usaha yang terus-menerus.
Ada satu Tuhan. Segala sesuatu ada dalam Dia, dan Dia ada
dalam segalanya. Segala sesuatu, yang tampak dan tak tampak,
adalah pancaran-pancaran daripadaNya. Agama-agama, pada
hakikatnya, bukanlah yang terutama, meskipun agama-agama itu
dapat berguna untuk memimpin manusia ke arah Kenyataan. Baik
dan Buruk, sebagaimana kita mengartikannya, tidaklah ada
sebenarnya, karena segalanya bertolak dari Wujud Yang Satu,
Tuhan; tetapi serempak dengan itu, ada "baik sejati" dan
"buruk sejati". Manusia tidak bebas dalam
tindakan-tindakannya; ia tak memiliki kemauan bebas,
meskipun ini dapat dilakukan dengan berusaha menempuh jalan
yang benar. Ia terbelok ke sana-sini karena
pengarah-pengaruh dari dalam dan dari luar dirinya -menjadi
permainan setiap angin yang bertiap. Persatuan dicapai
dengan dua upaya berupa pengorbanan dan pembebasan:
pengorbanan keinginan-keinginan, kesombongan dan angan-angan
kita sendiri di satu pihak, dan di pihak lain pembebasan
dari perkara-perkara duniawi --dari cinta akan kekuasaan,
kemasyhuran, kekayaan dan kehormatan. Tetapi doa dan puasa
juga dapat menjadi rintangan besar; kita dapat menjadi
terikat dengan apa saja. Seorang Sufi, bagaimanapun juga,
hendaknya tidak meninggalkan kebutuhan-kebutuhan dan tidak
menarik diri dari dunia. Ia harus ada di dunia tetapi tidak
terikat dengan dunia. Adalah suatu rahmat yang besar
memiliki apa yang perlu bagi badan jasmani. Seks dengan
sendirinya bukan perkara dosa, seperti yang terjadi dalam
agama Kristen ortodoks, melainkan suatu milik yang berharga.
Arti dan guna tenaga seks dapat dimengerti. Seperti
ditunjukkan Orage dalam esainya "Tentang Cinta", "Kesucian
pancaindera (dahulu kala) diajarkan sejak awal masa
kanak-kanak. Dengan cara demikian, erotisisma menjadi suatu
seni dalam bentuk tertinggi yang pernah diketahui dunia.
Gemanya yang sayup masih terdapat dalam sastra Persia dan
sastra Sufi dewasa ini."
Jiwa (dalam arti bagian tertinggi dari manusia yang
mendambakan kesempurnaan) ada lebih dulu daripada raga dan
terkurung dalam raga itu seperti dalam sebuah sangkar. Hidup
manusia ialah sebuah perjalanan yang dilakukan
bertahap-tahap. Dan pencari Tuhan ialah seorang musafir
penempuh perjalanan itu, yang harus melakukan usaha-usaha
keras untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dan
kesalahan-kesalahan dan untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengertian yang benar.
Para pengikut sufisma mengatakan bahwa sufisma selalu ada
dengan berbagai nama; dan bahwa sistem dan metoda, dalam
bentuk-bentuk yang berbeda-beda, dikenal oleh orang-orang
Mesir, Hindu, Buddha, Yahudi, Yunani dan Nasrani yang
mula-mula --dalam kenyataannya, oleh agama-agama besar pada
mulanya. Sufisma ada di Barat dewasa ini.
Hanya bantuan mereka yang telah mencapai tingkat
perkembangan tertentu dapat membimbing si musafir di Jalan
itu. Asalkan ia memiliki kesanggupan untuk mentaati disiplin
dan melakukan usaha, sehari saja --atau bahkan satu jam
saja, di kalangan orang-orang yang arif, akan lebih berharga
daripada bertahun-tahun menjalankan pertarakan dan
upacara-upacara lahiriah dalam peribadatan.
Di antara peraturan-peraturan bagi murid-murid di hadapan
seorang guru dapat disebutkan yang berikut: "Perhatikan dan
jangan banyak bicara. Jangan jawab pertanyaan yang tidak
ditujukan padamu; tetapi jika ditanya, jawablah segera, dan
jangan malu mengatakan, 'aku tak tahu'. Jangan berdebat demi
perdebatan semata. Jangan menyombong di hadapan yang lebih
tua. Jangan mencari tempat paling terhormat. Jangan bersikap
kelewat khidmat. Patuhi adat kebiasaan sehari-hari, dan
sesuaikan diri dengan keinginan-keinginan orang lain selama
keinginan-keinginan itu tidak berlawanan dengan keyakinan
batinmu. Jangan membuat kebiasaan apapun, kecuali jika itu
kewajiban keagamaan atau yang berguna bagi orang-orang lain,
sebab itu dapat menjadi berhala."
Kaum Sufi mengatakan bahwa hampir setiap orang dilahirkan
dengan kesanggupan yang memungkinkan pengembangan batin,
tetapi bahwa orang tuanya dan orang-orang sekelilingnya
membuat dia menjadi seorang Yahudi, seorang Hindu, atau
seorang Majusi, sehingga ia penuh dengan prasangka dan
menerima saja apa yang dikatakan orang-orang lain tanpa
mengingat pengalaman atau pemikirannya sendiri, dan ini
menjadi batu penarung. Bila orang yang "beriman" orang yang
telah menyempurnakan diri meninggal, jiwanya melayang ke
langit yang sesuai dengan tingkat kesempurnaan yang telah
dicapainya. Tetapi, betapapun banyak "pengetahuan" yang
dimiliki seseorang, kalau ia tak menilik dirinya sendiri,
dan mengakui dalam hati bahwa sesungguhnya ia tak mengerti
apa-apa, maka segala yang telah didapatnya akan menjadi
seperti "angin di tangan."
(sebelum, sesudah)
|