4. IBNU AL-ARABI
Muhyiddin ibnu al-Arabi adalah salah seorang Sufi di Abad
pertengahan, kehidupan dan tulisan-tulisannya sekarang
banyak mempengaruhi pemikiran di Timur maupun Barat. Oleh
masyarakat Arab, ia dikenal sebagai Syeikh al Akbar, 'Syeikh
Agung', sedang orang-orang Kristen Barat melalui terjemahan
langsung mengenalnya; 'Doktor Maksinius'. Ia wafat pada abad
ketigabelas.
DARI MANA DATANGNYA GELAR?
Ja'far ibnuYahya dari Lisabon memutuskan menjumpai Guru
Agung Sufi, ia pun melakukan perjalanan dari Mekkah
sebagaimana pemuda lainnya. Di sana ia bertemu dengan orang
asing misterius, seorang laki-laki mengenakan jubah hijau,
yang berkata kepadanya sebelum ia berbicara apa pun:
"Engkau mencari Syeikh Agung, Guru yang sangat masyhur.
Tetapi engkau mencarinya di Timur ketika ia berada di Barat.
Dan ada sesuatu hal yang tidak benar dalam pencarianmu."
Ia mengirim Ja'far kembali ke Andalusia, untuk menjumpai
seseorang bernama Muhyiddin ibnu al-Arabi dari suku
Hatim-Tai.
"Dia itulah Guru Agung."
Tanpa mengatakan kepada siapa pun mengapa ia mencarinya,
Ja'far menemukan keluarga Tai di Murcia dan bertanya kepada
putranya. Ja'far tahu bahwa sesungguhnya ia (Guru Agung)
berada di Lisabon ketika dirinya berangkat pergi. Akhirnya
ia menemukannya di Seville.
"Di sana," ujar seorang pendeta, "Itulah Muhyiddin." Ia
menunjuk kepada seorang pelajar muda, membawa sebuah kitab
mengenai Tradisi (Hadis), tampak tergesa-gesa keluar dari
ruang kuliah.
Ja'far sangat bingung, tetapi dihentikannya pemuda
tersebut dan bertanya, "Siapakah Guru Agung?"
"Aku membutuhkan waktu untuk menjawab pertanyaan itu,"
jawabnya.
"Apakah engkau Muhyiddin ibnu al-Arabi dari suku Tai?"
tanya Ja'far sedikit meremehkan.
"Benar."
"Jika demikian aku tidak membutuhkanmu."
Tigapuluh tahun kemudian di Aleppo, ia melihat Ja'far
memasuki ruang kuliah Syeikh Agung, Muhyiddin ibnu al-Arabi
dari suku Tai. Muhyiddin melihatnya ketika masuk, dan
berkata:
"Sekarang aku siap menjawab pertanyaanmu dulu, sebenarnya
tidak perlu ada pertanyaan itu. Tigapuluh tahun lalu Ja'far,
engkau tidak membutuhkan aku. Apakah engkau masih tidak
membutuhkan diriku? Orang Berjubah Hijau mengatakan ada
sesuatu yang salah dalam pencarianmu. Yaitu waktu dan
tempat."
Ja'far ibnu Yahya lantas menjadi salah seorang murid
al-Arabi yang terkemuka.
IMPIAN DI MOSUL
Seorang pencari ayat suci yang memberi pengalaman
batiniah yang penting, masih menderita karena kesulitan
menafsirkannya secara konstruktif Ia minta petunjuk kepada
Syeikh Agung Ibnu al-Arabi tentang mimpi yang sangat
mengganggunya ketika berada di Mosul, Iraq.
Ia melihat Guru Ma'ruf yang luhur dari Karkh seolah duduk
di tengah-tengah api Neraka. Bagaimana mungkin Ma'ruf yang
agung berada dalam Neraka?
Apa yang kurang dari daya permahamannya, adalah
keadaannya sendiri. Ibnu al-Arabi, dari permahamannya
terhadap si Pencari jati diri dan kemanusiaannya, menyadari
bahwa intisarinya adalah melihat Ma'ruf dikelilingi api. Api
merupakan penjelasan tentang bagian jiwa yang belum
dikembangkan, sebagai sesuatu dimana Ma'ruf yang agung
terperangkap. Makna sesungguhnya adalah rintangan antara
keberadaan Ma'ruf dan keberadaan si Pencari jati diri.
Jika si Pencari (jati diri) ingin mencapai suatu keadaan
yang setara dengan Ma'ruf, pencapaian yang ditandai dengan
sosok Ma'ruf, maka ia harus melalui satu tahap yang dalam
mimpinya digambarkan dengan lingkaran api. Dengan penafsiran
ini si Pencari dapat memahami situasinya, dan menunjukkan
pada dirinya apa yang masih perlu dilakukan.
Kesalahannya adalah menganggap gambaran Ma'ruf adalah
Ma'ruf, dan api adalah api Neraka. Bukan sekadar kesan
(Naqsy) tetapi penggambaran yang benar terhadap kesan
tersebut, seni yang disebut Tasvir (pemberian makna terhadap
gambaran) itulah fungsi seorang Pembimbing yang Benar.
TIGA BENTUK PENGETAHUAN
Ibnu al-Arabi dari Spanyol, menginstruksikan para
pengikutnya dalam keputusannya yang paling kuno ini:
Ada tiga bentuk pengetahuan. Pertama, pengetahuan
kecerdasan otak, yang sesungguhnya hanyalah keterangan dan
kumpulan kenyataan, dan pemanfaatan sampai pada
pengertian-pengertian atau rencana para cendekiawan lebih
jauh. Ini disebut ajaran kecendekiawanan
(intelektualisme).
Kedua, pengetahuan tentang keberadaan, meliputi perasaan
yang emosional (renjana) dan kejanggalan, dimana manusia
menganggap bahwa ia merasakan sesuatu tetapi tidak dapat
memanfaatkannya. Ini disebut (emosionalisme).
Ketiga, pengetahuan sejati yang disebut Pengetahuan atas
Realitas. Pada bentuk ini, manusia dapat merasakan apa yang
benar, sejati, melampaui batas-batas pemikiran dan perasaan.
Para sarjana dan ilmuwan terpusat pada bentuk pertama
pengetahuan. Kaum emosionalis dan eksperimentalis
menggunakan bentuk kedua. Lainnya memadukan keduanya, atau
memanfaatkan salah satu sebagai pilihan.
Tetapi mereka yang mencapai kebenaran, adalah mereka yang
tahu bagaimana menghubungkan dirinya sendiri dengan realitas
berada di dua bentuk pengetahuan tersebut. Mereka inilah
kaum Sufi sejati, kaum Darwis dan mengalami Pencapaian.
KEBENARAN
- Ia telah membingungkan semua orang yang belajar
Islam,
- Setiap orang yang mempelajari Mazmur,
- Setiap Rabbi Yahudi,
- Setiap pendeta Kristen.
CINTA YANG LEBIH TINGGI
- Pecinta awam memuja gejala kedua.
- Aku mencintai Yang Sejati.
CINTA YANG KHUSUS
- Ketika bulan penuh muncul pada malam hari,
menampakkan wajahnya di tengah rambut.
- Dari penderitaan muncul gambaran dirinya; tangis air
mata di pipi; seperti bunga bakung hitam menumpahkan air
mata di atas mawar
- Kecantikan hanyalah kesunyian: sifatnya lah yang
berlimpah.
- Bahkan memikirkan bahaya kehalusannya (kendati
terlalu kasar merasakan dirinya). Jika demikian,
Bagaimana bisa ia terlihat dengan benar oleh alat tubuh
yang janggal seperti mata?
- Keajaibannya tak tertangkap nalar. Ia melampaui aneka
penglihatan.
- Ketika penjelasan mencoba menjabarkan dirinya, ia
menguasainya.
- Kapan pun berupaya, penjelasan menjadi terusir Karena
hal itu seperti mencoba untuk membatasi.
- Jika seseorang mencari cita-citanya yang lebih rendah
(untuk merasakan cinta seperti pada umumnya), selalu ada
orang lain yang tidak akan melakukannya.
PENCAPAIAN SEORANG GURU
Orang berpikir bahwa seorang Syeikh mestinya menunjukkan
keajaiban-keajaiban dan menunjukkan pencerahan. Syarat
seorang guru, betapapun, hanyalah bahwa ia harus memiliki
semua yang dibutuhkan murid.
WAJAH AGAMA
- Sekarang aku disebut rusa di padang pasir,
- Sekarang seorang pendeta Kristen,
- Sekarang seorang Zoroaster
- Kekasih ada Tiga, tetapi Satu:
- Yakni tiga dalam kenyataannya satu.
HATIKU DAPAT MENERIMA SEGALA RUPA
Hatiku dapat menerima segala rupa. Hati berubah-ubah
sesuai kesadaran yang paling dalam. Bisa jadi berbentuk
seperti rusa padang rumput, biara para rahib, patung
pemujaan, pengunjung (peziarah) Ka'bah, Lembaran Taurat
untuk ilmu pengetahuan tertentu, lembaran-lembaran
al-Qur'an.
Tugasku adalah hutang terhadap Cinta. Dengan bebas dan
sukarela aku menerima apa pun yang terlarang untukku. Cinta
seperti cinta seorang kekasih, kecuali sebagai pengganti
mencintai gejala, aku mencintai yang Hakiki. Agama,
kewajiban, adalah milik dan keyakinanku. Tujuan cinta
manusia adalah menunjukkan yang terakhir, cinta sejati.
Inilah cinta yang sadar.
Lainnya adalah jenis yang membuat manusia tidak menyadari
dirinya sendiri.
BELAJAR DENGAN ANALOGI
Ada alasan bahwa Ibnu al-Arabi menolak berbicara dalam
bahasa filosofis dengan setiap orang, bodoh maupun
terpelajar. Dan tampaknya orang-orang beruntung tetap
berteman dengannya. Ia mengajak bepergian, memberi mereka
makan, menghibur mereka dengan bercerita ratusan pokok
pembicaraan.
Seseorang bertanya kepadanya, "Bagaimana Anda mengajar
apabila Anda tampaknya tidak pernah memberi pengajaran?"
Ibnu al-Arabi menjawab, "Dengan kias." Dan ia
menceritakan perumpamaan ini.
Suatu ketika ada seorang laki-laki memendam uangnya di
bawah beberapa pohon demi keamanan. Ketika ia datang
kembali, uangnya hilang. Seseorang telah membongkar akar dan
membawa emasnya.
Ia kemudian menemui orang bijak dan menceritakan
masalahnya.
"Saya yakin tidak ada harapan lagi menemukan kembali
harta itu." Orang bijak tersebut menyarankan agar ia kembali
lagi setelah beberapa hari. Sementara itu, si orang bijak
memanggil semua tabib yang ada di kota, dan bertanya kepada
mereka, apakah pernah memberi resep obat akar-akaran kepada
seseorang. Salah seorang mengaku telah memberikannya kepada
seorang pasien. Maka dipanggillah pasien tersebut, dan
ternyata ia adalah pemilik uang itu sendiri. Ia mengambil
barang tersebut dan mengembalikannya kepada pemilik
sebenarnya.
"Dengan cara yang sama," ujar Ibnu al-Arabi, "Kutemukan
apa keinginan murid yang sesungguhnya, dan bagaimana ia
dapat belajar. Dan kuajarkan."
ORANG YANG MENGETAHUI
Seorang Sufi yang mengetahui Kebenaran Abadi, bertindak
dan berbicara dengan mempertimbangkan pemahaman,
keterbatasan dan prasangka dominan yang tersembunyi pada
pendengarnya. Bagi Sufi, beribadat berarti pengetahuan.
Melalui pengetahuan ia memperoleh penglihatan.
Sufi meninggalkan tiga 'aku'. Ia tidak mengatakan
'untukku', 'denganku' atau 'milikku'. Ia tidak boleh
menghubungkan segala sesuatu dengan dirinya. Sesuatu yang
tersembunyi dalam tempurung tak berguna. Kita sekadar
mencari sasaran yang kurang layak, dengan tidak
memperhatikan nilai tak terbatas yang sangat berharga.
Makna kemampuan menafsir adalah, bahwa seseorang dapat
dengan mudah membaca sesuatu yang dikatakan oleh orang bijak
dalam dua cara yang amat berlainan.
MENYIMPANG DARI JALAN BENAR
Siapa pun yang menyimpang dari peraturan Sufi, tidak akan
memperoleh sesuatu yang bermanfaat; kendati ia mempunyai
nama baik di mata masyarakat yang menggema (hingga) ke
firdaus.
|