3 TAREKAT SUHRAWARDIYAH
Syeikh Ziauddin Jahib Suhrawardi, mengikuti disiplin Sufi
kuno, Junaid al-Baghdadi, dianggap sebagai pendiri tarekat
ini pada abad kesebelas Masehi. Seperti halnya
tarekat-tarekat lain, guru-guru Suhrawardi diterima oleh
pengikut Naqsyabandi dan lainnya.
India, Persia dan Afrika semuanya dipengaruhi aktikitas
mistik mereka melalui metode dan tokoh-tokoh tarekat,
kendati pengikut Suhrawardi ada diantara pecahan terbesar
kelompok-kelompok Sufi.
Praktek-praktek mereka diubah dari kegembiraan mistik
kepada latihan diam secara lengkap untuk 'Persepsi terhadap
Realitas'.
Bahan-bahan instruksi (pelajaran) tarekat seringkali,
untuk seluruh bentuk, hanya merupakan legenda atau fiksi.
Bagaimanapun bagi penganut, mereka mengetahui materi-materi
esensial untuk mempersiapkan dasar bagi
pengalaman-pengalaman yang harus dijalani murid. Tanpa itu,
diyakini, ada kemungkinan bahwa murid dengan sederhana
mengembangkan keadaan pemikiranang sudah berubah, yang
membuatnya tidak cakap dalam kehidupan sehari-hari.
IBNU YUSUF SI TUKANG KAYU
Pada suatu waktu, terdapat seorang tukang kayu bernama
Nazhar bin Yusuf. Ia menghabiskan sebagian hidupnya selama
bertahun-tahun untuk mempelajari kitab-kitab kuno yang
berisi banyak pengetahuan yang sudah agak terlupakan.
Ia mempunyai pelayan setia, dan suatu hari ia berkata
padanya: "Aku sekarang berhasil memperoleh pengetahuan kuno
yang harus digunakan untuk menjamin keberadaanku
selanjutnya. Oleh karena itu aku ingin engkau membantuku
menyelesaikan proses yang akan membuatku muda lagi dan
abadi."
Ketika ia menjelaskan prosesnya, si pelayan pertama kali
merasa segan untuk menyelesaikannya. Si pelayan
memotong-motong Nazar dan memasukkannya di dalam sebuah tong
besar, diisi dengan cairan tertentu.
"Aku tidak dapat membunuhmu," ujar pelayan.
"Ya, engkau harus, karena toh aku akan mati, dan engkau
akan kehilangan. Ambillah pedang ini. Jaga terus tong ini,
jangan katakan siapa pun apa yang sesungguhnya engkau
lakukan. Setelah duapuluh delapan hari, bukalah tongnya dan
keluarkan aku. Aku akan memperoleh kembali kemudaanku."
Setelah beberapa hari, dalam kesepiannya, pelayan mulai
merasa sangat tidak nyaman, dan semua jenis keraguan pun
menjangkitinya. Maka ia mulai membiasakan diri dengan peran
anehnya. Secara teratur orang datang ke rumah dan menanyakan
majikannya, tetapi ia cuma dapat menjawab, "Sementara ini ia
tidak di sini."
Akhirnya pihak berwenang datang, curiga bahwa si pelayan
berbuat sesuatu pada majikannya sehubungan dengan lenyapnya
dia. "Biarkan memeriksa rumah," kata mereka, "Jika kami
tidak menemukan apa pun, kami akan menahanmu sampai
majikanmu muncul."
Si pelayan tidak tahu apa yang harus dilakukan, pada saat
itu sudah berlangsung selama duapuluh satu hari. Tetapi ia
mengambil keputusan, dan berkata;
"Tinggalkan aku di sini bersama tong ini sebentar, dan
kemudian aku siap ikut denganmu."
Ia pun pergi ke kamar dan membuka tutup tong.
Tiba-tiba manusia kecil, tampak lebih muda tetapi persis
seperti majikannya, kendati cuma setinggi tangan, melompat
keluar tong, dan berlari berputar-putar, sambil terus
berucap.
"Terlalu cepat, terlalu cepat..."
Kemudian, saat pelayan masih memandang dengan terkejut,
benda kecil itu lenyap di udara.
Pelayan keluar dari kamar, petugas menangkapnya.
Majikannya tidak pernah terlihat lagi, kendati banyak sekali
legenda tentang Nazar bin Yusuf si tukang kayu; tetapi harus
kita tinggalkan untuk kesempatan lain.
GADIS YANG KEMBALI DARI KEMATIAN
Pada zaman dulu terdapat seorang gadis cantik; putri
seorang pria yang baik, seorang perempuan yang kecantikan
dan kehalusan gerak-geriknya tiada banding.
Ketika usianya dewasa, tiga pemuda, masing-masing
menunjukkan kapasitas yang tinggi dan menjanjikan,
melamarnya.
Setelah memutuskan bahwa ketiganya sebanding, sang ayah
menyerahkan keputusan akhir pada putrinya.
Berbulan-bulan sudah, dan si gadis tampaknya belum juga
mengambil keputusan.
Suatu hari ia tiba-tiba jatuh sakit. Dalam beberapa saat
ia meninggal. Ketiga pemuda tersebut, bersama-sama ikut ke
makam, membawa jasadnya ke pemakaman dan dikebumikan dengan
kesedihan yang sangat dalam.
Pemuda pertama, menjadikan pusara sebagai rumahnya,
menghabiskan malam-malamnya di sana dalam penderitaan dan
perenungan, tidak dapat memahami berjalannya takdir yang
membawanya pergi.
Pemuda kedua, memilih jalanan dan berkelana ke seluruh
dunia mencari pengetahuan, menjadi seorang fakir.
Pemuda ketiga, menghabiskan waktunya untuk menghibur sang
ayah yang kehilangan.
Sekarang, pemuda yang menjadi fakir dalam perjalanan
menuju ke sebuah tempat di mana terdapat seorang yang
terkenal karena karya seninya yang luar biasa. Melanjutkan
pencarian pengetahuan, ia kemudian berdiri di sebuah pintu,
dan diterima di meja tuan rumah.
Ketika tuan rumah mengundangnya makan, ia sudah mulai
menyantap hidangan ketika seorang anak kecil menangis, cucu
orang bijak tersebut.
Si guru menggendong bocah dan melemparnya ke api.
Seketika si fakir melompat dan meninggalkan rumah,
menangis:
"Iblis keji! Aku sudah membagi penderitaanku ke seluruh
dunia, tetapi kejahatan ini melebihi semua yang pernah
dicatat sejarah!"
"Jangan berpikir apa pun," ujar tuan rumah, "Untuk
hal-hal sederhana akan tampak muncul secara terbalik, kalau
engkau tidak memiliki pengetahuan."
Sambil berkata, ia membaca suatu mahtera dan mengacungkan
sebuah emblem berbentuk aneh, bocah tersebut keluar dari api
tanpa luka.
Si fakir mengingat-ingat kata-kata dan emblem tersebut,
pagi berikutnya ia kembali ke pemakaman di mana kekasihnya
dimakamkan.
Singkat kata, si gadis berdiri di depannya, kembali hidup
sepenuhnya.
Gadis itu kembali ke ayahnya, sementara para pemuda
berselisih siapa diantara mereka yang bakal dipilih.
Yang pertama berkata, 'Aku tinggal di pusara,
memeliharanya dengan kesiap-siagaanku, berhubungan
dengannya, menjaga kebutuhan ruhnya akan dukungan
duniawi."
Yang kedua mengatakan, "Kalian berdua mengabaikan
kenyataan, bahwa akulah yang sesungguhnya berkeliling dunia
mencari pengetahuan, dan akhirnya menghidupkannya
kembali."
Yang ketiga mengatakan, "Aku telah berduka untuknya, dan
seperti seorang suami serta menantu aku tinggal di sini,
menghibur ayah, membantu merawatnya."
Mereka meminta si gadis menjawab, yang kemudian
dijawabnya:
"Ia yang menemukan mantera untuk mengembalikan aku,
adalah seorang pengasih sesama manusia; ia yang merawat
ayahku seolah anak baginya; ia yang berbaring di sisi
pusaraku - ia bertindak seperti seorang kekasih. Aku akan
menikahinya."
PERUMPAMAAN TUAN RUMAH DAN TAMU
Para guru seperti tuan di rumahnya sendiri. Tamu-tamunya
adalah mereka yang mencoba mempelajari 'Jalan'. Mereka ini
adalah orang-orang yang tidak pernah di rumah tersebut
sebelumnya, dan mereka hanya mempunyai pemikiran yang samar,
seperti apa sebenarnya rumah tersebut. Meskipun demikian,
rumah itu ada.
Ketika tamu memasuki rumah dan melihat tempat khusus
untuk duduk, mereka bertanya, "Apakah ini?" Dijawab, "Ini
tempat di mana kami duduk." Maka mereka duduk di kursi,
dengan sedikit kesadaran tentang fungsi kursi.
Tuan rumah menjamu mereka, tetapi mereka terus bertanya,
kadang-kadang tidak berhubungan. Sebagai tuan rumah yang
baik, ia tidak menyalahkan mereka. Mereka ingin tahu,
misalnya, di mana dan kapan mereka akan makan. Mereka tidak
tahu kalau tidak seorang pun sendirian, dan pada saat itu
juga ada orang lain yang memasak makanan, serta terdapat
ruang lain di mana mereka akan duduk dan menikmati makanan.
Karena mereka tidak dapat melihat makanan atau persiapannya,
maka mereka bingung, barangkali penuh keraguan,
kadang-kadang perasaannya kurang tentram.
Tuan rumah yang baik, mengetahui masalah tamunya, harus
menentramkan mereka, sehingga mereka dapat menikmati makanan
saat disajikan. Pada mulanya mereka segan mendekati makanan.
Sebagian tamu cepat mengerti dan menghubungkan satu hal
tentang rumah tersebut kepada yang lain. Mereka ini adalah
orang-orang yang dapat mengkomunikasikan kepada teman mereka
yang lambat. Tuan rumah, sementara itu, memberi jawaban
kepada masing-masing tamu sesuai kapasitasnya memahami
kesatuan dan fungsi sebuah rumah.
Namun hal itu tidaklah cukup untuk keberadaan sebuah
rumah --karena harus siap menerima tamu-- maka harus ada
tuan rumahnya. Seseorang harus latihan secara aktif tentang
fungsi rumah, supaya orang asing yang menjadi tamu serta
mereka yang menjadi tanggung jawab tuan rumah,
memungkinkannya terbiasa dengan rumah tersebut. Pada
awalnya, sebagian besar dari mereka tidak menyadari bahwa
mereka adalah tamu, dan apa makna tamu sesungguhnya; apa
yang dapat mereka bawa, dan apa yang diberikan kepada
mereka.
Tamu yang berpengalaman, yang telah belajar tentang rumah
dan keramahan, pada akhirnya berkurang kikuknya, dan ia
kemudian berada pada kedudukan untuk lebih memahami rumah
dan beberapa bentuk kehidupan di dalamnya. Sementara ia
tetap mencoba memahami apa rumah itu, atau mencoba mengingat
aturan-aturan etika, perhatiannya terlalu banyak disita oleh
faktor-faktor ini sehingga dapat meneliti, katakanlah,
keindahan, nilai atau fungsi perabotan.
ILMU PERBINTANGAN
Suatu ketika, melalui ilmunya, seorang Sufi mengetahui
bahwa sebuah kota akan diserang musuh. Ia mengatakannya
kepada tetangga, yang menyadari bahwa ia orang yang jujur
tetapi sederhana, kemudian menganjurkan:
'Aku yakin kalau engkau benar, dan engkau harus pergi
memberitahu raja. Tetapi jika engkau ingin dipercaya, tolong
katakan bahwa engkau diilhami, bukan dari kearifan, tetapi
dari ilmu perbintangan. Maka ia akan bertindak, dan kota
mungkin selamat."
Sufi tersebut melakukannya, dan penduduk kota
diselamatkan dengan tindakan pencegahan yang tepat.
PERKATAAN SYEIKH ZIAUDDIN
Pembenaran diri lebih buruk daripada perasaan murni.
TIGA CALON SUFI
Tiga orang berhasil memasuki lingkaran Sufi, meminta izin
untuk pengajarannya. Salah seorang diantara mereka hampir
saja melepaskan diri, marah karena perilaku aneh sang
guru.
Yang kedua, diberitahu oleh murid-murid lainnya (atas
petunjuk guru) bahwa guru tersebut seorang penipu. Ia segera
mengundurkan diri.
Yang ketiga dibiarkan bicara, tetapi ia sama sekali tidak
ditawari pelajaran dalam waktu yang lama, hingga
ketertarikannya hilang dan meninggalkan lingkaran
tersebut.
Ketika semuanya pergi, sang guru berkata demikian:
"Orang pertama adalah gambaran tentang prinsip: 'Jangan
menilai hal-hal fundamental melalui penglihatan'."
Orang kedua adalah gambaran tentang keputusan, 'Jangan
menilai hal-hal yang amat penting hanya dengan
mendengarkan.'
Orang ketiga adalah contoh tentang ucapan: 'Jangan
menilai melalui pidato (ceramah), atau kekurangan akan hal
itu'."
Ditanya oleh murid, mengapa para pelamar tidak diberi
petunjuk dalam persoalan tersebut, sang guru menjawab:
"Aku di sini untuk memberi pengetahuan yang lebih tinggi;
bukan mengajar orang-orang yang menganggap bahwa mereka
sudah tahu di lutut ibunya."
MEMBUATKU BERPIKIR TENTANG ...
Suhrawardi mengatakan:
"Aku pergi menemui teman, dan kami duduk mengobrol.
Terdapatlah seekor unta melintas dengan lambat, dan aku
berkata padanya:
Apa yang membuatmu berpikir?'
Katanya, 'Makanan.'
'Tetapi engkau bukan orang Arab; sejak kapan daging unta
untuk makanan?'
'Tidak, tidak seperti itu,' katanya. 'Kau lihat, semuanya
membuatku berpikir tentang makanan'."
|