|
LATAR BELAKANG
Semua guru darwis menggunakan formulasi yang dirancang
untuk ajaran-ajaran mereka. Pengisolasian, seperti pada
kasus pengujian sesuatu dengan informasi yang tidak
mencukupi, prosedur-prosedur ini, materi dan gagasan-gagasan
tampaknya digabungkan dengan keyakinan lain, dan dengan
kegiatan-kegiatan masa lampau, atau muncul di wilayah yang
tidak mernbicarakan metafisik secara terus terang.
Tetapi, karena pengetahuan dasar kaum darwis sering tidak
diketahui pengamat-pengamat ini, maka alasan kaum Sufi
memilih beberapa metode, apalagi efektikitas metode itu
sendiri, tetap tidak diketahui.
Dengan mudah kita bisa membedakan berikut ini, sebagai
metode sangat terkemuka yang digunakan kaum darwis dalam
membantu memunculkan pemikiran lebih tinggi kepada
masyarakat mereka.
- Auditory (yang berhubungan dengan pendengaran),
visual dan pengaruh-pengaruh indera (rasa) lain.
- Materi-materi yang diverbalkan, termasuk legenda dan
cerita, dimaksudkan untuk membentuk dalam pemikiran bukan
kepercayaan, melainkan suatu pola, sebuah blueprint yang
membantunya beroperasi dengan cara 'lain'.
- Bekerja, memuja, latihan, dalam persesuaian, dengan
tujuan melahirkan, membebaskan dan mengalirkan suatu
dinamika tertentu (bukan yang bersifat emosional dan
indoktrinasi), yang selanjutnya adalah 'bekerja'.
- Penggunaan tempat, obyek, simbol dan sebagainya, yang
dilakukan untuk menyuplai kognisi (kesadaran atau
pengertian) manusia awam, bukan untuk melatih
mereka.
- Pengorganisasian kelompok lokal dan kelompok lainnya,
menyusun orang-orang yang dipilih karena kemungkinan
inheren harmonisasi mereka dalam komunitas esoteris;
untuk mendorong perkembangan atas sesuatu yang ada dalam
komunitas; bukan komunitas yang tertarik pada gagasan
tersebut.
- Seleksi, dari formulasi tradisional atau lainnya,
terhadap kegiatan dan prosedur melalui patokan semata.
Akankah pekerjaan ini berhasil, memberi tipe pribadi
tertentu di kultur tertentu?
- Penciptaan komunitas kerja melalui seleksi lokal,
diakui, kelompok-kelompok kejuruan dan lainnya, yang juga
dapat digunakan dalam 'kerja' kaum darwis. Pengenalan
sistem pengelompokan mungkin saja kurang memadai di dalam
kultur lokal, karena tidak mempunyai, ketertarikan
psikologis atau validitas ekonomis.
- Hasil dari prosedur, teknik dan materi yang bisa
digunakan untuk berhubungan dengan aspek batiniah
manusia, tanpa mengganggu kebiasaan aktikitas mereka
didasarkan pada pengondisian lokal atau temporal. Oleh
karena itu, kegiatan darwis merupakan kemampuan tinggi
yang terlatih dan perjuangan yang kompleks. Karakteristik
utama tarekat-tarekat darwis kenamaan -- menari,
melompat, mendengar, bermain musik dan sebagainya --
semuanya adalah popularisasi secara bodoh yang ditiru
dari 'teknologi' asli yang sudah mapan, yang keahlian
merupakan pengetahuan instan para guru tentang proses
penerapan pada suatu keadaan.
Sekali fakta-fakta ini dikenal, dua pernyataan utama kaum
darwis muncul sebagai pendirian praktis dan masuk akal:
- Persatuan seluruh kaum darwis dan 'kerja' menjadi
lebih mudah dilakukan. Kontradiksi yang mirip antara satu
'Jalan' dan lainnya dilepaskan. Misalnya, kegiatan Syeikh
Naqsyabandi dalam menginisiasi murid pada berbagai
kelompok menjadi dapat dipahami, bahkan pada tingkatan
intelektual. Pernyataan kebangkrutan para peniru
memusatkan pada beberapa teknik, lebih jelas
dipahami.
- Hubungan antara filsafat praktis masa lalu dan masa
kini, tampak didasarkan pada kesatuan pengetahuan
tingkat-tinggi, bukan pada penampilan. Ini menjelaskan,
mengapa Rumi yang Muslim memiliki murid Kristen,
Zoroaster dan lainnya; mengapa Khidr 'guru gaib' Sufi
yang agung, dikatakan sebagai orang Yahudi; mengapa
Pangeran Mogul Dara Shikoh mengidentifikasi ajaran-ajaran
Sufi dalam Hindu Vedas, namun dirinya sendiri anggota
Tarekat Qadiriyah; bagaimana Pythagoras dan Sulaiman
dapat dikatakan sebagai guru Sufi. Juga menjelaskan
mengapa kaum Sufi akan menerima pakar-pakar kimia pernah
menjadi Sufi, sebagaimana memahami faktor-faktor pokok
yang mendasari filsafat evolusioner Rumi, atau 'Agama
Kristen' al-Hallaj; mengapa, Yesus dikatakan berdiri di
tempat terdepan kaum Sufi.
Pentingnya informasi ini, bagaimanapun tidak berakhir di
sini. Esensial bagi siapa pun yang menjadi calon murid
Sufisme, untuk mengingat bahwa semua formulasi, latihan,
tarekat, teknik, yang ia pelajari di luar tarekat Sufi,
mewakili jubah luar masa sekarang atau menggantikan kerja
edukatif yang intensif, yang mungkin saja tampak dalam satu
atau banyak bentuk. Oleh karena itu, ia tidak dapat
memutuskan secara legitimatif bahwa prinsip atau kegiatan
Sufi untuk menarik baginya (serta berguna) dan lainnya
tidak. Berhubungan dengan materi historis, khususnya, hanya
para peniru (sealim apa pun) yang berpikir bahwa suatu
kegiatan direkomendasikan hanya karena guru anu
menggunakannya.
Karena doktrin 'waktu, tempat dan masyarakat',
latihan-latihan Sufi bernilai:
- Bagi mereka yang tertarik pada tekniknya. Mereka
adalah orang-orang yang mencari stimulus psikologis
semata. Mereka bukan orang mistik (kebatinan) maupun
penganut ajaran filsafat wujud, kendati sering merasa
dari golongan tersebut.
- Untuk tujuan informasi, membiasakan khalayak yang
memungkinkan dengan macam dan tipe latihan yang digunakan
kaum darwis.
- Dalam mengembangkan kapasitas individu dan kelompok,
hanya saat dijelaskan dengan benar oleh tarekat Sufi
dalam sebuah kultur yang dimiliki mayoritas pengikutnya.
Dalam upaya memanfaatkan materi tercatat, sangat perlu
bagi pembaca untuk menguji pokok-pokok teori dan kegiatan
Sufi dengan permahaman jernih terhadap pokok-pokok yang
disebut terdahulu.
Tarekat-tarekat darwis yang masih hidup, semula dirancang
untuk tujuan mengatur dan mengadakan calon terpilih,
teknik-teknik khusus yang disempurnakan oleh Pendiri
masing-masing tarekat.
Tarekat-tarekat tersebut yang umumnya dikenal di Timur,
termasuk Empat Tarekat Utama di mana materinya dipelajari di
sini, telah menstabilkan ritual dan keanggotaan mereka saat
ini, secara eksklusif berdasar pada kultur Timur dan agama
Islam. Ajaran dalam tarekat-tarekat ini, sekarang terbatas
khusus untuk kaum Muslim
|