|
3. ATHTHAR AN-NISABURI
Kendati Aththar merupakan salah seorang guru Sufi besar
dalam literatur klasik, dan pengilham ar-Rumi, dongeng dan
ajaran-ajaran guru-guru Sufi dalam karyanya Memorials of
the Saints, harus menunggu hampir tujuh setengah abad
untuk diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Pesatnya
ketertarikan dunia Barat terhadap Sufisme, juga dipengaruhi
oleh pertapa Hindu Dr. Bankey Behari yang telah menerbitkan
enampuluh dua seleksi dari buku ini tahun 1961.
Aththar menulis sekitar seratus empatbelas buku, beberapa
buku-buku Sufi yang paling masyhur Divine Book,
Parliament of the Birds dan Book of
Counsel.
Ajaran-ajarannya banyak disertai gambaran-gambaran
biografi, fabel, pepatah dan apologi, yang tidak hanya
mengandung ajaran moral tetapi kiasan-kiasan yang
menggambarkan tentang tahap-tahap khusus perkembangan
manusia. Misalnya dalam Parliament of the Birds, ia
membuat sketsa tahap-tahap individual dalam kesadaran
manusia, meski hal ini direpresentasikan sebagai kejadian
terhadap individu yang berbeda atau terhadap suatu komunitas
seluruhnya.
Aththar menggunakan tema suatu 'perjalanan' atau
'pencarian' sebagai analogi dari tahap-tahap keberhasilan
jiwa manusia dalam mencari kesempurnaan.
Menolak untuk menerima tanda jasa dari kaki tangan
penjajah Mongolia, di Asia Tengah, ia dilaporkan wafat di
tangan tentara Jengis Khan, setelah membubarkan
murid-muridnya --mengirim mereka ke tempat-tempat aman--
ketika ia memprediksi invasi Mongol pada abad
ketigabelas.
Tradisi-tradisi Sufisme menegaskan bahwa karya Aththar
sangat penting karena, membaca secara keseluruhan, membantu
menegakkan struktur sosial dan standar etika Islam;
sementara seleksi-seleksi khususnya mengandung materi
inisiator yang tersembunyi oleh bagian-bagian teologikal
yang berat.
JAWABAN YESUS
- Beberapa orang Israel mencaci Yesus suatu hari,
ketika dia berjalan melintasi bagian kota mereka.
- Tetapi ia menjawab dengan mengulang doa atas nama
mereka. Seseorang berkata kepadanya:
- "Engkau berdoa untuk orang-orang ini, tidakkah
engkau merasa marah kepada mereka?"
- Ia menjawab:
- "Aku hanya dapat membelanjakan apa yang ada dalam
dompetku."
HATI
- Seseorang menghampiri orang gila yang sedang
menangis dalam kesedihan yang memilukan.
- Ia bertanya:
- "Mengapa engkau menangis?"
- Orang gila menjawab:
- "Aku menangis untuk menarik belas kasihan
hati-Nya."
- Yang lain berkata kepadanya:
- "Ucapanmu bohong, karena Dia tidak memiliki hati
lahiriah."
- Orang gila menjawab:
- "Engkaulah yang salah, karena Dia pemilik seluruh
hati yang ada. Melalui hati engkau dapat berhubungan
dengan Tuhan."
DITAWARI DERMA YANG TIDAK DAPAT
DITERIMA
- Apa! Akan kau berikan sejumlah uang
- (Yang akan) menghapus namaku dari Daftar Kaum
Darwis?
DONGENG FAZL-RABBI
- Suatu hari seorang tua yang kikir pergi menjeguk
Fazl-Rabbi, untuk membahas beberapa hal.
- Karena lemah dan gelisah, orang tua ini menusukkan
tongkat besinya ke luka di kaki Fazl-Rabbi.
- Mendengar dengan sopan, apa pun yang dikatakan
oleh si orang tua, Fazl-Rabbi tidak berkata-kata,
kendati ia menjadi pucat dan kemudian memerah, karena
lukanya terasa sakit dan besi tersebut tetap menancap
di kakinya.
- Kemudian, ketika yang lainnya telah menyelesaikan
urusannya, ia mengambil selembar kertas darinya dan
menandatanganinya.
- Ketika orang tua itu sudah pergi, ia senang karena
berhasil dalam ketekunannya, Fazl-Rabbi membiarkan
dirinya roboh.
- Salah seorang bangsawan yang hadir
mengatakan:
- "Tuanku, Anda duduk di sana dengan darah mengucur
dari kaki Anda, dan orang tua itu menusuknya dengan
tongkat besinya, dan Anda sama sekali tidak berkata
apa pun."
- Fazl-Rabbi menjawab:
- "Aku sama sekali tidak memberi tanda kesakitan,
karena Aku takut kalau ketakutannya mungkin
menyebabkan ia bingung, dan bahwa ia mungkin
menyerahkan ketekunannya karena bantuanku. Kasihan
sekali dia, bagaimana aku dapat menambah masalahnya
dengan cara demikian?"
- Jadilah manusia sejati: mempelajari kebangsawanan
dari pemikiran dan tindakan, seperti Fazl-Rabbi.
BUDAK TANPA MAJIKAN
- Berkelana dengan jubah tambalan, wajahnya
menghitam karena matahari, seorang darwis tiba di
Kufah, di mana ia berjumpa dengan seorang
pedagang.
- Si pedagang berbicara kepadanya, dan memutuskan
bahwa ia pasti seorang budak yang tersesat.
- "Karena tindak-tandukmu halus, Aku akan
memanggilmu Khair (bagus)." Katanya, "Engkau bukan
budak?"
- "Itulah saya," jawab Khair.
- "Akan kuantar engkau pulang, dan engkau dapat
bekerja untukku sampai berjumpa tuanmu."
- "Saya senang sekali," ujar Khair, "Karena sudah
sangat lama saya mencari tuan saya."
- Ia bekerja beberapa tahun pada orang tersebut,
yang mengajarinya menjadi penenun; oleh sebab itu nama
keduanya adalah Nassaj (penenun).
- Setelah layanannya yang lama, merasa bersalah
karena terlalu mengeksploitasinya, pedagang tersebut
mengatakan, "Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi
sekarang engkau bebas untuk pergi."
- Khair Nassaj, Guru Agung Tarekat (Sufi),
melanjutkan perjalanannya ke Mekkah tanpa penyesalan
karena ia telah menemukan bagaimana melanjutkan
perkembangannya, daripada tanpa memiliki nama dan
diperlakukan seperti budak.
- Ia adalah guru asy-Syibli, Ibrahim Khawwas dan
juga Guru Agung kaum Sufi. Ia meninggal lebih dari
seribu tahun yang lalu, di usia seratus duapuluh.
KOTAK AJAIB
- Suatu ketika seorang laki-laki ingin menjual
karpet kasar, dan ia pun menawarkannya di jalan.
- Orang pertama yang melihat mengatakan:
- "Ini karpet yang kasar, dan sangat usang." Maka ia
pun membelinya sangat murah. Kemudian pembeli tersebut
berdiri dan mengatakan kepada lainnya yang tengah
berjalan:
- "Karpet ini lembut bagai sutra, tak ada yang
seperti ini."
- Seorang Sufi yang melintas mendengar orang yang
membeli itu dan berusaha menjual barang yang sama
dengan dua gambaran yang berbeda.
- Sang Sufi berkata kepada si penjual karpet:
- "Wahai penjual karpet, masukkan aku dalam kotak
ajaibmu, yang dapat mengubah karpet kasar menjadi
halus, barangkali bisa mendatangkan permata!"
BULAN
- Sang Bulan ditanya:
- 'Apa hasratmu yang paling kuat?"
- Dijawab:
- "Kalau Matahari hendak menghilang, dan tetap
terselubung dalam awan selamanya."
LIMARATUS KEPING EMAS
- Salah seorang pengikut Junaid mengunjunginya
dengan dompet berisi limaratus keping emas.
- "Apakah engkau memiliki uang lebih dari ini?"
tanya sang Sufi. "Ya, saya punya."
- "Apakah engkau ingin lebih banyak?"
- "Ya, benar."
- "Maka engkau harus menyimpannya, karena engkau
lebih membutuhkannya daripada aku; karena aku tidak
memiliki apa pun dan tidak menginginkan apa pun.
Engkau membutuhkannya dan selamanya ingin lebih
banyak."
ORANG GILA DAN MUADZIN
- Seorang muadzin mendaki puncak menara dan
mengumandangkan adzan. Sementara itu, seorang gila
melintas dan seseorang bertanya kepadanya:
- "Apa yang dilakukannya di sana, di atas
menara?"
- Si gila menjawab:
- "Orang di atas itu sesungguhnya mengocok kulit
kacang yang kosong."
- Ketika engkau mengucapkan sembilanpuluh sembilan
Nama Allah, maka engkau seperti bermain dengan kulit
kacang yang kosong. Bagaimana Tuhan dapat dimengerti
melalui nama-nama?
- Karena engkau tidak dapat mengucapkan dalam
kata-kata 'mengenai hakikat Tuhan, paling baik tidak
usah bicara tentang siapa pun sama sekali.
- (Kitab-Ilahi)
KERANGKA RELIGIUS
- Suatu hari ketika Sahabat Umar ra. melihat dari
permulaan hingga habis sebuah kitab suci Yahudi, Nabi
Muhammad saw bersabda:
-
- "Engkau terlalu sederhana dengan kitab itu.
Jika ingin mendapat suatu manfaat darinya, engkau
harus menjadi seorang Yahudi. Menjadi seorang
Yahudi yang sempurna lebih baik daripada Muslim
yang tidak sempurna; dan membuang-buang waktu
dengan kitab Yahudi adalah kepalang tanggung dan
tidak memberimu manfaat dengan satu cara atau cara
yang lain.
- Kesalahanmu adalah bahwa engkau tidak melakukan
sesuatu atau pun lainnya dalam sikap ini. Engkau
tidak yakin, sangsi pun engkau juga tidak. Lalu,
Bagaimana keadaanmu ini, Bagaimana dapat
digambarkan?"
(Kitab-Ilahi)
KISAH NABI MUSA A.S.
- Suatu ketika Musa a.s. memohon kepada Allah swt.
untuk menunjukkan kepadanya salah satu sahabat Allah,
dan sebuah suara menjawab:
- "Pergilah ke sebuah lembah dan di sana engkau
akan menjumpai seorang yang dicintai, orang
terpilih, yang menempuh Jalan (pencapaian)!"
- Musa pun pergi dan menjumpai orang tersebut,
berpakaian compang-camping, dikerubuti berbagai
serangga dan binatang melata lainnya.
- Musa bertanya, "Dapatkah aku membantumu?"
- Laki-laki tersebut menjawab, "Utusan Allah,
bawakanlah aku secangkir air, karena sangat
haus!"
- Ketika Musa kembali dengan membawa air, ia
menemukan laki-laki tersebut terkapar sekarat. Ia
pergi mencari potongan baju untuk membalutnya. Ketika
kembali, ia justru melihat tubuh laki-laki tersebut
dilahap seekor singa padang pasir.
- Musa sangat tertekan dan menangis:
- "Engkau Yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui,
Yang mengubah lumpur menjadi manusia. Sebagian
menjadi penghuni Surga, lainnya harus disiksa, satu
bahagia yang lain menderita. Ini lawan asas yang
tidak dapat dimengerti oleh siapa pun."
- Kemudian muncul suara dari dalam diri Musa:
- "Orang ini telah bergantung kepada Kami untuk
minum dan kemudian berpaling dari kepercayaan itu.
Ia bergantung kepada Musa untuk makanannya, percaya
pada perantara. Ia telah bersalah karena meminta
bantuan dari yang lain setelah puas dengan Kami
..."
- Hatimu senantiasa melekat sendiri dan makin
melekat lagi pada keinginan. Engkau harus tahu
bagaimana menjaga hubungan dengan asal-usulmu ...
(Ilahi-Nama)
RUH SEBELUM PENCIPTAAN TUBUH
- Ketahuilah mengenai waktu ketika di sana ada ruh
dan tanpa tubuh.
- Inilah masa selama beberapa tahun, yang setiap
tahunnya sama dengan seribu tahun kita.
- Ruh-ruh tersebut berbaris. Dunia diperlihatkan
kepada mereka. Sembilan dari sepuluh ruh berlari
menuju dunia.
- Kemudian Surga diperlihatkan pada ruh yang
tersisa. Sembilan dari sepuluh ruh berlari menuju
Surga.
- Kemudian Neraka diperlihatkan kepada ruh yang
tersisa. Sembilan dari sepuluh ruh berlari
menghindarinya dengan ketakutan.
- Maka tinggallah beberapa ruh, mereka yang tidak
terpengaruh oleh apa pun. Mereka tidak tertarik pada
Dunia maupun Surga, juga tidak takut Neraka.
- Sebuah Suara Semesta berkata pada ruh-ruh yang
tinggal tersebut:
- "Wahai ruh-ruh bodoh, apa yang kalian
inginkan?"
- Secara serempak mereka menjawab:
- "Engkau mengetahui segala pengetahuan, bahwa
Engkau-lah Yang kami inginkan, dan bahwa kami tidak
ingin meninggalkan KehadiranMu."
- Suara itu berkata:
- "Menginginkan Kami penuh bahaya, menimbulkan
kesulitan dan akibat yang tidak terhitung."
- Ruh-ruh menjawab:
- "Dengan senang hati akan kami alami apa pun untuk
bersama-Mu, dan kehilangan apa pun agar kami
mendapatkan segalanya."
(Ilahi-Nama)
UJIAN
- Berkait dengan ucapan Syaqiq al-Balkh kepada
murid-muridnya:
- "Kupertaruhkan Imanku kepada Allah, dan pergi
mengarungi hutan ganas dengan uang sekadarnya di saku.
Aku pergi haji dan pulang, dan uang receh ini masih
ada."
- Salah seorang muridnya berdiri dan berkata:
- "Jika Anda memiliki uang receh di saku, Bagaimana
Anda dapat mengatakan, bahwa Anda menggantungkan
segala sesuatu kepada yang lebih Tinggi?"
- Syaqiq menjawab:
- "Tidak ada lagi yang dapat kukatakan, anak muda
ini benar. Ketika engkau menggantungkan segala sesuatu
kepada-Nya, maka tidak ada tempat lagi untuk apa pun,
sekecil apa pun, sebagai suatu perbekalan!"
(Kitab-Ilahi)
MUHAMMAD, IBNU ISA
- Muhammad, ibnu Isa, salah seorang sahabat Pemimpin
Ummat, karena kecerdasannya melebihi yang lain.
- Suatu hari ia berkuda melintasi jalanan di
Baghdad, diiringi pelayan dalam jumlah cukup banyak.
Orang-orang pun saling bertanya:
- "Siapa laki-laki itu, begitu mempesona, kudanya
bagus, begitu kaya?"
- Dan seorang perempuan tua yang berjalan tertatih
diantara mereka menjawab:
- "Itu orang miskin, bukan orang kaya. Karena, jika
Allah meniadakan kesenangannya, ia tidak akan memiliki
benda seperti sekarang."
- Mendengar ini, Muhammad ibnu Isa, turun dari
kudanya yang sehat dan bagus, dan mengakui bahwa
memang begitulah keadaannya.
- Sejak saat itu ia meninggalkan keinginannya untuk
memamerkan kekayaannya.
PEMAHAMAN ORANG GILA
- Terdapat orang gila yang tidak ikut ambil bagian
dalam jamaah shalat. Di hari Jum'at, dengan penuh
kesulitan, orang-orang membujuknya untuk hadir.
- Tetapi ketika sang Imam memulai, orang gila
tersebut justru melenguh seperti lembu jantan.
- Orang-orang menyangka bahwa ia hanya sedang kambuh
lagi gilanya, tetapi pada saat yang sama ingin
membantunya. Sesudah shalat mereka menegurnya:
- "Apakah engkau tidak berpikir tentang Allah,
engkau bersuara seperti seekor binatang di
tengah-tengah shalat jamaah?"
- Si orang gila menjawab:
- "Aku hanya melakukan apa yang dikerjakan Imam.
Ketika ia telah menekankan, ia membeli seekor lembu,
maka aku pun bersuara seperti seekor lembu!"
- Ketika jawaban aneh ini disampaikan kepada sang
Imam, ia mengakui:
- "Ketika aku menyebut Allahu Akbar, aku sedang
memikirkan pertanianku. Dan ketika sampai pada
alhamdulillah, aku berpikir bahwa aku akan membeli
seekor lembu. Pada saat itulah aku mendengar suara
lenguhan."
SI KIKIR DAN MALAIKAT MAUT
- Setelah bekerja keras, berdagang dan meminjamkan
(uang) si kikir telah menumpuk harta, tigaratus ribu
dinar. Ia memiliki tanah luas dan banyak gedung, dan
segala macam harta benda.
- Kemudian ia memutuskan untuk beristirahat selama
satu tahun, hidup nyaman, dan kemudian menentukan
mengenai bagaimana masa depannya. Tetapi, segera
setelah ia berhenti mengumpulkan uang, ketika itu juga
muncul Malaikat Maut di hadapannya untuk mencabut
nyawanya.
- Si kikir pun berusaha dengan segala daya upaya,
agar Malaikat Maut yang pantang menyerah itu, tidak
jadi menjalankan tugasnya. Ia berkata:
- "Bantulah aku, hanya tiga hari saja, dan akan
kuberikan sepertiga hartaku."
- Malaikat Maut menolak, dan mulai menarik nyawa si
kikir. Kemudian si kikir berkata lagi:
- "Jika engkau membolehkan aku tinggal dua hari
lagi, akan kuberi engkau duaratus ribu dinar dari
gudangku."
- Tetapi sang Malaikat Maut tidak mau
mendengarkannya. Bahkan ia menolak memberi tambahan
tiga hari demi tigaratus ribu dinarnya. Kemudian si
kikir berkata:
- "Tolonglah, kalau begitu beri aku waktu untuk
menulis sebentar."
- Kali ini Malaikat Maut mengizinkannya, dan si
kikir menulis dengan darahnya sendiri.
- "Wahai manusia, manfaatkan hidupmu. Aku tidak
dapat membelinya dengan tigaratus ribu dinar. Pastikan
bahwa engkau menyadari nilai dari waktu yang engkau
miliki."
KEPALA KELEDAI
- Seorang bodoh melihat kepala keledai di atas
sebatang kayu di halaman.
- Ia bertanya, "Apa yang terjadi di sana?"
- Ada yang menjawab, "Diletakkan di sana untuk
memalingkan mata iblis!"
- "Engkau ini berotak keledai, dan itulah mengapa
engkau menggantungkan kepala keledai! Ketika hidupnya,
ia tidak dapat menghindari batang kayu yang
memukulnya. Sekarang, ketika mati, bagaimana dapat
menolak mata iblis?"
KEMUSTAHILAN DAN KEBODOHAN
- Apa yang tampak mustahil dan tidak, adalah lebih
baik daripada kebodohan manusia yang menganggapnya
mustahil.
CAHAYA
- Pecinta (kekasih) sejati akan menemukan cahaya
hanya jika, seperti lilin, dirinya adalah bahan bakar,
membakar dirinya sendiri.
UMMAT KRISTEN DAN MUSLIM
- Suatu ketika, seorang Kristen menjadi Muslim.
Keesokannya ia telah mulai minum anggur.
- Dalam keadaan mabuk, ibunya datang dan
berkata:
- "Anakku, apa yang engkau kerjakan? Bertingkah
dalam cara seperti ini engkau telah menolak Yesus, dan
juga gagal menyenangkan Muhammad. Tetaplah berpijak
pada keyakinanmu! Tidak seorang pun dapat menjadi
manusia dan menyembah berhala sama baik mempertahankan
keyakinan lain."
POHON TIDAK MENYADARI AKAN
KEADAANNYA
- Suatu hari seorang laki-laki menebang pohon.
Seorang Sufi yang melihatnya, mendekat dan
berkata:
- "Lihatlah cabangnya yang segar ini, penuh dengan
getah, bahagia karena ia belum tahu kalau
dipotong."
- "Barangkali memang tidak diketahui kerusakan akan
membuatnya menderita, tetapi akan mengetahui pada
waktunya."
- "Sementara itu, engkau tidak dapat
menalarnya."
- Pemotongan ini, ketidaktahuan ini, inilah keadaan
manusia.
ANAK PANAH
- Ketika anak panah lepas dari busurnya, mungkin
melesat lurus, mungkin pula tidak, sesuai kehendak
pemanahnya. Betapa aneh, bahwa ketika anak panah
melesat tanpa melenceng, tergantung pada keahlian
pemanah: tetapi jika keluar dari kebenaran, merupakan
anak panah yang menerima perintah keliru!
RAJA MAHMUD DAN BUNCIS
- Suatu hari, Raja Mahmud yang perkasa dari Ghazna
pergi berburu, ia terpisah dari kelompoknya. Ia
kemudian mendatangi asap yang berasal dari sebuah api
kecil, di mana ia juga menemukan perempuan tua dengan
belanganya.
- Raja Mahmud berkata:
- "Hari ini engkau mendapat tamu seorang raja, apa
yang engkau masak di atas apimu?"
- Perempuan tua itu menjawab, "Ini rebusan
buncis."
- Raja Mahmud bertanya, "Wahai perempuan tua, maukah
engkau memberiku sedikit?"
- "Tidak," jawab perempuan itu, "Karena ini hanya
untukku. Kerajaanmu tidak berharga sebagaimana
buncis-buncis ini. Engkau boleh saja menginginkan
buncisku, tetapi aku tidak menginginkan apa pun yang
engkau miliki. Buncis-buncisku bernilai seratus kali
lipat daripada semua milikmu. Lihat musuh-musuhmu,
yang berusaha mengambil alih milikmu. Aku bebas, dan
memiliki kacang buncisku."
- Mahmud yang perkasa memandang pemilik kacang
tersebut, memikirkan kekuasaannya yang
dipersengketakan, dan menangis.
KETIDAKSADARAN
- Engkau tidak tahu apa pun tentang dirimu sendiri
dan bagaimana keadaannya.
- Dirimu seperti lilin dalam sarang lebah: apa yang
diketahui, apa yang diketahui, api ataukah
selokan?
- Ketika terpasang di tempat lilin, dan cahayanya
terpancar, barulah diketahui.
- Sama saja, engkau akan mengetahui dirimu hidup
ketika engkau mati, dan hanya berpikir dirimu
hidup.
ORANG GILA DAN PEGULAT
- Seorang gila setengah mabuk memanggil pembawa peti
mati setelah pemakaman.
- "Siapa orang yang jatuh dalam cengkeraman kematian
ini?"
- Mereka menjawab, "Hai orang gila, ini jasad juara
gulat, pemuda terbaik selama hidupnya."
- Si orang gila menjawab, "Ia mati oleh lawan yang
perkasa, tak diketahui kalau hal itu akan terjadi
padanya."
DUA CINCIN
- Seorang laki-laki mencintai dua perempuan dengan
adil. Mereka berdua memintanya mengatakan siapa
diantara mereka yang paling disukai.
- Laki-laki tersebut minta waktu sampai keputusannya
diketahui. Kemudian ia membuat dua cincin,
masing-masing sangat mirip. Lalu ia memanggil keduanya
dan mengatakan, "Orang yang paling kucintai, dialah
yang mengenakan cincin ini."
INI, JUGA, AKAN BERLALU
- Seorang raja yang sangat berkuasa, memerintah
banyak wilayah, berada dalam posisi cemerlang lantaran
orang-orang bijak yang dipekerjakannya. Suatu hari ia
merasa bingung sendiri dan memanggil
penasihatnya.
- Katanya, "Aku tidak tahu sebabnya, tetapi sesuatu
mendorongku untuk mencari cincin yang memungkinkan
diriku menjadikan negara yang tenteram. Aku harus
memiliki cincin itu. Dan cincin ini harus dapat
membuatku bahagia di kala duka. Pada saat yang sama,
jika aku merasa bahagia dan melihatnya, maka cicin itu
dapat menjadikanku sedih."
- Orang-orang bijak saling berunding, dan mereka
berada dalam perenungan yang amat dalam. Akhirnya
mereka memutuskan sifat-sifat cincin yang sesuai
dengan raja mereka. Cincin yang dirancang itu,
bertuliskan sebuah legenda: Ini, juga, Akan
Berlalu.
RAJA YANG MERAMALKAN MASA
DEPANNYA
- Seorang raja yang juga ahli perbintangan meramal
bintangnya, bahwa pada hari dan jam tertentu
malapetaka akan mendekatinya.
- Ia kemudian membangun rumah batu yang kuat, dan
menempatkan beberapa penjaga di luar.
- Suatu hari, ketika berada di dalamnya, ia sadar
bahwa masih dapat melihat cahaya (siang). Ia menemukan
lubang yang kemudian ditutupnya pula, untuk mencegah
kemalangan masuk. Dengan menutup pintu, menjadikan
dirinya sendiri tawanan dengan kedua tangannya
sendiri. Dan karena itu, sang raja pun meninggal
dunia.
RUANG INI
- Pada dinding dalam lengkungan tekkia di gedung
meditasi Aththar yang bersambungan, tertulis
kata-kata:
- "Disediakan untuk Orang Bijak (Hakim)
Tamtim."
- Syeikh Aththar menyuruh murid tertuanya untuk
meneliti sikap semua pendatang baru terhadap
persembahan tersebut.
- Ia menggambarkan bahwa semua yang memberikan
tanggapan dalam cara tertentu, akan mengembangkan
kekuatan mistik secara benar dan cepat; dan yang
mengatakan atau melakukan sesuatu akan pergi atau
harus disuruh pergi.
- Aththar tidak pernah menanyakan kepada muridnya,
pelamar mana yang bersikap demikian. Tetapi mereka
meneliti, selama bertahun-tahun, hasilnya sesuai yang
digambarkan.
- Suatu hari ia ditanya, mengapa meninggalkan
persembahan tersebut di sana. Jawabnya, "Untuk
menunjukkan mereka yang tidak tanggap, dan tampaknya
tidak cukup menunjukkan tentang pengalaman-pengalaman
tertentu, akan mengkhianati kemampuan diri atau tidak
mencukupi, pada seseorang yang tahu bagaimana membuat
suatu ujian."
|