MISTERI-MISTERI DI BARAT II: PERKUMPULAN
KSATRIA
- Jika engkau masih terpecah-pecah, kurang mempunyai
kepastian --lalu apakah perbedaan dengan apa yang engkau
tetapkan?
- (Hakim Sanai, Taman Kebenaran Berdinding)
Sekelompok Sufi tengah membentuk suatu perhimpunan yang
memungkinkan mereka untuk melanjutkan amal mereka bagi
pengembangan manusia menuju pembebasan diri. Seperti semua
kegiatan Sufi, amal mempunyai tiga bagian. Individu itu
sendiri harus hidup pada tataran pribadi tertentu dan mereka
memiliki ideal ksatriaan zaman Pertengahan sebagai
formatnya. Selanjutnya, hal ini memberikan kesempatan bagi
pembentukan elit yang bisa terlihat. Keberadaan clan
kemunculan elit ini memenuhi fungsi kedua --yaitu dampaknya
bagi kemanusiaan secara umum. Unsur ketiga, pengagungan
terhadap guru diwujudkan dalam sosok "raja" Sufistik yang
memimpin komunitas itu.
Sebagai bentuk lahiriah, mereka memiliki jubah wool
bertudung warna biru sebagai pakaian standar di kalangan
Para Sufi. Untuk simbolisme warna, mereka mengambil warna
emas dan biru, untuk menandakan esensi di dalam tubuh dan
jiwa --matahari di langit atau "kilasan emas di lautan"
sebagaimana dinyatakan tokoh Sufi Aththar. Satuan dasar dari
Sufi adalah halaqah (perkumpulan/lingkaran). Dalam
berbagai ritus peringatannya, mereka melakukan riyadhah atau
gerakan-gerakan kolektif yang dikenal sebagai "tarian".
Sebagai slogannya, mereka mengambil suatu motto Arab,
(yaitu) tentang seorang pembawa piala (cawan). Motto ini
diterjemahkan ke dalam cabang-cabang bahasa Persia dengan
bentuk kalimat ber-nazham, dengan bunyi-bunyi yang
hampir sama dengan motto dari Ordo Garter.
Wali pelindung mereka adalah Khidr (Yang Hijau).
Halaqah terdiri dari tiga belas orang. Ada dua alasan
bagi penggunaan angka ini. Pertama, para Sufi ini ingin
menekankan ajaran batin mereka sebagai ajaran yang sama
dengan semua ajaran agama. Ia merupakan rahasia --pesan
rahasia dari semua agama-- tentang arti penting pengembangan
yang terorganisir. Dalam hal ini, agama lain yang paling
terkait dengan para Sufi Muslim adalah Kristiani. Penerimaan
identitas Kristen dan Islam diungkapkan melalui pembilangan
sederhana.
"Kesatuan" para Sufi dari tarekat Khidr yang
menjelaskan simbolisme mereka, adalah sama dengan
"tiga" tujuan praktis. Mereka membuktikan hal ini
dengan menunjukkan bahwa kata Arab untuk
"kesatuan" (ahad) --salah satu sifat Allah--
terdiri dari tiga huruf Arab, yaitu AHD. Oleh karena itu,
tiga adalah satu, sebab perbedaan antara monotheisme dan
Kristiani adalah satu dari segi terminologi.
Tetapi dari manakah asal angka tiga belas itu dalam
gambaran ini? Jawabannya sangat sederhana. Dalam notasi
bahasa Arab, huruf Alif sama dengan satu, huruf Ha mempunyai
notasi delapan dan huruf D sama dengan angka empat.
Tambahkan semua angka ini dan hasilnya adalah tiga belas.
Oleh karena itu, angka tiga belas menjadi angka penting bagi
kelompok Sufi ini.
Dengan cara berpikir seperti ini, maka halaqah selalu
dikelompokkan menjadi tiga belas. Tiga belas orang laki-laki
membentuk kesatuan.
Organisasi ini dibentuk sekitar tahun 1200 M.
Sekitar satu setengah abad kemudian (tidak seorang pun
yang pasti tentang waktunya), sebuah organisasi misterius
muncul di Inggris. Organisasi ini diilhami oleh raja itu
sendiri. Anggotanya dibagi menjadi dua kelompok yang
masing-masing terdiri dari tiga belas orang --satu kelompok
di bawah Raja Edward III, kelompok lainnya di bawah Pangeran
Hitam (Black Prince). (Simbol) warnanya biru dan emas,
jubahnya wool bertudung, dan tujuan-tujuannya adalah
ksatriaan lahiriah. Wali/orang suci pelindungnya adalah St.
George, yang di Syria, dimana (sistem) pemujaannya berasal,
disamakan dengan sosok Khidr yang misterius dari para Sufi.
Dalam kenyataannya kelompok ini disebut dengan Ordo St.
George, yang diterjemahkan langsung ke dalam ungkapan Sufi
sebagai Thariqat Hadharati Khidr (the Order
of St. Khidr) yang kemudian dikenal dengan nama Ordo
Garter. Kata garter dalam bahasa Arab adalah sama
sebagaimana kata untuk ikatan mistis Sufi, dan juga bermakna
"asketisme keagamaan atau kebiarawanan". Kata
untuk kesatuan dasar Sufi (halaqah) dalam ajaran Sufi bisa
saling ditukar dengan akar yang sama dari mana kata garter
diambil (musytaq).
Catatan-catatan awal tentang Ordo Garter telah hilang.
Spekulasi tentang turunan dan asal-usul dari Ordo Garter
telah menggantikan sumber-sumber awal tersebut. Cerita
menarik bahwa ordo tersebut dibentuk sebagai akibat dari
seorang yang mencemoohkan sebuah ikat kaos kaki yang
sesungguhnya, meskipun diabaikan oleh sebagian sejarawan
yang serius, sesungguhnya mungkin memiliki dasar atau
pijakan yang sangat menarik dalam kenyataannya. Mungkin bisa
diingat kembali bahwa insiden ini diceritakan terjadi pada
sebuah tarian. Jika kita melihat kenyataankenyataan dari
sudut pandang kesejarahan Sufi, kita bisa menanyakan sesuatu
yang mungkin tidak terjadi pada orang-orang lain. Jenis
tarian apakah ini? Keseluruhan insiden tersebut tampaknya
seperti suatu upaya untuk menghilangkan adanya suatu ritual
tarian yang dalam beberapa cara telah terpotong dan harus
dibenarkan. Sebuah versi yang telah diputarbalikkan
tampaknya telah dituturkan kepada kita. Sebagai contoh,
mengapa sebuah ikat kaos kaki diperlihatkan pada sebuah
tarian, jika hal itu yang terjadi? Bisa jadi, karena ikat
kaos kaki tersebut dipilih untuk menggambarkan
"ikatan" ordo tersebut dalam bentuk visual, atau
karena "beberapa ikat kaos perempuan telah
terjatuh".
Apakah slogan dari Ordo Garter, dan apakah ia memiliki
hubungan dengan Tarekat Khidr? Sepintas, tidak ada hubungan
antara "kehinaan bagi orang yang berpikir jahat tentang
ordo tersebut," dan ungkapan rahasia "pembawa
piala", jika kita mendekati masalah tersebut dari
metode konvensional, maka kita tidak akan pernah melihat
hubungan tersebut. Tetapi jika memperhatikan aspek
"suara atau bunyi" dan bukan sekadar maknanya,
maka akan segera muncul kenyataan yang aneh. Versi bahasa
Prancis dari slogan tersebut dan versi bahasa Arab serta
Persianya hampir-hampir seperti menyuarakan kata-kata yang
sama.
Tetapi mereka yang telah membaca terjemahan-terjemahan
dari syair-syair Sufi (dalam) bahasa Persia, dengan pembawa
pialanya sebagai medium pencerahan Sufi, akan melihat
hubungan tersebut.
Proses pengadopsian suatu kata atau ungkapan asing ke
dalam bahasa lainnya ditetapkan dengan baik dalam
kesusastraan dan adat-istiadat. Terdapat berbagai contoh,
dan bahkan sistem tersebut telah diberi nama, dengan
didaftar atau dicatat pada kamus-kamus sebagai (sistem)
Hobson Jobson, pujian keagamaan yang tidak ada putusnya di
India, "Ya Hasan, ya Hussein," dalam bahasa
Inggris diterima di bawah bunyi Hobson Jobson, suatu upaya
dari para prajurit Inggris untuk meniru pujian tersebut.
Kamus India standar bagi istilah-istilah Anglo-India, yang
memuat banyak contoh proses (pengadopsian) tersebut,
benar-benar disebut Hobson Jobson. Di Afrika Barat kata Arab
al ghaita (peluit) telah diinggriskan menjadi alligator.
Semua orang London akrab dengan nama sebuah kedai minuman
tertentu, (yaitu) Elephant and Castle, yang pada asalnya
dinamakan Infanta de Castile.
Baru-baru ini di sebuah jalan di London, seorang sahabat
Timur Tengah saya memberikan satu shilling kepada seorang
pengumpul besi tua yang tengah mendorong gerobaknya. Orang
tersebut mengulang-ulang dengan penuh semangat dengan nada
datar dari seorang pedagang keliling, "Ada besi
tua?" Bagi sahabat saya, cara orang tersebut
mengeluarkan suara tidak bisa dibedakan dari teriakan darwis
yang patuh dalam menyebut, "Oh Imam Reza!" yang
diucapkan para darwis ratusan kali dalam sehari sebagai
seorang darwis yang taat, yang bisa didengar oleh semua
orang dari kejauhan.
Nama Shakespeare kadang-kadang diubah secara tepat dan
bisa diterima ke dalam bahasa Persia sebagai "Syekh
Pir", yang bermakna "orang bijak kuno".
Sebuah masyarakat dengan ungkapan-ungkapan rahasia, atau
yang telah mengalami suatu interupsi selama ritual, pasti
membutuhkan penjelasan bagi makna yang terkandung dalam
suatu ungkapan "barbar", dan apa sesungguhnya
datar bagi peningkatan suatu perkumpulan (ksatria). Terdapat
sejumlah besar bahan lain yang menghubungkan dua gerakan
ini, sebagian besar bahan tersebut bersifat pengenalan dan
tidak bisa ditampilkan di sini. Meskipun demikian, mungkin
bisa dikatakan bahwa suatu nama alternatif bagi cabang dari
Tarekat Khidr adalah al-Mudawwira (bangunan bundar), yang
terkait dengan istana Baghdad yang berasal dari Harun
ar-Rasyid. Seluruh kota Baghdad dibangun pada tahun 762 M,
dengan proporsi geometris tertentu berdasarkan pada roda.
Kelompok-kelompok Sufi tradisional, seperti orang-orang
freemason dari Barat, menghubungkan pengabdian mereka dengan
bangunan bundar ini. Mungkin hanya kebetulan bahwa Ordo
Garter terkait dengan munculnya Meja Bundar itu, dan bahwa
Raja Philip of Valois juga berkeinginan memulai suatu
kelompok Meja Bundar yang baru.
Sampai pada masa Edward VI (w. 1553), ordo itu menyebut
St. George sebagai Bapak Orang Suci Inggris; meskipun
hubungan tradisional dengan sebuah perkumpulan (Ksatria)
kembali kepada asal-usul Ordo Garter. Adalah mungkin bahwa
dua ratus tahun setelah lembaga pertamanya, makna kata
garter dipahami secara langsung karena kata ini menjadi nama
sesungguhnya dari Ordo Garter. Perubahan secara
terus-menerus dalam ritual dan jumlah ksatria pada akhirnya
mengubah kesamaan Sufistik awal.
Pada saat ini Ordo Garter masih merupakan lembaga
terpenting dan paling membanggakan di Inggris. Bagi sebagian
orang, adanya gagasan bahwa kemungkinan ordo itu berasal
dari luar tidak bisa diterima. Meskipun demikian, mereka ini
hanyalah orang-orang yang gagal menyadari bahwa apa pun
asal-usulnya, di Inggris lah ordo itu mencapai perbedaan
terbesar dan mampu mempertahankan suatu deretan elit yang
terhormat.
Mereka yang telah mencari dalam Ordo Garter adanya
hubungan dengan tradisi aneh dari para penyihir, mungkin
tidak mencakup tanda sebagaimana yang mungkin diduga orang
lain. Paling tidak, satu cabang dari sistem pemujaan pecahan
di Inggris ini sangat dipengaruhi oleh penyebaran Spanyol
Islam dengan tipe Sufi yang terselewengkan, dimana suatu
gagasan "kekuatan magis" yang kabur telah
menggantikan tema barakah.
Ada alasan kuat yang sama bagi kelompok Sufi dengan
menggabungkan unsur-unsur biru, emas, kemaharajaan, Khidr
(St. George) dan perlindungan perempuan ke dalam formulasi
mereka. Semua ini didasarkan pada sebuah kata tunggal dan
manipulasinya, meskipun konsistensi serupa tidak bisa
ditemukan pada Ordo Garter. Hal ini mungkin mendorong orang
untuk menduga bahwa Ordo Garter merupakan penerjemahan
sifat-sifat esensial dari kelompok Khidr, semua ini bisa
ditemukan terangkai dalam akar kata KHDR.
Unsur-unsur yang digunakan dalam susunan dan
ritual-ritual dari kelompok itu semuanya ditemukan di
sini:
KHaDiR = menghijau (Islam sebagai induk dari kelompok
itu).
KHuDDiR Ia fi hi = ia mendapat berkah (Pemberkatan pada
kelompok ini).
KHiDaR, KHiDiR = St. George, Elias, Pelindung para Sufi,
Khidr.
AlKHuDRaT = lautan (lautan kehidupan dimana didalamnya
Sufi menemukan kebenaran; lautan dengan Sufi sebagai ombak,
banyak digunakan dalam syair; warna biru didalamnya adalah
emas).
AKHDaR = meragukan; perempuan yang baik (ksatriaan,
merujuk pada generasi pertama ksatria Islam, dimana pada
awal abad ketujuh Muhammad saw membentuk sebuah lembaga yang
terdiri dari para laki-laki untuk melindungi kaum perempuan
dan kafilah).
KHaDRa = ketua suku.
AlKHaDRa = langit, angkasa (di mana dari [arah]
ini matahari muncul, isyarat lain bagi emas di tengah warna
biru).
ALaKHaDiR = emas, daging dan anggur. (Unsur emas dari
langit atau lautan --daging dan anggur yang merupakan
persamaan umum dalam ritual Kristiani. Ritual Kristiani itu
sendiri dipandang sebagai simbol totalitas dari seluruh
perkembangan komunitas dan individu, sehingga
sakramen-sakramen gereja bagi Sufi sekadar suatu bagian dari
keseluruhan usaha sebagaimana yang disebutkan di atas).
Lambang dari kelompok itu adalah pohon palem, yang
diambil dari akar kita khadar, yang berarti memotong pohon
palem. Pohon itu sendiri, sebagaimana dipahami di semua buku
ini, mengandung makna barakah dan unsur dasar lainnya dalam
Sufisme, dihiaskan pada jubah penobatan Hohenstaufen dari
Raja-raja Sicilia dan Kaisar Roma yang Suci, yang dikenal
memiliki kontak dengan Sufi.
Masa Edward III di Inggris secara pasti telah
menghasilkan perluasan unsur-unsur Saracenik ke dalam Eropa.
Tarian nasional Inggris, the Morris, pastilah memiliki
asal-usul ini. Cecil Sharp --pakar tarian rakyat Inggris--
telah menghubungkan tarian kaum Moor Eropa dan kemungkinan
era masuknya ke Inggris.
Tarian Morris --kemudian juga dinamakan tarian
Moresc-- di Inggris, Le Morisque dan Morisco di Prancis,
Moresca di Corsica ... semuanya memiliki kemungkinan
berasal dari orang-orang Moor (Spanyol-Islam): tidaklah
mengapa jika pada negeri kita sendiri hal itu menjadi
bahasa Inggris sebagaimana (kata) "sarung
tangan"... Belanda, sebagaimana yang dikatakan oleh
Engel, juga terpengaruh. Sebenarnya penelitian yang rajin
mungkin akan memperlihatkan bahwa dalam bentuk tertentu,
tarian Morris dikenal di seluruh Eropa dan di luar Eropa.
Sementara masa pengenalannya ke Inggris adalah tidak
mungkin menentukan waktunya secara pasti, namun semua
pakar merujuk pada masa Edward III.
Mungkin ketika John of Gaunt kembali ke Spanyol adalah
yang pertama ketika orang-orang Morris terlihat di
Inggris.1
Tarian ini mungkin telah diimpor secara langsung dari
orang Spanyol Islam pada masa-masa itu, namun mereka bisa
ditelusuri pada berbagai persaudaraan Sufi jauh ke belakang.
Penunggangan kuda kayu (Basque "zamalzain", dari
bahasa Arab, Zamil az-Zain, kuda
mainan2) hanyalah
sebagian dari ritual Sufistik. Para penghibur ini bukan saja
"sisa-sisa dari para penyanyi Arab", tetapi mereka
juga mewakili para penyair lucu dengan berpakaian mencolok,
berambut panjang dan wajah dicat dengan mempraktikkan
ajaran-ajaran metafisis tertentu sampai saat ini di kalangan
para Sufi. Kadang-kadang mereka menunggang kuda kayu,
kadangkala dari rotan dengan berpura-pura bodoh sebagai
"orang pandir di hadapan Tuhan". Salah seorang
penunggang kuda kayu itu diwawancarai oleh Rumi dalam
Matsnawi-nya. Ini berhubungan dengan BRSY (bruja: penyihir)
dari para penunggang kuda Spanyol.
Catatan Sufi pertama tentang perjalanan ajaran ke
Inggris3
--seperti termuat dalam perjalanan-perjalanan Najmuddin
(Bintang Agama) Gwats ad-Dahar Qalandar. Ia dilahirkan
sekitar tahun 1232 atau mungkin lebih awal. Putranya atau
penerusnya yang lain (Najmuddin Baba) "mengikuti jejak
ayahnya" dari India ke Inggris dan Cina pada tahun
1338.
Najmuddin pertama adalah murid dari Nizhamuddin Aulia
dari Delhi yang terkenal dan telah mengirimnya ke Rum
(Turki) untuk belajar di bawah bimbingan Khidr Rumi,
Khapradari --sang Pembawa Cawan-- dari Turkistan. Perlu
diingat, bahwa Tarekat Khidr (yang disepadankan dengan Ordo
Garter) melakukan penghormatan kepada pembawa cawan sebagai
slogannya. Cawan ini mempunyai kualitas-kualitas
menakjubkan.
Legenda mengatakan, bahwa darwis ini membawa penafsiran
tanda Sufi hoo (yang ditulis seperti angka empat) --tanda
kelompok Mason yang ditemukan pada bangunan-bangunan Gothik
di Barat. Sebagai tambahan pembentukannya bagi suatu
kerangka kerja "lingkaran empat persegi magis
Sufi", ia juga digunakan oleh para pengikut Qalandar
sebagai suatu diagram yang terdiri dari tiga posisi gerakan
ibadah (berdiri, berlutut dan bersujud), yang mungkin
merupakan padanan dari berbagai "instrumen" para
pengikut Mason.
Guru Najmuddin, Sayyid Khidr, adalah sahabat guru Sufi
Suhrawardi (penulis Jalan Bunga Mawar, kadangkala
disepadankan dengan Rosicrucian); sahabat Abdul Qadir, Mawar
Baghdad dan sahabat dari ayah Jalaluddin Rumi (beberapa
ceritanya ditemukan pada Chaucer, dan pada saat itu menulis
tentang perjalanan ke Inggris tersebut). Demikian pula ia
adalah sahabat guru Sufi lainnya seperti Fariduddin
Shakarganj dan Shah Madar. Shah Madar mengajarkan kesatuan
esensial dari semua agama terutama jalan esoterik dari Islam
dan Kristiani. Ia mengikuti ajaran-ajaran Tayfuri dan
rumusan Raja Ikan, Dzun-Nun al-Mishri, atau "si
Hitam".
Sementara Fariduddin Shakarganj berasal dari madzhab
Chis(y)ti dan seorang bangsawan Afghanistan. Ia meninggal di
India pada tahun 1265, di mana makamnya diziarahi oleh
orang-orang dari semua agama. Keahliannya adalah pengobatan
dan musik. Para musisi Chis(y)ti yang mengembara ke seluruh
Asia dengan membawa seruling dan gendang mengumpulkan
khalayak ramai dan menceritakan kisah-kisah dari makna Sufi,
mungkin terkait dengan kelompok Chistu Spanyol atau Jester
dengan memakai kostum yang sangat mirip.
Para musafir Sufi yang disebut Qalandar dan Chis(y)ti
pasti telah membawa tarian-tarian lain ke Barat, demikian
pula prosedur-prosedur ritual ritmik dan hal ini sebagian
terwakili pada penari Morris.
Hugo of Reutlingen misalnya, dalam karyanya Weltchronik
pada tahun 1349, yang dikutip oleh Dr. Nettl, berbicara
tentang lagu dengan nada F mayor yang digunakan kelompok
tarian yang "mengingatkan kita pada tarian Arab dari
para Darwis."4
Catatan:
1 C. J. Sharp dan H. C.
Macilwaine, The Morris Book London, 1907, hlm 15.
2 The Legacy of Islam,
ed. Arnold dan Guillaume, Oxford, hlm. 372.
3 John. A. Subhan; Sufism
and Its Saints and Shrines, Lucknow 1938, hlm. 311 dan
seterusnya, kemungkinan mengutip Kitab al-Qalandaria, dimana
dalam kitab ini perjalanan itu dijelaskan secara rinci.
4 Paul Nettl, The Story
of Dance Music, New York, 1947, hlm. 49.
|