PENDAHULUAN
Guru-guru Sufi secara tegas membeda-bedakan antara
tulisan dan ceramah yang diberikan untuk audiens khusus dan
para pujangga, dengan nilai emosional serta kultural
tersendiri. Semua ajaran Sufi, pada dasarnya diadakan untuk
masa-masa mereka sendiri. Pesan-pesan Sufi dalam bentuk
tulisan dianggap memiliki efektikitas yang terbatas, baik
kedalaman maupun daya tahannya. Hal ini karena "sesuatu yang
begitu disebarkan pada wilayah (bidang) Waktu, akan jatuh
korban untuk memorak-porandakan Waktu". Akibatnya, seperti
perumpamaan gelombang laut yang sering digunakan kaum Sufi,
secara konstan Sufisme diperbarui oleh guru-guru penerus
teladan.
Guru-guru ini tidak hanya menafsirkan ulang materi-materi
Sufi lama; mereka memilih, menerima, mengenalkan dan
mengerjakan materi-materi literal yang memungkinkan untuk
melanjutkan fungsi dinamisnya.
Murid-murid Sufi mungkin berani, mungkin pula tidak,
untuk membiasakan diri mereka dengan Sufisme Klasik
tradisional. Bagaimanapun, ada Pembimbing Sufi yang
mengusulkan kurikulum ke masing-masing lingkaran atau murid;
potongan-potongan dari materi Klasik, tulisan dan ceramah,
dari ibadat-ibadat tradisional yang diterapkan pada tahap
masyarakat tertentu, pada kelompok-kelompok khusus, pada
individu tertentu.
Penggunaan materi-materi ini secara tegas memisahkan
ideologi Sufi dari jenis lainnya yang telah tercatat. Sikap
ini mencegah Sufisme dari kristalisasi, yang kemudian
menjadi hasil karya ulama dan tradisionalisme. Pada awalnya,
pengelompokan Sufi dimana fosilisasi ini mengambil tempat,
perasaan mendalam mereka terhadap penggunaan materi Sufi
secara berulang-ulang memberi peringatan terhadap calon
Sufi, bahwa organisasi seperti itu telah
"menggabungkan-dunia".
Bagian berikut berisi materi-materi yang diambil dari
pemakaian saat ini dan dipertimbangkan oleh aliran-aliran
Sufi kontemporer sebagai "penyerahan material sesaat", dapat
diterapkan pada manusia dalam situasi sekarang.
Materi-materi itu sendiri bergeser jauh ke belakang dan
seterusnya, diantara tulisan-tulisan dan ucapan kaum Sufi
paling kuno yang tercatat, dan sekarang ini diperhitungkan
sebagai ajaran dasar prinsip-prinsip Sufi.
Menarik untuk dicatat, dari sudut pandang psikologi
kontemporer, bagaimana kelompok-kelompok studi -- dalam
Sufisme di mana saja -- selalu menghadapi tantangan.
Tantangan ini adalah, apakah kelompok akan menstabilisasi
diri sejak awal pada penopang yang menyenangkan (seperti
terpaan, latihan, tokoh otoritas) atau apakah grup memiliki
stabilitas memadai untuk menggapai realitas yang melebihi
keadaan lahiriahnya, faktor-faktor sosial.
Komposisi kelompoklah yang akan memutuskan hal-hal
tersebut. Jika anggotanya sudah siap memiliki keseimbangan
sosial yang kuat, mereka tidak perlu mengubah atmosfir studi
mereka menjadi sumber stabilitas dan kepastian. Bila anggota
sudah memperoleh kepuasan fisik dan intelektual, mereka
tidak perlu berusaha menyaringnya dari kelompok Sufi
mereka.
Mereka ini para pencari stabilitas sosial, intelektual
dan emosional yang merupakan kandidat yang gagal untuk
ajaran Sufi dalam aliran-aliran asli. Aliran-aliran tiruan
(diketahui atau sebaliknya) menggunakan bagian luar Sufi
--termasuk tulisan dan ceramah berikut-- dan beroperasi
sebagai kelompok-kelompok sosio-psikologis tersamar.
Aktivitas Sufi yang sangat bernilai ini bukan persyaratan
untuk 'pengetahuan tentang manusia yang lebih tinggi'.
Namun ini bukan berarti bahwa pengelompokan-pengelompokan
otomimetis yang dianggap banyak orang sebagai Sufi, secara
tiba-tiba dapat dikenal oleh seorang kandidat sebagai
pengelompokan sosial semata. Sebaliknya, jika murid
bersungguh-sungguh membutuhkan kepastian, petualangan,
katarsis, keseimbangan sosial dan psikologis, ia akan sangat
berterima kasih dan tidak mempertanyakan lagi bila ditarik
ke aktivitas tingkat rendah ini.
Ini karena ia akan menjawab untuk apa kelompok-kelompok
yang ditawarkan dalam praktek, bukan apa yang dapat
ditawarkan Sufisme.
Lagi, secara tradisional kelompok-kelompok para Pencari
bergabung bersama dalam usaha memperingati praktek-praktek
dan teori-teori Sufisme, dengan harapan bahwa hasrat mereka
dapat terwujud atau menjadi sempurna dengan kehadiran guru
yang asli. Dasar studi ini lebih berbahaya daripada
diusulkan secara umum, karena ketika keanggotaan dari suatu
kelompok secara luas mengkomposisikan orang-orang yang
menggunakannya untuk tujuan psikologis lebih rendah,
kelompok sebagai keseluruhan akan cenderung kehilangan
kapasitas dan hasrat untuk mengenal sumber-sumber di level
lebih tinggi.
Dalam kasus demikian, perkembangan alamiah kepekaan
sosial dalam pengelompokan, menghalangi aspirasi. Hanya
pengenalan perbedaan tipe orang kepada kelompok, dalam usaha
setidaknya memperbaikinya untuk suatu contoh masyarakat
normal, kemungkinan akan menghidupkan kembali posibilitas
kelompok. Tetapi suatu kelompok sosial jenis ini hampir
secara definitif bermusuhan dengan pengenalan-pengenalan
semacam; orang-orang yang tampak berpikir dengan cara
berbeda dianggap bermusuhan atau tidak dapat dipilih.
APAKAH SUFISME?
Pertanyaannya bukan: "Apakah Sufisme?" melainkan: "Apa
yang dapat dikatakan dan diajarkan tentang Sufisme?"
Alasan memasukkannya di dalam cara ini adalah, bahwa
lebih penting mengetahui keadaan si penanya dan mengatakan
kepadanya, apa yang bermanfaat baginya, daripada sesuatu
yang lain. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw bersabda,
"Berbicaralah kepada setiap orang sesuai dengan
permahamannya."
Anda dapat membahayakan penanya dengan memberinya
informasi faktual tentang Sufisme, jika kapasitas
pengertiannya dilatih secara tidak sempurna atau salah.
Ini merupakan sebuah contoh. Pertanyaan yang baru saja
dicatat ditanyakan. Anda menjawab, "Sufisme adalah
pengembangan diri." Penanya akan mengasumsikan bahwa
pengembangan diri bermakna seperti apa yang ia artikan.
Sekali lagi, jika Anda berkata benar, "Sufisme adalah
kekayaan yang tidak terhingga." Orang yang tamak atau bodoh
akan mendambakannya karena makna yang mereka letakkan pada
kata kekayaan.
Tetapi jangan tertipu dengan berpikir bahwa jika Anda
meletakkannya ke dalam bentuk religius atau filosofis,
manusia religius atau filosofis tidak akan membuat ketamakan
serupa, salah mengartikan, sebagaimana dia pikir, maksud
Anda.
(Idris ibnu Asyraf)
INGATAN
Saat kita berkata, "Engkau adalah setetes air dari Lautan
yang tidak terbatas," kita menunjuk pada kepribadian
individualitas Anda saat ini, sebagai tetesan, pada seluruh
kepribadian Anda di masa lalu, sebagai tetesan dan gelombang
penerus, dan juga pertalian lebih besar yang menyatukan
seluruh bentuk ini dengan tetesan-tetesan lainnya, sebaik
dengan Keseluruhan yang lebih besar.
Saat melihat Keseluruhan ini, kita akan memandang sekilas
suatu keagungan tetesan dalam fungsinya sebagai bagian
Lautan kesadaran.
Untuk mengetahui hubungan antara tetesan dan Lautan, kita
harus berhenti memikirkan ketertarikan kita tentang
tetesan.
Kita dapat melakukan ini hanya dengan melupakan apa
sebenarnya diri kita ini, dan mengingat bagaimana diri kita
di masa lalu, juga mengingat apakah diri kita saat ini,
apakah sesungguhnya kita; karena hubungan dengan Lautan
hanya dalam suspensi, bukan kekerasan. Merupakan suspensi
yang menyebabkan kita membuat asumsi-asumsi pengganti
sementara yang ganjil tentang diri kita, dan juga membutakan
diri terhadap realitas sejati.
Latihan mengingat keberadaan dan pengalaman-pengalaman
terakhir dirancang untuk memberi kita kapasitas ingatan jauh
ke belakang; mengingat bahwa yang mana dalam penundaan
(suspensi) atau ditangguhkan, dan karena itulah kita menjadi
lama, kendati kita tidak mengetahuinya.
Jika latihan pokok tentang mengingat ini tidak membimbing
kita untuk mempertemukan jurang pemisah untuk mengingat
leluhur kita, komitmen abadi, Perjanjian, maka salah satu
dari tiga hal ini ada yang salah; guru, murid atau keadaan.
Inilah mengapa kita mempunyai guru yang masih hidup, murid
yang sadar dan keadaan yang benar.
Bahkan ucapan-ucapan sekarang hanya akan dicapai mereka
yang dapat meraih. Merupakan pemeliharaan fisik, tetapi
bagian kecil dari realitas mereka. Bebaskan mereka dengan
seorang guru, tidak sendirian.
(Haji Bahauddin dari Bukhara)
PENGETAHUAN-TINDAKAN-CINTA
Cinta adalah Jalan menuju Kebenaran, Pengetahuan,
Tindakan.
Tetapi hanya mereka yang mengetahui cinta sejati dapat
mendekatinya dengan sarana cinta. Lainnya salah mengerti
perasaan-perasaan lain terhadap cinta sejati tersebut.
Paling lemah dari semuanya adalah mereka yang
mengidealkan cinta dan mencari untuk mendekatinya sebelum
mereka memberinya sesuatu; atau mengambil sesuatu
darinya.
Kebenaran adalah Jalan menuju Cinta, Pengetahuan,
Tindakan. Tetapi hanya mereka yang dapat menemukan Kebenaran
sejati dapat mengikuti Jalannya sebagai Jalan. Lainnya
(tidak dengan benar karena mereka mayoritas) membayangkan
bahwa mereka mungkin menemukan Kebenaran, kendati mereka
tidak tahu ke mana mencarinya, sejak apa yang mereka sebut
kebenaran adalah sesuatu yang kurang.
Pengetahuan adalah jalan menuju Tindakan, Cinta,
Kebenaran. Tetapi karena bukan jenis pengetahuan yang
dipertahankan masyarakat, mereka tidak mendapatkan manfaat
darinya. Di mana saja, tetapi mereka tidak dapat melihatnya,
dan menyebutnya sementara ada di samping sepanjang masa.
Tindakan, juga, adalah Jalan. Adalah Jalan menuju Cinta,
Kebenaran, Pengetahuan. Tetapi tindakan apa, kapan dan di
mana? Bertindak dengan siapa, dan apa tujuannya? Apa jenis
tindakan yang kita maksudkan saat kita mengatakannya sebuah
Jalan? Tindakan yang berbeda tersebut sebagai maksud, yang
mungkin manusia menjalankannya tanpa mengetahuinya. Lagi,
secara umum ia akan membenamkan dalam tindakan jenis lain,
bahwa ia tidak akan dapat melakukan tindakan yang
dibutuhkannya.
Jadi, kendati kita mungkin salah menilai karena
mengatakan ini, kita menguatkan sebagai kenyataan, bahwa:
Kebenaran Mulia memberkahi Guru dengan memahami pengetahuan
tentang Jalan. Marilah kita tidak lagi berceloteh "Aku
mencari Cinta"; "Aku menginginkan Pengetahuan"; "Aku
mengharapkan Kebenaran"; "Tujuanku adalah Tindakan"; kecuali
kalau kita ingin orang mengetahui bahwa kita hampa, dan
sesungguhnya tidak mencari apa-apa.
Cinta adalah Tindakan; Tindakan adalah Pengetahuan;
Pengetahuan adalah Kebenaran; Kebenaran adalah Cinta.
(Rauf Mazari, Niazi)
SIMBOL-SIMBOL
Manusia adalah simbol. Jadi merupakan sebuah sasaran,
atau gambaran. Merasuk ke bawah sisi luar pesan dari simbol,
atau engkau akan membuat dirimu tidur. Di dalam simbol
terdapat rancangan yang bergerak. Ketahuilah rancangan ini.
Untuk itu engkau perlu Pembimbing. Tetapi sebelum ia dapat
membantumu, engkau harus bersiap-siap dengan melatih
kejujuran terhadap tujuan penelitianmu. Jika engkau mencari
kebenaran dan pengetahuan, engkau akan memperolehnya.
Apabila engkau mencari sesuatu untuk dirimu sendiri, engkau
mungkin memperolehnya, dan kehilangan semua kemungkinan
lebih tinggi untuk dirimu sendiri.
(Khwaja Pulad dari Erivan)
KEBENARAN ITU SENDIRI
Ketika Sufi berkata, "Ini sendiri merupakan kebenaran,"
ia mengatakan, "Karena saat ini dan orang ini dan tujuan
ini, kita harus memusatkan perhatian kita seolah kebenaran
itu sendiri."
Dalam melakukan ini, Sufi membantumu dengan mengajari
engkau, seyakin seperti yang dikatakan guru sekolah, "Ini A
dan ini B, ini sendiri adalah kebenaran selama masa kita
mempelajarinya.
Dengan cara ini orang belajar kemampuan membaca dan
menulis. Dengan cara ini orang mempelajari wujud benda yang
sebenarnya (metafisika).
Namun orang-orang tanpa pemahaman yang peka sering
menyerang Sufi karena berperilaku demikian, karena mereka
sendiri kurang sabar dan kurang bekerjasama. Bila engkau
tidak memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengerjakan
tugas ini, maka engkau dapat menuduhnya terlalu
berdedikasi.
Ingat, jika anjing menggonggong dan suaranya
mengganggumu, bisa jadi itu tanda bahaya darinya -- kalau
engkau menganggap anjing itu menggonggong kepadamu. Engkau
sudah salah paham terhadapnya.
(Hakim Tahirjan dari Kafkaz)
KESATUAN PENGETAHUAN
Apa yang kupelajari tentang Sufi adalah sesuatu yang
tidak dapat dimengerti orang, karena tentang apa yang dia
sudah memikirkan. Hal paling mudah diraih dalam Sufisme
adalah salah satu yang paling sulit bagi pemikir biasa.
Yaitu:
Seluruh penyajian keagamaan (religius) adalah aneka ragam
dari satu kebenaran, kurang atau lebih menyimpang. Kebenaran
ini menunjukkan dirinya sendiri dalam berbagai orang, yang
menjadi cemburu karenanya, tidak menyadari bahwa
perwujudannya sesuai dengan kebutuhan mereka. Tidak dapat
disampaikan dalam bentuk yang sama karena perbedaan
pemikiran dalam komunitas berbeda. Tidak dapat ditafsirkan
ulang, karena pasti tumbuh (sekali) lagi.
Dihadirkan lagi hanya oleh yang benar-benar dapat
mengalaminya dalam setiap bentuk, manusia religius atau
lainnya.
Pengalaman ini sangat berbeda dari apa yang sudah
diyakini orang. Orang yang dengan sederhana berpikir bahwa
ini pasti kebenaran logika, tidak sama seperti orang yang
mengalami kebenaran tersebut.
(Khwaja Salahuddin dari Bukhara)
KALAU AKU MATI
Sekarang, kalau aku mati, mungkin engkau membaca suatu
kebenaran tentang Sufi. Sudahkah informasi ini diberikan
kepadamu, langsung atau tidak langsung, saat aku berada
diantara kalian, kalian semua, menerima sedikit, menyuburkan
ketamakan dan mencintai keajaibannya sendiri.
Maka ketahuilah, bahwa apa yang dilakukan guru Sufi untuk
dunia dan masyarakatnya, besar dan kecil, sering tidak
terlihat oleh para peneliti.
Seorang guru Sufi menggunakan kekuatannya untuk mengajar,
mengobati, membuat manusia bahagia dan sebagainya, sesuai
pertimbangan paling baik dalam menggunakan kekuatan. Jika ia
tidak menunjukkan keajaiban padamu, bukan berarti ia tidak
dapat melakukannya. Jika ia kurang menguntungkan dirimu
dengan cara yang engkau harapkan, bukan berarti ia tidak
mampu. Ia menguntungkan dirimu sesuai dengan kebutuhanmu,
kelayakanmu, bukan menjawab tuntutanmu. Ia mempunyai tugas
yang lebih tinggi; inilah apa yang ia penuhi.
Banyak diantara kalian sudah merubah hidupmu,
diselamatkan dari berbagai risiko, diberi banyak kesempatan
-- tidak satu pun dari kalian mengenalinya sebagai sebuah
manfaat. Namun demikian, engkau memiliki manfaat ini.
Banyak dari kalian, kendati tengah mencari kehidupan yang
lebih utuh, sama sekali tidak akan memiliki kehidupan bila
tidak berusaha untuk Komunitas Sahabat. Banyak dari kalian
yang miskin, akan dikutuk seandainya kaya. Banyak diantara
kalian tetap kaya, karena adanya Manusia Bijak. Banyak
diantara kalian yang ada di sekolahku berpikir bahwa kalian
sudah kuajari. Kenyataannya, engkau hadir secara fisik dalam
pertemuan-pertemuan kalian, sementara pikiran kalian ada di
pertemuan lainnya.
Semua ini begitu asing bagi kebiasaan pemikiran kalian,
bahwa engkau belum siap dalam posisi mengenalinya.
Tugasku adalah memberi manfaat. Tugas untuk membuat
manfaat tersebut dapat engkau mengerti, adalah tugas orang
lain.
Tragedimu adalah, sementara menungguku bersedia memberimu
keajaiban dan membuat perubahan yang dapat dimengerti
untukmu, engkau telah menciptakan keajaiban yang tidak
kulakukan, dan membangun kesetiaan padaku, yang sama sekali
tidak berarti. Dan engkau membayangkan "perubahan" dan
"bantuan" dan "pelajaran" yang tidak terjadi (berlangsung).
"Perubahan", "bantuan", "pelajaran", bagaimanapun ada di
sana. Sekarang temukan apa sebenarnya itu semua. Jika engkau
terus berpikir dan melakukan apa yang sudah aku katakan,
engkau bekerja dengan materi-materi kemarin, yang sudah
digunakan.
(Mirza Abdul Hadi Khan dari Bukhara)
BERKAH
Engkau yang berbicara tentang Berkah, mungkin musuh dari
Berkah itu sendiri. Laki-laki maupun perempuan seharusnya
menjadi musuh dari apa yang ingin ia cintai yang melekat
dalam diri manusia -- tetapi hanya beberapa jenis
manusia.
Dalam bahasa biasa, Berkah adalah sesuatu, yang melalui
pengaruh keilahian, menyelamatkan manusia. Ini kebenaran;
tetapi selamat hanya untuk sebuah tujuan. Lagi, dalam
pembicaraan biasa, masyarakat berusaha memanfaatkan Berkah
untuk memberi mereka sesuatu. Ini keserakahan yang samar.
Orang-orang yang bertakhayul meminta Berkah dari makam orang
suci. Memang ada, tetapi apa yang mereka dapatkan bukan
Berkah, kecuali kalau tujuannya benar. Berkah melekat pada
sesuatu seperti halnya pada masyarakat, tetapi hanya
diberikan kepada yang layak. Karena tujuan praktis Berkah,
sama sekali tidak ada di sana.
Ketika tidak ada Berkah sejati, dari kehausan manusia
seperti itu, maka emosionalitasnya dianggap berasal dari
harapan dan ketakutannya terhadap kebaikan Berkah. Jadi ia
akan merasa bangga, kesedihan, emosi yang kuat, dan
menyebutnya Berkah. Sesuatu yang sangat mudah dianggap
sebagai Berkah adalah: suatu perasaan yang didapatkan
manusia dari sesuatu yang aman, dikenal, menggetarkan.
Tetapi hanya kaum Sufi yang memiliki Berkah sejati.
Mereka adalah salurannya, sebagaimana mawar sebagai saluran
aroma wewangiannya. Mereka dapat memberimu Berkah, tetapi
hanya jika engkau setia pada mereka, yang artinya setia
terhadap apa yang mereka wakili.
Jika engkau mencari Berkah, temanku, carilah Sufi. Jika
ia tampak brutal, berarti ia berterus terang, dan itulah
takdir Berkahnya. Jika engkau ingin membayangkan, engkau
akan sering-sering berada di dekat mereka yang tampak olehmu
memberi jaminan dan pengangkatan depresi. Ambillah ini jika
memang engkau perlu. Tetapi jangan sebut Berkah. Untuk
mendapatkan Berkah, engkau harus memberi apa yang engkau
miliki terus-menerus, sebelum engkau dapat menerima.
Menerima sebelum engkau memberi adalah ilusi dan pikiran
dosa. Bila engkau sudah memberi -- beri lagi, sepenuh
jiwa.
(Syeikh Syamsuddin Siwasi)
AHLI BAIT
Jalan Sufi telah diteruskan melalui ahli bait (keturunan
Nabi Muhammad saw). Namun demikian tidak turun temurun
semata-mata berdasar garis darah. Inilah paradoksnya. Oleh
karena sebagian akan berkata, "Jadi itu disampaikan sebagai
suatu rahasia yang diwariskan hanya kepada sebagian kecil,
yang dikasihi oleh ahli bait?" Namun itu tidak diturunkan
hanya dengan cara demikian. Oleh karena itu, beberapa pakar
logika mengatakan, hal itu pasti diturunkan melalui ahli
bait yang ditemukan kembali dari sumber lain? Tetapi ini
bukan metode penyebarannya. Tidak, melainkan diturunkan, dan
masih dikomunikasikan, dengan Empat Cara. Sebuah jalan "yang
ada" di sisi luar dari semua hal-hal tersebut. Bila engkau
memahaminya, engkau pun memahami Rahasia. Kukatakan ini
kepadamu karena bermanfaat, bukan untuk membingungkan.
(Pelayan Ahli Bait, dalam That Which is Most
Hidden)
PENGETAHUAN
Pengetahuan umumnya dikacaukan dengan informasi. Karena
masyarakat mencari informasi atau pengalaman, bukan
pengetahuan, mereka tidak menemukan pengetahuan.
Engkau tidak dapat menghindar memberi pengetahuan kepada
seseorang yang memang sudah ditetapkan. Engkau tidak dapat
memberi pengetahuan kepada yang tidak-mampu; itu mustahil.
Bila memilikinya dan ia mampu, engkau dapat menyiapkan
seseorang untuk menerima pengetahuan.
(Sayed Najmuddin)
MEMASUKI, TINGGAL DAN MENINGGALKAN
DUNIA
Manusia, engkau memasuki dunia dengan rasa enggan,
menangis, sebagai seorang bayi yang terlantar;
Manusia, engkau tinggalkan hidup ini, dicabut lagi,
menangis lagi, dengan penyesalan.
Oleh karena itu, jalanilah kehidupan ini dengan
sungguh-sungguh, agar tidak satu pun yang tersia-siakan.
Engkau harus terbiasa dengan itu setelah tidak
terbiasa.
Apabila engkau sudah terbiasa dengan itu, engkau harus
terbiasa tanpa itu.
Meditasi terhadap pertentangan ini.
Oleh karena itu, matilah "sebelum dirimu mati", dalam
petuah Orang Suci.
Genapilah lingkaran sebelum digenapkan untukmu.
Sampai engkau lakukan, kecuali kalau engkau memiliki --
lalu harapkan kepahitan pada akhirnya seperti halnya di
permulaan; di tengahnya akan menjadi akhir.
Engkau tidak melihat sebuah pola saat engkau masuk; dan
saat engkau sudah masuk -- engkau melihat pola yang
lain.
Ketika engkau melihat pola yang nyata ini, engkau
dihalangi untuk melihat sebuah benang dari pola yang akan
datang.
Sampai engkau melihat keduanya, engkau tidak akan
mengalami kesenangan -- Siapa yang engkau salahkan? Dan
mengapa engkau menyalahkan?
(Hasyim Sidqi, pada Ar-Rumi)
BELAJAR DENGAN ORANG TERKENAL
Masyarakat cenderung ingin belajar dengan guru-guru
terkenal. Namun selalu ada orang-orang yang tidak dihargai
masyarakat, yang sebenarnya dapat mengajari mereka dengan
efektif.
(Al-Ghazali)
Seorang guru dengan sedikit pengikut, atau sama sekali
tidak ada pengikutnya, mungkin orang yang tepat untukmu.
Sesuai dengan sifatnya, sedikit semut tidak akan berkerumun
untuk melihat gajah, dengan harapan memperoleh keuntungan.
Seorang guru terkenal barangkali hanya bermanfaat untuk Para
sarjana (tingkat) lanjutan.
(Badakhsyani)
Bila seorang guru yang sangat terpercaya mengatakan
kepadamu untuk belajar di bawah seseorang yang tampaknya
kurang terkenal, ia tahu apa kebutuhanmu. Banyak murid
merasa diremehkan dengan saran seperti ini, padahal
sesungguhnya demi kemajuan mereka.
(Abdurrahman dari Bengal)
Telah kupelajari apa yang kupelajari hanya setelah guruku
membebaskan diriku dari kebiasaan mendekatkan diri terhadap
yang aku hargai sebagai guru dan pelajaran. Kadang aku tidak
harus berbuat apa-apa sama sekali untuk waktu yang lama.
Kadang aku harus mempelajari sesuatu yang tidak dapat
kuhubungkan dengan pemikiranku, tidak peduli aku mencoba,
dengan cita-cita lebih tinggi.
(Zikiria ibnu al-Yusufi)
Mereka yang tertarik oleh sisi luar, yang mencari
tanda-tanda lahiriah seorang guru, yang menyandarkan diri
pada emosi didalam mempelajari atau membaca buku yang mereka
pilih -- mereka adalah lalat kolam Tradisi; mereka melompat
dan meluncur di atas permukaan. Karena mereka memiliki
kata-kata "dalam" dan "penting", mereka mengira, dengan
tidak benar, bahwa mereka mengetahui pengalaman-pengalaman
tersebut. Inilah mengapa kita mengatakan, untuk
tujuan-tujuan praktis, bahwa mereka tidak tahu apa pun.
(Thalib Syamsi Ardabili)
Berhatilah-hatilah jangan salah mencerna sesuatu yang
lain. Engkau boleh mengunjungi orang besar atau membaca
bukunya, dan kau boleh merasa tertarik atau memusuhi.
Seringkali hanya dicerna di kalangan murid.
(Musthafa Qalibi dari Antioch)
Jika memulai jalan sekali lagi, permintaanku adalah,
"Ajari aku bagaimana belajar dan apa yang dipelajari?" Dan,
bahkan sebelumnya, "Biarkan aku benar-benar mengharapkan
belajar bagaimana caranya belajar, sebagai cita-cita yang
benar, bukan semata-mata dalam tuntutan diri sendiri."
(Khwaja Ali Ramitani, menunjuk delegasi
Yamani)
"PERBEDAAN" DALAM AJARAN SUFI
Ketika suatu bentuk ajaran Sufi muncul, banyak orang
tidak mampu untuk mengakuinya. Mereka ini adalah kaum
formalis Sufi, yang menyalin teknik dan mempercayainya
sebagai jalan yang sama. Karena bentuk memiliki waktunya
sendiri, seperti sebuah jubah lama, mereka yang semata-mata
berusaha menandingi bentuk-bentuk lama tidak akan dapat
mengenali bentuk-bentuk di masa mereka hidup.
Jadi, misalnya, Hallaj dilempari batu oleh beberapa orang
yang menganggap diri mereka kaum Sufi, sebelum mereka
memahami maksudnya. Karena itu, ketika jalan kaum Sufi
pertama kali dikhotbahkan di masjid-masjid, beberapa
berkata, "Ini bid'ah"; lainnya, "Ini rahasia, tidak boleh
disiarkan". Para pendahulu adalah kaum pertapa sempit,
penerusnya adalah konformis sempit terhadap sisi luar
Sufi.
Sekolah-sekolah Sufi seperti gelombang yang menghantam
batu: dari laut yang sama, dalam bentuk berbeda, untuk
masyarakat yang sama.
(Ahmad al-Badawi)
MANA YANG KAU CARI - PENAMPILAN ATAU
REALITAS?
Uwais al-Qarni berdiri sendirian di padang pasir,
bersandar pada seorang pembantunya. Ia bertemu Nabi tidak
dalam bentuk lahiriah; namun ia tahu rahasia para Sahabat.
Dan tidak satu pun menolak bahwa dirinya adalah seorang
Sufi; semoga Allah menyucikan kegaibannya!
Dzun-Nun al-Mishri bicara berbelit-belit, dan mengajar
dengan tulisan Mesir kuno. Dan tidak satu pun menyangkal
bahwa ia guru kita.
Al-Hallaj dan
Suhrawardi,
dibunuh atas keputusan pengadilan karena mengatakan hal-hal
yang tidak populer di zaman kami; keduanya guru kami.
Guru kita Bahauddin dari Bukhara tanpa kata-kata
berkomunikasi dengan hati kita. Namun ia bicara sejujur yang
pernah dibicarakan orang.
Ahmad ar-Rifai yang didatangkan, untuk dirinya dan
penerusnya, nama pembual, dan orang yang berperilaku yang
bukan-bukan. Secara rahasia ia dipersatukan dengan kita.
Orang berpikir bahwa Jalaluddin dan Fariduddin Aththar
hanyalah penyair.
Hafizh membicarakan Anggur, Ibnu al-Arabi tentang
Perempuan, al-Ghazali tampaknya berbicara dengan kiasan.
Tidak satu pun menyangkal bahwa mereka adalah satu.
Semuanya ikut serta dalam tugas suci kita.
Syabistari berbicara tentang kemusyrikan; Maulana Chisyti
mendengarkan musik; Khwaja Anshar seorang pemimpin religius.
Khayyam, Abi al-Khair dan ar-Rumi menolak bentuk
religius.
Tetapi tidak satu pun menolak diantara Orang-orang di
Jalan bahwa semuanya adalah satu.
Yusuf Qalandar berkelana ke muka bumi.
Syeikh Syattar mengubah manusia dalam sekejap.
Ali al-Hujwiri dipandang hanya sebagai juru penerang.
Semuanya, sebagai satu, ikut serta pada tugas suci
kita.
Abdul Qadir al-Jilani dari Persia, dan Salman serta
Sa'di; Abu Bakr dari Arab, Nuri dan Ja'fari; Baba Farid,
Ibnu Adham dari Afghan; Jami' dari Khurasan, Bektash dari
Turki, Nizamuddin dari India, Yusuf dari Andalusia.
Semuanya, sebagai satu, ikut serta pada kerja suci
kita.
Pikiran-pikiran dangkal bertanya, bagaimana perilaku kaum
Sufi, yang menandai mereka sebagai Guru kita? Apa bentuk
Latihan yang mungkin kita banggakan? Jalan apa yang akan
membuat Jalan sesuai untukku? Tempat apa yang melahirkan
Guru? Kebiasaan dan jaminan apa yang membawa manusia menuju
Kebenaran?
Hentikan, engkau bodoh! Sebelum terlambat -- putuskan:
apakah engkau ingin mempelajari penampilan, atau
Realitas?
(Nawab Jan-Fishari Khan)
JALAN KAUM SUFI
Sufisme adalah ajaran sebaik persaudaraan kaum Sufi,
orang-orang mistis yang berbagi keyakinan bahwa pengalaman
batiniah bukanlah bagian dari kehidupan, tetapi kehidupan
itu sendiri. Sufi berarti "cinta".
Pada pencapaian lebih rendah, para anggota diorganisir ke
suatu lingkaran dan pondok-pondok. Bentuk yang lebih tinggi
-- sakinah (kedamaian), mereka melambung bersama dengan
barakah (berkah, kekuatan, kesucian) dan interaksi mereka
dengan kekuatan ini berpengaruh dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Sufisme adalah jalan hidup, diyakini oleh anggota sebagai
esensi dan realitas semua ajaran religius dan filosofis.
Ajaran ini membimbing ke penyelesaian kaum laki-laki dan
kaum perempuan, melalui institusi murid, meditasi dan
praktek. Berikutnya adalah "realitas hidup".
Kebijakan atau penyelesaian, menurut kaum Sufi, dibedakan
dari intelektualisme, keakademisan dan sebagainya, yang
sekadar sebagai alat. Jalan, mengajarkan sampai tingkat mana
alat ini dapat digunakan; dan juga bagaimana menggabungkan
tindakan dengan takdir.
"Sufisme," kata guru, "adalah jalan yang diambil kaum
Sufi dalam kehidupan dan pekerjaan nyata mereka sesuai
bentuk yang berbeda dengan bentuk lain; yang menuntun mereka
ke perkembangan mental, fisik dan kekuatan metafisik yang
penuh. Awalnya mereka diorganisir ke dalam kelompok di bawah
bimbingan seorang Pembimbing (guru) sampai hubungan
pengabadian diri ditegakkan."
"Hubungan persahabatan disebut Persaudaraan, Aliran, dan
Cara atau Jalan. Mungkin pula disebut Bangunan, sebagai
analogi atas sesuatu yang dibangun oleh perkumpulan anggota.
Guru disebut Syeikh, Orang Bijak,Yang Lebih Tahu, Pemimpin,
Kuno atau Pengarah. Murid disebut Yang Diarahkan, Penggemar,
Pecinta atau Calon."
"Pondok disebut biara, kuil, pertapaan dan sebagainya,
yang mungkin memiliki bentuk fisik, mungkin pula tidak."
Tambahan pula sistem metafisikal saling dihubungkan
dengan kehidupan biasa, Sufisme mempertahankan bahwa
anggota-anggotanya akan unggul dalam pekerjaan terpilih
mereka.
Sufisme adalah ajaran, tidak dengan metode membosankan
seperti catatan buku atau ajaran "A sampai Z". Akhirnya,
ketika hubungan sudah cukup mantap, engkau melanjutkan
pelajarannya sendiri, dan menjadi "Pribadi Sempurna".
(Al-Insan al-Kamil)
Sufisme tidak dikhotbahkan, dan bahkan diajarkan pada
beberapa kasus dengan contoh dan bimbingan yang mungkin
tidak diketahui oleh murid fakultas biasa.
(Zhalim Abdurrahman)
KAUM SUFI
Ia mungkin seperti Khidr, Orang Berbaju Hijau, yang
berkelana di muka bumi dalam berbagai samaran, yang sama
sekali tidak engkau ketahui. Bila berada di "tempat"-nya ia
akan ditemukan menggembalakan domba suatu hari, berikutnya
minum dari piala emas bersama raja.
Bila ia gurumu, ia akan menguntungkanmu dari cahayanya,
engkau ketahui pada saat itu maupun tidak.
Manakala engkau bertemu dengannya, ia akan bertindak
terhadapmu, apakah engkau mengetahuinya atau tidak.
Apa yang ia katakan atau lakukan mungkin terlihat tidak
konsisten atau bahkan tidak engkau mengerti. Tetapi memiliki
makna. Ia tidak hidup sepenuhnya di duniamu.
Intuisinya adalah arahan yang sudah semestinya, ia selalu
bekerja sesuai dengan jalan yang Benar.
Ia mungkin tidak menyenangkan dirimu. Tetapi itu yang
akan diharapkan dan diperlukan.
Ia mungkin terlihat membalik kebaikan menjadi jahat, atau
jahat menjadi baik. Tetapi apa yang sebenarnya ia lakukan
hanya diketahui oleh Sebagian Kecil.
Engkau mungkin mendengar bahwa beberapa orang
menentangnya. Akan engkau temukan, bahwa sebagian kecil
orang memang demikian. Ia sederhana dan membiarkan dirimu
menemukan apa yang harus engkau temukan dengan perlahan.
Ketika engkau pertama kali bertemu dengannya, ia mungkin
tampak sangat berbeda dengan dirimu. Padahal tidak. Ia
mungkin terlihat sangat sama seperti dirimu. Padahal
tidak.
(Salik)
PARA SYUHADA
Manshur al-Hallaj
dipotong-potong saat masih hidup, dan ia adalah syuhada Sufi
terbesar. Tetapi dapatkah engkau sebutkan orang yang
memotongnya? Suhrawardi
dibunuh oleh hukum, tetapi siapa nama algojonya? Buku-buku
al-Ghazali
dilempar ke api, tetapi oleh tangan siapa? Tidak seorang pun
mengingat nama-nama mereka ini, karena kaum Sufi menolak
menyebut kembali nama-nama buruk. Siapa pun tahu nama
al-Ghazali, Manshur dan Suhrawardi.
Tetapi ambillah cara lain. Kita ingat, dan kita
menghargai nama guru-guru besar kita. Tetapi ingatkah kita
apa yang sudah mereka ajarkan? Berapa banyak orang, bukan
menjadi Sufi, yang memuja-muja sebutan salah satu dari
ketiganya, sebagai balasan hukuman paling tinggi untuk
pekerjaan mereka, merepotkan diri mereka sendiri untuk
menyelidiki apa yang seharusnya dilakukan orang-orang
tersebut dan yang sangat penting?
Kita mungkin tidak tahu nama-nama penjahat itu ...,
tetapi penerus mereka membalas pada kita; karena mereka
dianggap rendah di samping Hallaj, menerima lawan al-Ghazali
sebagai salah satu dari mereka, dan menganggap bahwa
Suhrawardi hanya terobsesi semata.
Mereka menuntut-balaskan diri mereka sendiri pada ummat
manusia untuk melupakan mereka. Apakah kita membiarkan
mereka menang, sekali dan untuk selamanya?
Siapa diantara kita yang mengikuti jalan, dan menjelaskan
kepada kalangan akademisi dan para pendeta, "Cukup, saudara,
al-Ghazali, Suhrawardi dan Manshur tetap hidup!"?
(Itibari)
AJARAN KAUM SUFI
Banyak orang berbuat baik, atau berkumpul dengan
orang-orang bijak dan mulia, percaya bahwa hal ini adalah
pencarian pengembangan diri. Mereka tertipu. Dengan nama
agama, beberapa orang biadab telah melakukan ini. Mencoba
berbuat baik, manusia melakukan sebagian dari aktkitas
buruknya.
Kekurangan datang dari asumsi yang absurd bahwa hanya
berhubungan dengan sesuatu yang bernilai, akan membawa
keberuntungan yang sama pada individu yang tidak
berubah.
Banyak yang lebih penting. Manusia tidak harus
berhubungan dengan orang baik: ia harus berhubungan dengan
bentuk yang memungkinkan mengubah fungsinya dan membuatnya
baik. Seekor keledai yang berkandang di perpustakaan, tidak
akan menjadi terpelajar.
Argumentasi ini salah satu dari perbedaan diantara
ajaran-ajaran Sufi dan mencoba mempraktekkan etika atau
pengembangan diri di dalam usaha yang lain.
Secara umum, pokoknya disia-siakan oleh pembaca atau
murid. Thalib Kamal berkata, "Benang tidak akan menjadi
mulia karena menembus diantara permata." Dan, "Kebaikanku
tidak memajukan diriku, tidak lebih dari tempat sunyi yang
disuburkan oleh adanya harta karun."
Harta karun adalah harta karun. Tetapi bila diambil untuk
menciptakan kerusuhan lagi, harta karun tersebut harus
dimanfaatkan dengan cara tertentu.
Khotbah mungkin bagian dari sebuah proses. Sarana untuk
mengubah manusia tetap diperlukan. Sarana inilah yang
menjadi rahasia kaum Sufi. Sekolah-sekolah lain, sangat
sering, tidak berada pada titik di mana mereka dapat melihat
di atas tahap pertama; mereka dimabukkan dengan penemuan
etika dan kebajikan, yang oleh karena itu mereka simpulkan
merupakan obat untuk segala macam penyakit.
(Abdal Ali Haidar)
BETAPA ANEHNYA MANUSIA
Coba bayangkan sejenak bahwa engkau adalah makhluk selain
manusia. Tidak dirasakan oleh manusia, engkau memasuki salah
satu tempat tinggalnya. Sebagai seorang peneliti, apakah
menurutmu penyebab atau tujuan ia berbuat demikian?
Asumsikan bahwa engkau tidak memiliki pengalaman tentang
kemanusiaan.
Orang yang engkau teliti bermalas-malasan dan tidur.
Engkau tidak tidur, karena engkau tidak dari alamnya.
Bagaimana engkau dapat mengerti apa yang telah dilakukannya
atau mengapa? Engkau akan terpaksa mengatakan, "Ia mati";
atau barangkali, "Ia gila"; atau lagi, "Ini pasti ketaatan
religius." Engkau terpaksa, karena kekurangan materi yang
menunjuk perilaku manusia tersebut, untuk menghubungkan
mereka dengan tindakan paling dekat yang engkau ketahui, di
dalam duniamu.
Sekarang, sementara kita masih memperhatikan orang ini,
kita temukan ia sudah bangun. Apa yang terjadi? Kita mungkin
berpikir, "Ia dihidupkan kembali secara ajaib," atau hal-hal
serupa. Ia pergi ke sumber air dan mandi. Kita berkata,
"Betapa anehnya."
Sekarang orang itu memasak sesuatu dalam sebuah panci,
dan perlu membasahi keningnya. "Sebuah peribadatan religius
... atau barangkali ia adalah budak dari lompatan-lompatan
aneh ini, benda bercahaya yang disebut api, dan harus
melayaninya dengan cara demikian ..."
Singkatnya, apa pun yang ia lakukan tampak gila, tidak
lengkap atau didorong oleh sebab-sebab yang muncul dalam
imajinasi kita -- jika kita adalah pengunjung tersebut yang
menggunakan skalanya sendiri, atau sama sekali tidak, untuk
mengukur aktikitas manusia.
Begitu pula dengan kaum darwis. Ia tertawa, ia menangis.
Ia baik, ia jahat. Ia bertobat, berbicara tentang anggur,
menjauhkan diri dari manusia dan kemudian mengunjungi
mereka. Ia melayani ummat manusia dan mengatakan bahwa ia
melayani Allah. Engkau berbicara tentang Tuhan dan ia
mungkin protes serta mengatakan kalau engkau tidak
mengetahuinya. Apakah engkau mengubah orang seperti itu?
Ia manusia dari dunia lain. Engkau menghubungkan
tindakannya dengan tindakan yang engkau ketahui;
pengetahuannya adalah sesuatu yang engkau sebut pengetahuan;
perasaannya engkau bandingkan dengan apa yang engkau
rasakan. Asalnya, Jalannya, takdirnya; engkau melihat mereka
keseluruhan hanya dari satu sudut pandang.
Betapa anehnya manusia!
Tetapi ada jalan untuk memahami mereka. Tanggalkan semua
prasangka tentang kaum darwis. Ikuti penjelasannya atau
simbol-simbolnya tentang jalan Sufi. Rendahkan dirimu,
karena engkau adalah pelajar paling rendah dari semua
pelajar; karena engkau harus tahu sesuatu yang dapat engkau
pelajari. Tidak, aku tidak dapat mengajarimu jalan Qalandar.
Aku harus memperingatkan dirimu. Pergilah, cari seorang Sufi
dan pertama-tama mintalah maaf karena engkau tidak
memperhatikan, karena engkau tidur sangat lama.
(Orasi Qalandar Puri)
PERKUMPULAN
Imam al-Ghazali mencatat, dalam Ihya' 'Ulumiddin, bahwa
diantara guru-guru Baghdad, kendati jumlahnya lusinan, hanya
dua atau tiga orang yang memimpin sedikit pengunjung.
Guru-guru agung ini adalah beberapa dari mereka yang
ajarannya telah memiliki pengaruh terbesar.
Selain itu, ada banyak ahli yang mengajar tanpa dipahami
dan banyak yang tahu ia memiliki murid yang tetap tidak
paham.
Kumpulan pertemuan, sudah diamati dengan benar oleh
seorang guru, selalu cenderung kepada apa yang kita sebut
bentuk sebuah suku. Orang suka berkumpul. Membesarkan
perkumpulan adalah berbahaya, kalau tidak secara eksplisit
mencegah pengetahuan dari sekadar sebuah asosiasi, dan tidak
menciptakan perkumpulan orang-orang yang tepat, yang dapat
memindahkan jiwa.
(Abdul Majid Tanti)
IMITASI DAN KEJUJURAN
Pembual, dukun, pembohong dan yang menipu, dari waktu ke
waktu, kebanyakan dari mereka dikenal sebagai guru
spiritual.
Karena orang yang pandai berpura-pura begitu umum dan
banyak, orang menilai masing-masing dan setiap guru sesuai
pada apakah ia berperilaku seperti mereka.
Mereka telah menerima prinsip yang salah. Lihatlah pada
ratusan tiram dan ini memberitahumu bagaimana mengenali
tiram lagi bila melihat salah satunya. Engkau tidak dapat
mengatakan dengan cara yang sama, dimana tiram tersebut
berisi mutiara.
Pemikiran manusia pada level rendah sesungguhnya adalah
kaki tangan Sufi tiruan (palsu).
"Bagaimana engkau tahu Sufi sejati?" kau bertanya.
Kujawab, "Jujurlah, karena yang senang akan memanggil
yang dicintainya." Jika engkau benar-benar jujur, engkau
tidak perlu mengajukan pertanyaan tersebut. Kalau engkau
tidak jujur, engkau tidak berhak mendapat lebih dari yang
sudah engkau dapatkan.
(Haidar-i-Sirdan)
LAKI-LAKI DAN GURU
Seorang tukang bangunan ditugaskan oleh orang yang baik
untuk membangun dan menyiapkan sebuah rumah yang akan
diberikan kepada yang membutuhkan.
Tukang tersebut mulai bekerja; tetapi ia segera
dikerumuni banyak orang. Sebagian dari mereka ingin belajar
bagaimana membangun rumah. Dari mereka ini, hanya beberapa
saja yang memiliki kemampuan. Sebagian lagi memprotesnya,
berkata:
"Engkau memilih orang-orang yang kau sukai. " Lainnya
mencacinya, "Engkau membangun rumah ini hanya untuk dirimu
sendiri."
Tukang tersebut berkata kepada mereka, 'Aku tidak dapat
mengajar setiap orang. Dan aku membangun rumah ini untuk
mereka yang membutuhkan."
Mereka menjawab, "Engkau cuma beralasan setelah didakwa,
dan sekadar menjawab saja."
Katanya, "Tetapi bagaimana jika benar? Apakah masih
disebut kebohongan?"
Mereka berkata, "Ini tidak masuk akal; kita tidak akan
mendengarkan."
Tukang tersebut melanjutkan pekerjaannya. Beberapa
pembantunya menjadi begitu dekat dengan rumah tersebut, dan
untuk kebaikan mereka sendiri, mereka diusirnya. Si
pengumpat berteriak:
"Sekarang ia mulai menunjukkan warna aslinya. Lihat apa
yang ia lakukan terhadap teman-temannya: diusirnya!"
Salah satu dari teman sang tukang menjelaskan, "Ia
melakukan ini untuk alasan-alasan tertentu. Ini demi
kebaikan orang lain."
"Lalu mengapa ia tidak berbicara untuk dirinya sendiri,
menjelaskannya secara rinci kepada kita semua?" mereka
berteriak.
Tukang batu, mengorbankan waktunya yang dibutuhkan untuk
membangun, menghampiri mereka dan mengatakan:
"Aku ke sini untuk menjelaskan kepadamu apa yang aku
lakukan dan mengapa."
Tiba-tiba mereka berteriak, "Lihat, setelah tahu orang
sewaannya tidak dapat meyakinkan kita, ia datang sendiri,
mencoba menipu kita! Jangan dengarkan ia."
Si tukang kembali melanjutkan pekerjaannya, sementara
yang lain berseru di belakangnya:
"Lihat bagaimana ia menyelinap pergi ... ia tidak dapat
membingungkan kita, karena kita orang-orang yang berpikiran
jernih."
Salah seorang, yang memiliki pemikiran lebih adil
daripada yang lain, berkata:
"Tidak dapatkah kita sedikit menyesuaikan dalam masalah
ini; barangkali ia benar-benar mencoba melakukan sesuatu
yang baik. Di lain pihak, jika tidak, barangkali kita dapat
menentukan situasi ini berdasar kenyataan, bukan
pendapat."
Beberapa orang setuju, kendati kebanyakan menolak.
Sebagian besar ini terbagi diantara mereka yang berpikir
bahwa orang yang berpikiran jernih ada dalam pembayaran
tukang, dan mereka yang berpikir bahwa ia kurang
intelek.
Sebagian kemudian mendekati tukang batu dan berkata:
"Tunjukkan kepada kami otorisasi dari majikanmu yang
murah hati, sehingga kami mungkin menjadi yakin!"
Tetapi ketika bukti otorisasi ditunjukkan kepada mereka,
ternyata diketahui bahwa tidak satu pun dari mereka dapat
membaca.
"Bawa ke mari orang yang dapat membaca, dan aku akan
terbantu, sehingga kita dapat mengakhirinya!" ujar tukang
bangunan.
Beberapa dari mereka pergi dengan muak, berkata:
"Kita minta bukti, dan segala yang ia lakukan adalah
menggerutu soal bacaan dan tulisan..."
Lainnya mencari dan kembali dengan orang yang berakal
cerdik dan ahli yang buta huruf, yang menyatakan bahwa
mereka dapat membaca. Semuanya, beranggapan bahwa di dunia
ini tidak satu pun yang dapat membaca, meminta sekantong
besar uang kepada tukang tersebut sebagai penukar penegasan
kebenaran otorisasinya. Tetapi si tukang menolak untuk
bekerja sama dengan mereka.
Orang-orang yang bisa baca-tulis, engkau tahu, sangat
langka di negeri ini. Mereka yang dapat membaca dan menulis
tidak dipercaya oleh khalayak, atau lainnya.
Kenyataan dari situasi ini adalah, bahwa masyarakat
menginterpretasi (memahami) mereka sesuai keinginan
sendiri.
(Mudir Ali Sabri)
KEPATUHAN
Jika tidak dapat patuh, engkau tidak dapat belajar apa
pun. Kepatuhan adalah bagian dari perhatian.
Engkau harus patuh kepada gurumu. Dari latihan patuh ini,
engkau akan dapat belajar betapa tidak jujurnya
pikiranmu.
Berkeluh-kesah dan mungkin menyesali kepatuhan,
barangkali sesuatu yang dianggap pantas untuk dikerjakan.
Pantas hanya untuk yang tidak pantas; mereka yang tidak
dapat mencapai yang lebih tinggi.
Bila engkau diberi waktu, dan engkau tiba di tempat
gurumu lebih awal, maka engkau tamak. Jika engkau terlambat,
maka engkau tidak patuh.
Bila gurumu menyatakan bahwa untuk sementara engkau tidak
perlu belajar, dan bahkan jika ia tampak meremehkan dirimu,
tentunya untuk satu alasan. Ini sering dilakukan ketika
belajar menjadi buruk bagi seseorang. Mencoba membuatnya
berbuat yang lain kepadamu, adalah tindakan
ketidakpatuhan.
Sholavi mengisahkan:
Pertama kali aku bertemu Pembimbingku saat aku berusia
enambelas tahun. Ia setuju untuk mengajariku, dan memberiku
tiga pelajaran. Aku tidak melihatnya, atau pernah
mendengarnya, sampai usiaku empatpuluh satu. Kata pertamanya
padaku pada peristiwa itu adalah: "Engkau dapat memulai
pekerjaanmu sekarang."
(Umm al-Hasan)
PERTUMBUHAN, KEMEROSOTAN DAN
PEMBAHARUAN
Ajaran sejati dimulai dengan para Pelindung, Raja
Pengetahuan dan Pemahaman. Tidak dimulai dengan Cinta, Usaha
atau Tindakan, karena cinta sejati, usaha dan tindakan hanya
mungkin dengan pengetahuan sejati.
Tetapi ketika muncul terlalu banyak orang yang sedikit
iri hati atau tetap dalam komunitas, mereka mengubah metode
ke keyakinan, dan mempercayai apa yang mereka hendak
lakukan.
Ada dua syarat yang dapat menuntun ke kebinasaan sebuah
kelompok. Pertama, terlalu banyak ketidaktulusan pada
orang-orang yang berkuasa. Lainnya, sedikit ketidaktulusan
tersebar diantara semua anggota yang merupakan orang-orang
egois.
Ketidaktulusan hati ini memperlambat perkembangan para
pimpinan dan lainnya. Hanya mencari pengujian diri dapat
diungkapkan kepada mereka. Bila tidak karena kekurangan ini,
mereka dan komunitas akan sampai pada tujuan mereka. Sudah
diketahui, tentunya, bahwa derajat harga diri yang bertambah
buruk, kekurangmampuan menjadi korban penemuannya, atau
bahkan merenungkannya.
Untuk kembali pada perilaku kelompok berpengaruh:
Individu-individu ini dan pengikutnya, memilih pemikiran
dan tindakan yang melimpahi mereka sendiri dari harapan
keberhasilan dalam pemenuhan manusia. Mereka mungkin
membentuk organisasi permanen dengan tujuan untuk
pencerahan. Barangkali mereka memberi setiap orang latihan
dan peribadatan yang sama. Melupakan maksud asli, mereka
membalik Praktek dan cerita-cerita ilustratif menjadi
semacam sejarah, yang mereka coba ajarkan. Jika mereka
memiliki literatur dan ingatan terhadap Para guru sezaman
(master), mereka menggunakannya untuk mendukung kepercayaan
dan kebenaran mereka sendiri dan ketepatan prosedur mereka
sendiri. Mereka menggunakannya terus-menerus, kecuali satu
metode interpretasi literatur dan tradisi, melatih
masyarakat dan tidak memungkinkan mereka menjadi
tercerahkan.
Pusat pada taraf ini secara efektif menghilang. Pekerjaan
justru menjadi semacam kerajaan, asyik memelihara tanpa
mengetahui apa yang dipelihara. Para pemimpin dan
pengikut-pengikut mereka tetap mematung di dekat raga ini,
membuatkan tempat imitasi yang memelihara bentuk-bentuk luar
yang minor atau tidak relevan. Mereka umumnya menghargai
emosionalitas kasar, di bawah nama lain.
Secara bersamaan, menjadi pemujaan berlebihan terhadap
kelompok dan legenda, dan permusuhan dengan yang lain, dan
kadang tidak sabar. Bagaimana awalnya satu kesatuan pecah
menjadi kelompok-kelompok yang memiliki ragam interpretasi
atau konsentrasi, umumnya sia-sia, dan observasi-observasi
yang tidak akurat. Dengan titik ini seluruh realitas dan
potensialitas terpecah. Komunitas secara efektif diserbu dan
dirasuki tanpa perkembangan yang ditunjukkan oleh
anggota-anggotanya. Kebenaran mungkin dikaburkan dengan
penggunaan terus menerus oleh komunitas yang 'tidak masuk
akal', kata-kata dan aspek-aspek lahiriah, kenang-kenangan
biografis yang menunjukkan kesamaan dan wajah-wajah
pengetahuan murni lainnya. Sudah pasti anggota-anggotanya
akan percaya bahwa dengan tanda-tanda (bukti) tersebut
mereka melanjutkan di jalan yang benar.
Harapan mereka untuk mendapatkan perbaikan kembali adalah
di dalam latihan-latihan yang terkonsentrasi pada
ketulusan.
Pola ini merupakan satu alasan mengapa dari waktu ke
waktu para Pelindung harus muncul dan memberitahukan pada
yang bersedia mendengar, pembaharuan tradisi yang luhur
melalui tugas yang bertentangan. Mulai sekarang, secara
alamiah bagi orang-orang yang tersesat, kata-kata ini akan
terdengar aneh atau berlawanan, seperti pembicaraan yang
masuk akal tetapi bagi orang gila tampak konyol.
Satu akibat dari kondisi ini adalah bahwa tanpa maksud
demikian para Pelindung datang, secara beragam, keduanya
terlalu antusias mendukung dan juga bertentangan bagi mereka
sendiri dalam kelompok pengunjung yang berbeda. Kedua reaksi
tersebut tidak menjanjikan, bila diharapkan, tanda-tanda,
yang sama-sama tidak dapat disetujui seperti halnya sikap
kelesuan.
Bekerja bersama, kelompok-kelompok harus menanggulangi
tendensi-tendensi ini jika berhasil dalam menghidupkan
kembali ajaran yang dicapai.
Ini cerita sepanjang masa di muka bumi. Satu-satunya
perbedaan sejati adalah rentang waktu selama perilaku ini
berlangsung. Mereka yang hanya mempunyai sedikit
pengetahuan, dan berpikir bahwa mereka mempunyai lebih
banyak daripada cerita rakyat biasa tersebut, sedikit
terbuka untuk pertimbangan yang sehat dan untuk sebuah
ajaran, daripada mereka yang sama sekali tidak memiliki
pengetahuan tentang Tradisi. Ironi ini merupakan komplikasi
yang lebih jauh.
Dan walau mereka dapat membuat kemajuan lebih baik di
dalam jalan, maka kulit luar perjalanan masa telah
dilembutkan. Mereka kadang menyimpan kemampuan-kemampuaan
yang keberadaannya melibatkan kita dalam sebuah kesempatan
untuk penyelamatan yang ditunjukkan. Dalam memajukan tugas
ini, berdasarkan pengetahuan kita tentang Tradisi, ajaran
dan kondisi kelompok-kelompok, bahwa kita dapat melatih
keahlian, tindakan, cinta dan usaha.
Ketika kulit ari masyarakat atau kelompok terlalu
mengeras, beberapa individu dan komunitas akan tetap
menyukai hal-hal sulit yang dengan cepat terseret arus
sungai, tanpa peduli.
Air perasaan dan pemahaman tidak akan dapat melembutkan
mereka, membantu mereka tumbuh menjadi semaian sebelum
mereka mencapai bendangan di mana mereka akan bertumpuk,
yang ditinggalkan dan sayangnya, hal ini tidak dipahami.
(Nawab Muhammad Ali Shah,
Nishari-i-Ghaib)
MEMBACA FILOSOFI SUFI
Membaca sesuatu dan segala sesuatu dalam Sufisme seperti
membaca segala macam buku dengan subyek berbeda tanpa dasar
yang penting. Suatu malapetaka, seperti halnya pengobatan
secara serampangan, mungkin membuat manusia malah lebih
buruk daripada sebelum membacanya.
Tulisan-tulisan Sufi senantiasa ditujukan untuk
pengunjung khusus. Pengunjung ini tidak sama di Bukhara
dengan di Basrah, di Spanyol dan di Afrika.
Namun nilai kumpulan pelajaran khusus dari bacaan-bacaan
Sufi yang dibuat seorang Sufi tidak dapat
dilebih-lebihkan.
Nilai-nilai tersebut termasuk:
Pilihan bagian-bagian yang akan membantu komunitas
menemukan jalannya.
Persiapan murid, untuk pencerahan yang diberikan guru
secara pribadi bila waktunya siap;
Suatu perbaikan terhadap pengulangan-pengulangan doktrin
dan praktek biasa yang membosankan, yang pudar tanpa
diketahui.
Suatu perbaikan terhadap kegembiraan yang kita alami
setiap hari, dan yang memanipulasi kita tanpa kita
ketahui.
Oleh karena itu, bacalah, apa yang sudah disiapkan
untukmu, sehingga engkau memperoleh berkah dari kebahagiaan
abadi.
(Hadrat Bahauddin Naqsyabandi)
|