Jalan Sufi
Reportase Dunia Ma'rifat

Idries Shah

BAGIAN KEEMPAT: DIANTARA GURU BESAR

KEHARUSAN MENGAJAR

Bisyr ibnu Harits ditanya mengapa ia tidak mengajar.

"Aku berhenti mengajar karena aku menemukan bahwa diriku memiliki hasrat mengajar. Jika keharusan (kewajiban) ini berlalu, aku akan mengajar atas kehendakku sendiri."

WAKTU BELAJAR

Guru dari Ascalon jarang sekali berbicara kepada muridnya. Jika bicara, mereka dikuasai oleh gagasan-gagasannya.

"Bolehkah kami mendapatkan pelajaran pada saat dimana kami dapat mengikutinya dengan baik?" tanya mereka, "karena pada waktu Anda bicara sebagian dari kami mendapat tugas keluarga dan tidak selalu dapat hadir."

"Kau harus mencari orang lain yang melakukan itu," jawabnya. "Karena mengingat aku hanya mengajar ketika aku tidak merasakan dorongan untuk mengajar, di luar ada beberapa yang dapat mengajar sesuai dengan siapa yang hadir pada saat yang tepat. Yaitu yang merasakan dorongan untuk mengajar, dan akibatnya hanya perlu membiasakan diri pada apa yang mereka katakan pada pendengar."

JIKA AKU MINTA DAN MEREKA MENOLAK ...

Seorang darwis ditanya, "Mengapa engkau tidak minta sesuatu pada orang-orang, sehingga engkau memiliki makanan?" Jawabnya, "Jika aku minta pada mereka dan mereka menolakku, ada bahaya yang akan mereka derita. Nabi pernah berkata bahwa jika orang yang sangat membutuhkan meminta, mereka yang menolak untuk memberinya akan merana."

BAGAIMANA KAU SEHARUSNYA BERPIKIR TENTANG AKU

Seorang murid mendatangi Ma'ruf al-Karkhi dan berkata:

"Aku berbicara pada orang-orang tentang Anda. Orang Yahudi mengatakan bahwa Anda beragamaYahudi; orang Kristen menganggap Anda sebagai salah satu pendeta mereka; orang Muslim bersikeras bahwa Anda adalah yang paling mulia dari seluruh ummat Muslim."

Ma'ruf menjawab:

"Inilah apa yang dikatakan ummat manusia di Baghdad. Ketika aku di Jerusalem, orang Yahudi mengatakan bahwa aku orang Kristen, yang Muslim menganggapku Yahudi, dan yang Kristen menganggapku Muslim."

"Lalu, apa yang harus kami pikirkan tentang Anda?" tanyanya.

"Sebagian tidak memahami dan mereka memujaku. Lainnya tidak demikian, maka mereka mencaci aku. Itulah apa yang harus aku katakan. Kau harus berpikir tentang aku sebagai seseorang yang mengatakan ini."

MEMUJA ORANG SUCI

Seorang Syeikh Sufi ditanya oleh seorang pengunjung:

"Adakah nilai dalam memuja orang suci?"

Ia menjawab, "Itu tidak masuk akal dan dilarang oleh Islam." Si penanya pun pergi, ia puas.

Seorang murid yang hadir berkata, "Tetapi jawaban Anda tidak mencakup maksud pertanyaan tadi."

Syeikh berkata padanya, "Penanya tadi berada pada tahap syari'at (agama konvensionalis). Caranya bertanya menunjukkan bahwa ada penentraman hati yang ia inginkan, dan ia mencarinya dariku, seseorang yang ia dengar sebagai sumber yang dapat dipercaya.

Bagaimanapun, terdapat jenis hubungan yang lain dengan orang suci, lebih dari sekadar pemujaan. Mengunjungi makam mereka terdapat kebaikan. Tetapi kebaikan ini hanya berlaku untuk mereka yang dapat menerimanya. Orang tadi bukan salah satu dari mereka, jadi aspek lain dari pertanyaannya tidak ada.

Seseorang yang bulan lalu bertanya tentang pembuktian fakta, bahwa 'obat yang ditulis melalui meditasi di tempat suci, sepenuhnya ditimbulkan oleh aspirasi, bukan orang suci'. Aku setuju dengannya. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk pemikiran yang lebih kompleks; jadi, dengan kata lain, ini mungkin sebagai kebenaran pada beberapa peristiwa, keseluruhannya pada peristiwa lain, dan sebagainya.

Sudah menjadi ciri khas mereka yang buta, mereka dapat melihat hanya persoalan tertentu. Orang-orang suci adalah manusia, mengunjungi tempat suci bagi sebagian merupakan ikatan 'pemujaan orang suci', memuja orang suci itu bodoh. Oleh karena itu tidak ada keuntungan dalam pemujaan orang suci.

Satu dalam seribu, barangkali, yang mengunjungi tempat suci mengetahui dalam mata batinnya, mengapa ia di sana dan apa kebaikan alamiah yang ia peroleh. Sudah wajar kalau semua peziarah membayangkan bahwa mereka 'beriman' dan karena itu mereka semua menjalankan sesuatu yang sama. Tentu saja mereka tidak demikian. Pernahkah engkau mencoba menunjukkan orang yang salah jalan, bahwa pandangannya sempit? Secara fisik, ia mungkin mendengarkan. Tetapi untuk kepentingan harga dirinya ia akan menolak apa yang engkau maksudkan, jika tidak apa yang engkau katakan."

MUHAMMAD SHAH, MURSYID DARI TURKISTAN

Muhammad Shah, Mursyid (Pembimbing) dari Turkistan, adalah guru pada abad kesembilanbelas yang mengambil contoh-contohnya dari 'sari' (kandangan batiniah sejati) tindakan dan kehidupan biasa. Di bawah ini cerita khas dari metode-metodenya.

Muhammad Shah mengambil sekelompok dari Halaqah ('lingkaran keilmuan')-nya untuk melihat pemandangan tertentu, salah satunya adalah sebuah menara tinggi di pinggir sungai. "Ini dibangun oleh orang-orang yang gigih," katanya.

Kemudian ia mengajak mereka melihat sekelompok peziarah Brahma berjalan ke sungai suci Jumna. "Mereka adalah orang-orang yang gigih," katanya. Di lain hari, ia mengajak orang-orangnya melihat sebuah kafilah yang datang melalui padang pasir pembuangan dari Cina. "Mereka orang-orang yang gigih," katanya.

Akhirnya ia memerintah mereka pergi ke Tibet guna memperhatikan peziarah-peziarah mengukur jarak mereka di sepanjang jalan, melakukan perjalanan suci. "Mereka adalah orang-orang yang gigih," ia berkata demikian ketika mereka kembali.

Setelah beberapa bulan, ia menyuruh mereka memperhatikan hakim menguji-coba kasus, mengamati upaya-upaya hakim, energi para saksi, aspirasi penuntut, usaha tertuduh. "Dalam semua ini, engkau melihat laki-laki dan perempuan yang gigih," katanya.

"Di mana-mana manusia tekun atau gigih. Bidang yang ditekuni adalah apa yang ia hargai. Mereka dapat memperoleh hasil panen atau menuai hasil dan menggunakannya. Jika, di lain pihak, selama ketekunan, mereka diperdaya oleh sesuatu yang ditekuninya, mereka tidak dapat memanfaatkan latihan perjuangan dari ketekunan atau kegigihan. Semua yang terjadi pada mereka adalah bahwa mereka menjadi terlatih dalam sifat tak mudah menyerah."

MENGAPA DARWIS MENYEMBUNYIKAN DIRI

Ibnu ar-Rumi bertanya padanya:

"Bagaimana dan mengapa kaum darwis bersembunyi? Apakah dilakukan melalui penyamaran? Adakah sesuatu di dalam dirinya yang ia tutupi?"

Guru menjawab:

"Hal itu mungkin dilakukan dengan banyak cara. Sebagian menulis puisi cinta, dan orang berpikir bahwa maksudnya adalah cinta biasa. Kaum darwis mungkin menyembunyikan kedudukan sebenarnya dalam tarekat dengan menerima panggilan. Ada para penulis, dan sebagian seperti Baba Farid, adalah pedagang. Lainnya mengikuti berbagai kegiatan fisik (lahiriah) yang berbeda.

Hal ini mungkin dilakukan demi kepentingan menjaga kedangkalan, demi pertahanan terhadap sikap tidak berperasaan tajam atau tidak sungguh-sungguh. Sebagian dengan sengaja berbuat sedemikian rupa di mana mungkin masyarakat tidak menyetujui.

Oleh karena itu Nabi bersabda, 'Allah menyembunyikan Orang-orang yang Berpengetahuan Mulia.'

Sebuah cara (muslihat) mungkin diterima oleh para pengikut tarekat untuk mendapatkan kedamaian, ketika barangkali mereka dengan cara lain terhalang atau terganggu."

Kemudian Guru bersyair:

Pengetahuan -- yang sesungguhnya, sebagaimana mereka sembunyi mereka mencari.

Penampilan yang berbeda daripada mereka, bagi orang biasa;

Di dalam cahaya batin mereka mengembara, membuat keajaiban terjadi.

Namun mereka yang sesungguhnya dikenal, tidak untuk siapapun.

(Manaqib al-Arifin)

DOA UNTUK ORANG MATI

Sufyan ats-Tsauri mendengar ada pemakaman, dan ia mengikuti keranda, berdoa di pinggir makam.

Setelah itu, orang-orang mulai membicarakan kebaikan almarhum.

"Seharusnya aku tidak berdoa untuk orang ini," ujar Sufyan, "karena ketika engkau mendengar orang berbicara baik tentang dirinya, pada umumnya karena ia seorang munafik, diketahui atau tidak. Jika seseorang bukan munafik, selalu ada banyak orang yang tidak membicarakan kebaikan tentang dirinya (si mati)."

ATS-TSAURI DALAM PERENUNGAN

Asy-Syibli yang Agung mengunjungi ats-Tsauri yang terkenal. Sang guru (ats-Tsauri) tengah duduk diam hingga tidak seujung rambut pun bergerak.

Asy-Syibli bertanya, "Di mana Anda belajar duduk diam seperti itu?."

Ats-Tsauri menjawab, "Dari seekor kucing. Ia tengah mengintai seekor tikus dengan konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada yang engkau lihat dalam diriku."

HASUTAN ANEH

Sekali waktu Sahl Abdullah memasuki suatu situasi hasutan sengit, dengan perwujudan fisik, selama pertemuan keagamaan.

Ibnu Salim berkata, "Situasi apa ini?"

Sahl berkata, "Ini bukanlah, seperti yang engkau bayangkan, kekuatan yang memasuki diriku. Sebaliknya, oleh karena kelemahanku."

Lainnya yang hadir menegaskan, "Jika itu kelemahan, apakah kekuatan?"

"Kekuatan," ujar Sahl, "adalah ketika sesuatu sepertinya masuk, dan pikiran serta tubuh menyatakan tidak sama sekali."

KELEDAI

Suatu ketika Sahl dalam perjalanan bersama Ibrahim ibnu Adham, dan jatuh sakit. Ia menceritakan bahwa Ibrahim menjual semua yang dimilikinya untuk membiayai yang sakit. Manakala Sahl meminta makanan lezat, Ibrahim menjual keledainya dan kemudian membeli makanan untuknya.

Ketika ia sehat kembali, Sahl bertanya pada Ibrahim, "Di mana keledainya, untuk tungganganku?"

"Akulah ia," jawab Ibrahim, "naiklah di pundakku." Dan ia menggendong Sahl di sisa perjalanan tersebut.

IBNU SALIM

Banyak orang berkumpul di depan rumah Ibnu Salim, dan ia diminta berbicara pada mereka dengan kata-kata, "Murid-muridmu ada di sini."

Ia menjawab, "Mereka ini bukan murid-muridku -- tetapi murid pengunjungku. Muridku cuma sedikit."

TANGGUNG JAWAB GURU

Haji Bektash menunjuk Nuruddin Chaqmaq sebagai Khalifahnya di utara jauh. Pada saat itu Syeikh Chaqmaq sudah mempunyai banyak murid, karena ia seorang darwis yang menarik perhatian beberapa lingkaran pengikut, melalui dedikasinya serta bacaan-bacaan guru-guru kuno. Selain itu, ia berhubungan dekat dengan lebih dari satu guru.

Haji memberinya ajaran yang pada permukaannya sangat berlainan dengan kebiasaan-kebiasaan dan pemikiran-pemikiran tradisional, yang sudah terbiasa bagi murid-muridnya.

Chaqmaq mencoba menghindari tanggung jawabnya dengan menyerahkan pengikutnya kepada Haji. Tetapi Haji Bektash menolak, dan berkata pada Chaqmaq, "Hanya dengan bertindak sebagai saluran dariku kepada orang-orangmu, engkau sendiri akan berubah."

Chaqmaq khawatir bahwa ajaran barunya ini akan mengganggu otoritasnya, "Bila engkau mengajar hanya melalui otoritas, engkau sama sekali tidak mengajar," ujar Haji Bektash. Beberapa murid Chaqmaq kemudian datang mengeluh pada Haji Bektash, bahwa guru mereka berperilaku eksentrik. "Kami tidak lagi dapat memiliki kenyamanan beribadah seperti biasanya," kata mereka. "Inilah sebenarnya yang kuinginkan terjadi," ujar Haji.

Murid-murid lainnya khawatir, bahwa Haji Bektash terpengaruh oleh Chaqmaq dan akan mempengaruhi mereka dengan cara yang sama. Hal ini dilaporkan kepada Haji. Katanya, "Mereka melihat sesuatu yang baik terjadi pada diri Chaqmaq tetapi mereka berpikir itu adalah buruk. Ini adalah suatu demam yang harus dipadamkan sendiri."

Empat tahun berlalu, sebelum, sepenuhnya melalui perumpamaan Haji Bektash, murid-murid Chaqmaq menyadari bahwa Bektash telah memiliki hal-hal lain yang dikerjakan daripada 'menangkap kuda pincang'. Bektash berkata, "Itu adalah rasa harga dirimu tentang dirimu sendiri yang telah membuatmu membayangkan bahwa engkau adalah sesuatu, di mana siapa pun akan menyusahkan dirinya sendiri untuk memperbudak."

PERMATA

Seorang pemuda mendatangi Dzun-Nun dan berkata bahwa Kaum Sufi salah, dan hal-hal lain yang berkaitan.

Dzun-Nun si orang Mesir melepas cincin di jarinya kemudian memberikan padanya. "Bawa ini ke kios di pasar dan lihat apakah engkau dapat memperoleh sekeping emas untuk ini," katanya.

Tidak seorang pun di pasar yang menawar lebih dari sekeping perak untuk cincin tersebut.

Pemuda itu membawanya kembali.

"Sekarang," kata Dzun-Nun, "bawa cincin ini ke tukang permata yang sebenarnya dan lihat apa yang akan ia bayarkan."

Tukang permata menawar seribu keping emas untuk permata itu. Si pemuda sangat terpesona.

"Sekarang," kata Dzun-Nun, "pengetahuanmu tentang kaum Sufi sebesar pengetahuan pemilik kios tentang permata. Jika engkau ingin menaksir permata, jadilah tukang permata."

"Siapa pun mendengarkan sesuatu yang tidak senonoh adalah kaki tangan siapa saja yang berbicara tidak senonoh."

(Asy-Syafai)

BAYAZID AL-BISTHAMI

Bayazid bertemu seekor anjing, ia menarik jubahnya dari anjing tersebut agar tidak mengotori.

Si anjing, dalam bahasa manusia berkata:

"Jika aku kering, tidak perlu lagi menghindariku. Jika aku basah, engkau dapat mencuci jubahmu. Tetapi kebendaanmu padaku tidak pernah dapat dicuci."

Bayazid berkata:

"Wahai anjing yang mendapat pencerahan, kemarilah dan tinggallah bersamaku sebentar."

Anjing menjawab:

"Itu tidak mungkin, karena dunia menggunakan diriku sebagai julukan (ejekan), dan engkau dihormati dunia sebagai suri-teladan."

Bayazid berseru:

"Aduh! Aku tidak layak hidup dengan suatu makhluk yang dianggap oleh seluruh dunia sebagai makhluk yang rendah; bagaimana aku dapat mendekati Kebenaran, menghargainya sebagai yang Tertinggi dari semuanya?"

Saat ditanya, "Apakah menjadi Sufi itu?" Bayazid menjawab,

"Melepaskan kenyamanan dan mencoba berusaha. Itulah praktek Sufi."

BERHALA

Seseorang berkata pada Uwais al-Qarni, bahwa seorang darwis duduk di pusara, berpakaian terbungkus dan menangis.

Uwais berkata:

"Katakan padanya bahwa metode itu bisa jadi berhala; ia harus mementingkan praktek, karena itu rintangan."

UANG

Uwais al-Qarni ditawari sejumlah uang, ia mengatakan:

"Aku tidak butuh itu, sebab aku sudah punya sebuah koin."

Lainnya berkata:

"Berapa lama engkau akan menghabiskannya? -- itu tidak berarti."

Uwais menjawab:

"Aku jamin bahwa aku akan hidup lebih lama daripada jumlah tersebut, dan aku akan menerima pemberianmu."

"Jangan sesali masa lalu dan jangan khawatirkan masa depan."

(Dzun-Nun al-Mishri)

Orang terpelajar yang mempunyai banyak teman mungkin seorang penipu, sebab jika ia mengatakan kebenaran pada mereka, mungkin mereka tidak lagi menjadi temannya.

(Sufyan ats-Tsauri)

Al-Junaid berbicara pada pengunjung sekitar sepuluh orang. Ia selalu berhenti bicara jika jumlah mereka terus bertambah, dan pendengarnya tidak pernah berubah dari duapuluh orang.

Ketika kita berbicara, kita berhati-hati agar tidak salah dalam tata bahasa. Bagaimanapun, ketika kita bertindak, kita membuat kesalahan dan tidak menggapai apa yang seharusnya menjadi tujuan kita.

(Ibrahim ibnu Adham)

DESA YANG MENYENANGKAN

Mereka berkata, "Desa ini menyenangkan!"

Tetapi yang lebih menggembirakan tetaplah hati orang yang dapat mengatakan, "Aku tidak merasa senang dengan desa yang menyenangkan."

(Yahya Razi)

ESENSI, PERILAKU DAN PERISTIWA

Sufisme adalah perilaku. Pada masing-masing waktu perilakunya. Bagi setiap tempat adalah perilaku. Pada setiap keadaan adalah perilaku.

Siapa pun yang mengikuti perilaku masing-masing peristiwa mencapai tujuan manusia.

Siapa pun yang tidak mengamati peraturan perilaku, jauh dari mentalitas Kedekatan (taqarrub).

(Abu Hafsh)

MANUSIA SEMPURNA

Pemandu unta mempunyai rencana; dan unta mempunyai rencana sendiri.
Pemikiran terorganisir dapat berpikir dengan baik.
Pemikiran Manusia Sempurna dapat eksis dengan baik.

(Rasul Shah)

Keberadaan lilin tidak untuk menerangi dirinya sendiri.

(Nawab Jan-Fishari Khan)

Adalah sebuah pernyataan yang besar, menyebut diri sendiri seorang Sufi. Ingat, bagaimanapun juga aku tidak menyebut diriku demikian.

(Hadrat Abul Hasan Khirqani)

Apabila engkau tidak belajar Pengetahuan Langit,
Sementara engkau tidak menginjakkan kaki di dalam 'Kedai',
Karena engkau tidak tahu keuntungan dan kerugianmu;
Bagaimana engkau akan mencapai Para Sahabat? --
Terus, terus!

(Baba Tahir Uryan)

PERJALANAN, DENGAN DAN TANPA KENDARAAN

Jika engkau menempatkan dirimu ke laut, tanpa seorang pemandu, hal itu penuh bahaya, karena unsur kesalahan-kesalahan manusia yang muncul dari dalam dirinya sendiri, untuk sesuatu yang sedang muncul dari tempat lain.

Di lain pihak, jika engkau bepergian di atas laut di dalam sebuah kapal, hal ini membahayakan, karena terdapat bahaya dari alat perlengkapan pada kendaraan tersebut.

Dalam satu hal, akhir tidak diketahui, dan tidak ada petunjuk.

Dalam hal lain, kekayaan menjadi tujuan, dan tidak ada kedatangan.

(Niffari)

Amatilah bahwa hal-hal yang dianggap benar saat ini, adalah dianggap tidak mungkin kemarin. Sesuatu yang dianggap salah hari ini, adalah sesuatu yang akan dipandang benar esoknya.

(Hudzaifah)

Kesalahan-kesalahan sering menyenangkan bagi pemikiran mereka yang mengikutinya.

(Ibnu Abbas)

Ketika ditanya mengapa ia tidak membetulkan shalat orang lain, Ma'ruf al-Karkhi berkata:

"Seorang darwis bebas mengajar hanya setelah ia menyelesaikan pelayanannya sendiri."

"Sesungguhnya, beberapa bentuk yang dinamakan pengetahuan pada kenyataannya adalah kebodohan, dan beberapa bentuk yang dianggap sebagai kepandaian (kefasihan berbicara), kenyataannya adalah ketidaklogisan."

(Nabi Muhammad saw.)

Ali menunjukkan hatinya dan berkata:

"Di sini aku mempunyai pengetahuan yang cukup, tetapi aku tidak dapat menemukan siapa pun untuk mempercayakannya. Ada banyak sekali manusia, tetapi mereka terlalu cepat menjadi bingung atau putus asa. Betapa aku rindu pelajar sejati"

Jika aku bersalah; tidak masalah bagi masa depanmu.

Tetapi jika aku benar; semua penting bagi masa depanmu.

(Khalifah Ali)

MEREKA YANG MEMUJA WUJUD LAHIR

Jika Muslim mengetahui apa berhala itu,
Ia akan tahu bahwa terdapat agama dalam kemusyrikan.
Jika musyrik tahu apa agama itu,
Ia akan tahu ke mana kesesatannya.
Ia tidak melihat apa pun dalam berhala kecuali sebuah benda ciptaan yang nyata;
Inilah mengapa ia, dalam hukum Islam, adalah kafir.

(Syabistari)

PEMUJAAN

Ummat manusia mengalami tiga tahap:
Pertama, ia memuja apa pun: laki-laki, perempuan, uang, anak-anak, bumi dan batu.
Kemudian, ketika ia berkembang sedikit lebih maju, menyembah Allah.
Akhirnya, ia tidak mengatakan, "Aku menyembah Allah," juga tidak mengatakan, "Aku tidak menyembah Allah."
Ia telah melampaui dua tahap pertama menuju yang terakhir.

(Ar-Rumi)

ASKETISME

Pertama adalah pengetahuan. Kemudian adalah asketisme. Selanjutnya adalah pengetahuan yang datang, setelah asketisme.

Batas 'orang yang mengetahui' adalah bernilai atau seimbang dengan seratus ribu para asketis.

(Ar-Rumi)

KEKASIH

Seseorang menuju pintu Sang Kekasih dan mengetuknya. Sebuah suara bertanya, "Siapa di sana?'

Ia menjawab, "Aku."

Suara tersebut berkata, "Tidak ada kamar di sini untukku dan engkau." Pintu pun tertutup.

Setelah setahun terasing dan menyendiri, ia kembali ke pintu Sang Kekasih. Dia mengetuk.

Suara dari dalam bertanya, "Siapa di sana?"

Orang itu menjawab, "Ini Engkau."

Pintu pun terbuka untuknya.

(Ar-Rumi)

KEHAMPAAN

Setiap orang di dunia pada umumnya tidur. Agama mereka agama dunia yang lazim -- adalah kehampaan, sama sekali bukan agama.

(Sanai, Hadiqah)

KELAPARAN

Orang-orang puas dengan diri mereka sendiri disebabkan oleh kelaparan mereka akan sesuatu yang lain. Oleh karena itu mereka lapar. Mereka yang kembali dari perbuatan salah, mereka adalah orang-orang yang shalat; bukan mereka yang semata tampak sujud ketika sedang shalat. Shalat adalah suatu kegiatan.

(Sanai, Hadiqah)

DZAT ALLAH

Tidak ada pemikiran manusia yang dapat mencapai sesuatu yang tidak dimengerti tentang bentuk Dzat yang disebut Allah.

(Sanai, Hadiqah)

BERDOA UNTUK DIRI SENDIRI

Sa'ad bin Waqqash adalah sahabat Nabi saw. Di masa-masa terakhirnya ia menjadi buta dan tinggal di Mekkah, di mana ia selalu dikelilingi oleh orang-orang yang meminta berkahnya. Ia tidak memberkati siapa pun, kecuali mereka yang menemukan jalannya diperlancar.

Abdullah'bin Sa'ad mengisahkan:

"Aku pergi menemuinya, dan ia baik padaku serta memberkatiku. Karena aku hanya seorang anak yang ingin tahu, aku bertanya kepadanya, 'Doamu untuk orang lain tampaknya selalu dikabulkan. Lantas mengapa Anda tidak berdoa agar kebutaanmu disembuhkan?'

Orang tersebut menjawab, 'Tunduk pada Kehendak Allah jauh lebih baik daripada kesenangan pribadi karena dapat melihat'."

PERASAAN

Sekali waktu, ketika Bisyr menjadi seorang murid Sufi yang masih tergantung sepenuhnya atas kesenangan orang-orang, dia berada di pulau Abadan. Di sana dia bertemu seorang yang malang. Dia sedang menderita penyakit kusta, buta, dan tergeletak di tanah tanpa seorang pun di dekatnya.

Bisyr mendekatinya dan mengangkat kepalanya dari lututnya, berbicara beberapa patah kata atas pemulihan keyakinan dan perikemanusiaan, merasa berduka dan kasihan.

Si penderita kusta kemudian berteriak, "Siapa orang asing yang ke sini, berdiri diantara aku dan Tuhanku? Dengan atau tanpa tubuhku, aku memiliki cinta bagi-Nya."

Bisyr menceritakan panjang lebar bahwa pelajaran ini telah tinggal dengannya sepanjang hari-harinya.

Masyghul berkata, "Cerita ini hanya dapat dimengerti oleh mereka yang menyadari betapa orang yang menderita kusta telah dihalangi Bisyr dari kemanjaan perasaan halusnya sendiri dan merusak dirinya sendiri, melalui perubahan menjadi apakah perikemanusiaan menyebutnya 'orang baik'. 'Baik' adalah apa yang engkau kerjakan dengan sukarela, dan tidak dalam dorongan dari nafsu untuk kesenangan yang dipikirkan oleh orang-orang lain atas nama ummat manusia atau kemanusiaan."

(Bisyr ibnu al-Harits)

JUBAH TAMBALAN

SeorangYahudi dari Damaskus yang membaca Kitab Suci (al-Qur'an), suatu hari menemukan secara kebetulan nama Nabi Muhammad saw. tertulis di dalamnya. Tidak suka dengan hal itu, dia mengubah nama tersebut. Tetapi hari berikutnya dia menemukannya lagi. Lagi-lagi dia membuangnya, tetapi pada hari berikutnya nama tersebut muncul lagi.

Dia berpikir:

"Barangkali ini merupakan suatu tanda bahwa seorang utusan yang sesungguhnya telah datang. Aku akan bepergian ke arah selatan ke Madinah."

Dan dia dengan segera memulai, tanpa memperlambat lagi hingga mencapai kota Nabi saw.

Ketika dia tiba di sana, tanpa diketahui seorang pun, dia telah berada di dekat masjid Nabawi, ketika sahabat Anas r.a. tiba. Dia berkata kepada Anas, "Sahabat, bawa aku kepada Nabi."

Anas r.a. membawanya masuk ke dalam masjid yang telah penuh orang dalam kesedihan yang dalam. Abu Bakar r.a. sang pengganti tengah duduk di sana memimpin sahabat-sahabat. Orang Yahudi tersebut menghampirinya, menyangka dia pasti Muhammad saw dan berkata, "Wahai utusan pilihan Tuhan, seorang tua yang telah tersesat telah datang untuk memanjatkan kedamaian atasmu."

Mendengar sebutan atas Nabi saw dipergunakan oleh orang tersebut, semua orang yang hadir tiba-tiba menangis berurai air mata. Orang asing tersebut bingung atas apa yang dilakukan. Dia berkata:

"Aku orang asing dan seorang Yahudi, dan aku tidak menyadari upacara agama mengenai penyerahan kepada Kehendak Allah (Islam). Apakah aku telah berkata sesuatu tak menyenangkan? Haruskah aku tinggal diam? Atau apakah ini perayaan ritual? Mengapa kalian menangis? Jika hal ini merupakan upacara, aku tidak pernah mendengar tentang hal ini."

Sahabat Umar r.a. berkata kepadanya:

"Kami tidak menangis karena sesuatu yang telah Anda lakukan. Tetapi Anda harus mendengar, orang yang malang, bahwa hal ini terjadi tidak lebih dari seminggu sejak Rasul wafat. Ketika kami mendengar namanya, duka cita menguasai hati kami kembali."

Segera setelah mendengar hal ini, orang tua tersebut menyobek pakaiannya dalam kesedihan yang dalam. Ketika sudah sedikit agak pulih, dia berkata:

"Lakukan satu kebaikan hati untukku. Biarkan aku memiliki setidaknya sebuah jubah milik Nabi. Kalau aku tidak dapat bertemu dengan beliau, setidaknya biarkan aku memiliki jubah beliau."

Umar r.a. menjawab, "Hanya Ummi Zahrah yang dapat memberi kita salah satu dari jubah beliau."

Ali r.a. berkata:

"Tetapi dia tidak akan mengijinkan seseorang datang mendekatinya." Tetapi mereka pergi ke rumah Ummi Zahrah dan mengetuk pintunya, serta menjelaskan apa yang mereka inginkan.

Ummi Zahrah menjawab:

"Sesungguhnya Rasulullah saw telah berkata dengan jujur, ketika beliau mengatakan tidak lama sebelum beliau wafat, 'Seorang pelancong yang cinta kepadaku dan seorang yang baik akan datang ke rumah ini. Dia tidak akan melihatku. Oleh karena itu berilah dia jubah tambalan ini seolah dariku. Dan demi aku, perlakukan dia dengan bijak, beri salam'."

Orang Yahudi tersebut mengenakan jubah untuknya sendiri dan memeluk Islam. Meminta diantar ke makam Rasulullah saw. Sesampainya di makam, dia telah menghembuskan nafas terakhir.

(Aththar: Ilahi-Nama)

DOA SA'DI

Berikan untukku apa yang layak menurut-Mu,
Dan bukan apa yang layak menurutku.

(Sa'di: Gulistan)

MELIHAT

Gedung-gedung dan sekolah-sekolah teologi, serta kuliah kaum terpelajar, lingkaran-lingkaran keilmuan (halaqah) dan biara-biara -- Apa gunanya semua itu apabila di sana tidak ada pengetahuan dan tidak ada mata yang melihat?

(Hafizh)

WAJAH KAUM DARWIS

Wujud tujuan yang diminta oleh para raja dalam doanya Adalah penampakan dari cermin (yang memberikan gambaran sebenarnya) wajah dari seorang darwis.

(Hafizh)

(sebelum)


Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat oleh Idries Shah
Judul asli: The Way of the Sufi, Penterjemah Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha
Penerbit Risalah Gusti, Cetakan Pertama Sya'ban 1420H, November 1999
Jln. Ikan Mungging XIII/1, Surabaya 60177
Telp.(031) 3539440 Fax.(031) 3529800
Indeks artikel kelompok ini | Tentang Pengarang | Disclaimer
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Dirancang oleh MEDIA, 1997-2000.
Hak cipta © dicadangkan.