|
KETERBATASAN PENDEKATAN KONTEMPORER TERHADAP
SUFISME
Masalah besar dari persoalan ini adalah kuatnya tendensi
dewasa ini untuk menempatkan orang, benda, gagasan, kedalam
kategori-kategori spesialis. Kategori-kategori ini mungkin
memang baik --siapa yang dapat meninggalkannya?-- tetapi
ketika suatu persoalan yang tengah dipelajari dan hanya
terdapat satu pilihan penamaan terbatas yang ditawarkan,
pengalaman ini barangkali seperti apa yang pernah dikatakan
Henry Ford bahwa, "Anda dapat memiliki mobil dengan warna
apa pun, asal saja itu adalah warna hitam." Dalam persoalan
ini, dimana si peneliti sendiri bahkan mungkin tidak
menyadari --keterikatannya dengan beberapa kategori-- sesuai
dengan kaum Sufi yang berusaha menyampaikan
gagasan-gagasannya di luar kondisi ideal.
Berikut ini contoh ilustratif, dipilih dari pengalaman
yang disebut terakhir. Saya berikan karena secara insidental
--dan tidak dalam suatu 'sistem' yang dipaksakan-- akan
menjelaskan kepada kita sesuatu tentang pemikiran Sufi.
Dalam buku16
yang belakangan saya sebutkan, diantara banyak yang lain,
bahwa gagasan-gagasan Sufi dan bahkan teks literal telah
dipinjam atau terdapat dibelakang teori-teori, organisasi
dan ajaran-ajaran dari berbagai aspek seperti Keksatriaan
dari St. John of the Cross17,
St. Teresa dari Avila18,
Roger Bacon,19
Geber, bapak kimia Barat20
--nama keluarga kaum Sufi-- Raymond Lully the
Majorcan,21
Guru Nanak, pendiri Sikhisme,22
Gesta Rumanorum,23
juga ajaran-ajaran kaum Veda dalam
Hindu.24
Prosedur-prosedur psikologi tertentu yang buruk juga telah
memasuki literatur Barat tentang magis dan
okultisme,25
sebagaimana gagasan dan proses psikologis yang legitimatif,
kadang dianggap sebagai penemuan-penemuan paling
baru.26
Diantara pengamat dan lainnya, buku ini menimbulkan
reaksi yang beragam dan luar biasa.27
Sebagian terpesona, tidak selalu karena alasan yang baik;
tetapi untuk sebagian lain yang saya bicarakan. Apa yang
sebenarnya saya lakukan adalah mengumpulkan basil temuan
akademis orang lain, yang acapkali terkubur dalam monografi
dan buku-buku bacaan yang jarang, selalu oleh para
orientalis dan spesialis yang dihormati. Saya juga disumbang
materi (bahan) 'hidup' dari sumber-sumber Sufistik. Tetapi
kendati kutipan materi dengan seleksi yang sama sekali tidak
lengkap dari bahan yang ada ini, tetap merupakan gabungan
yang sangat berharga (mahal) bagi beberapa pembaca. Dan
karena banyak diantara mereka yang jauh lebih terkenal
daripada saya, dengan karya yang telah selesai dikerjakan di
bidang mereka masing-masing. Seorang ahli kenamaan memiliki
sesuatu (pendapat) yang bersifat mengecam, berkata mengenai
saya, tidak mengatakan apa pun tentang siapa yang menyerang
terhadap apa yang mereka pikir, mereka temukan dalam karya
saya!
Tidak lama setelah tahap ini, dalam percakapan dengan
seorang 'spesialis' tertentu, saya sebutkan bahwa dalam
tesis saya ini, saya tidak bersandar kepada para profesor
seperti Profesor Asin, Landau, Ribera, Tara Charid,
Guillaume dan lain-lain yang sama-sama memiliki integritas
yang tidak disangsikan. Tetapi saya telah secara bebas
mengutip dalam teks (naskah) saya ini nama-nama dan
karya-karya mereka; dan bahwa dalam kasus-kasus lain saya
telah mengutip buku-buku kuno seperti karya dari Lully,
Bacon, Geber dan lainnya yang menyebut nama kaum Sufi,
buku-buku Sufi atau Sufisme pada khususnya. Reaksinya, tidak
setuju bahwa seorang ahli harus sudah lebih memahami
pekerjaan mereka, tetapi mengulang nama dari kritik utama
saya. Dengan menyandarkan punggung ke kursinya dan
tersenyum, dia berkata "Engkau mendapatkannya, Nak. Buatlah
pilihanmu, apakah engkau hanya ingin mendiskreditkannya,
atau menginginkan pekerjaannya?"
'Kesalahan' saya, sepanjang perlakuan menyangkut subyek,
yang dengan sederhana menggantikan kutipan dan tambahan
penulis, secara bertahap merupakan 'kasus' yang tidak dapat
disangkal. Saya beranggapan bahwa sebuah buku akan dibaca
seluruhnya dan fakta-fakta itu akan berbicara sendiri.
Secara otomatis seorang teman beranggapan, bahwa saya
telah terlibat dalam sebuah permainan penggantian kewenangan
seseorang. Kritik yang murni telah menggerakkan dirinya
sendiri menyerang asumsi yang sama-sama keliru; yaitu saya
kekurangan materi yang bagus karena tidak cukup memacu
diri.
Apa yang barangkali lebih mengherankan, ketika melihat
persoalan dalam pengkajian atas gagasan-gagasan Sufi adalah,
perlakuan yang diberikan kepada mereka oleh orang-orang
yang, jika tidak para ahli di bidangnya, boleh jadi telah
membiasakan diri mereka sendiri dengan sumber-sumber
akademis yang tersedia. Karena itu, menggunakan atau
mengambil suatu contoh bukan suatu kecenderungan yang tidak
lazim di Barat, kita temukan seorang Profesor yang menulis
tentang filosuf Timur,28
dimana dari hampir seratus ribu kata, hanya sekitar
tigaratus kata (satu halaman dari tigaratus halaman lebih)
yang berkaitan dengan kaum Sufi. Meski kenyataannya penulis
yang sama telah menerbitkan sebuah karya (buku) tentang
filosuf Barat,29
kedua tipe pemikir tersebut terpengaruh oleh sumber-sumber
Sufi. Pengaruh ini tidak pernah disebutkan. Seorang filosuf
Inggris yang mengagumkan, Bertrand Russell, juga menulis
sebuah buku yang luar biasa, Wisdom of the the
West,30
dimana pemikir-pemikir Barat yang berhubungan dengan
pemikiran Sufi disebutkan secara jelas, tetapi tidak
disebutkan di mana kaum Sufi atau Sufisme dapat
ditemukan.
Barangkali dapat dikatakan, bahwa pengenalan kedua jenis
buku tersebut ditujukan untuk pembaca umum; tetapi
bagaimanapun mereka membawa nama para sarjana, dan mereka
kekurangan informasi.
Pembaca umum, atau anggota dari disiplin-disiplin
non-orientalis, mengacu kepada buku-buku tersebut, akan
memiliki sedikit sumber pengetahuan, apa yang
tertinggal.
|