|
MISTERI-MISTERI DI BARAT V: AJARAN
RAHASIA
Aku bertanya kepada seorang anak yang
sedang berjalan sambil membawa lilin, "Dari mana cahaya
itu berasal?" Tiba-tiba ia meniupnya. "Katakan kepadaku,
ke manakah perginya --maka aku akan mengatakan kepadamu
dari mana asalnya."
(Hasan al-Bashri)
Apa pun menurut sebutan dari Timur maupun Barat, dengan
suatu cara atau lainnya, kita adalah para pewaris berbagai
kekuatan dan kelemahan filsafat Arab Abad Pertengahan. Salah
satu kekurangan metode ini adalah upaya menerapkannya di
luar bidangnya yang paling mencapai sukses. Tentu saja
bidang ini adalah kumpulan, perbandingan, verifikasi dan
penafsiran Hadis-hadis Nabi saw.
Pengambilan teknik ini beserta tradisinya itu sendiri
merupakan perluasan berbagai metode keilmuan yang diperoleh
orang-orang Saracen sendiri dari para teolog Yunani Kristen,
dan perluasan ini berlangsung cepat. Teknik bisa dipelajari
dengan mudah, sebab teknik ini berarti mengumpulkan
fakta-fakta dan menumpuknya satu sama lain dengan tujuan
membentuk susunan yang lengkap.
Ada faktor lain yang berdampingan dengan sistem ini di
negeri-negeri Saracen, yaitu pembentukan madrasah-madrasah
dan praktik keilmuan tertentu dimana guru, pengajaran dan
murid, paling tidak dari satu pengertian, membentuk suatu
kesatuan. Bagian dari metode ini tidak disampaikan tanpa
perubahan, sebab metode ini tidak menyerahkan dirinya
sendiri kepada pelembagaan, dimana format (dari metode
tersebut) tengah berkembang secara cepat di Barat. Bahkan
sebelum orang-orang Moor terusir dari Spanyol adalah
kitab-kitab rnereka itulah yang paling banyak diterjemahkan,
dan "jalur tunggal" pengetahuan ini diterima bersama-sama
dengan bahan-bahan yang telah disaring dari sumber-sumber
Mediteranian Timur yang lebih awal. "Kaleng untuk nanas
diimpor, dan resep-resep ramuan didasarkan pada nanas
kalengan itu. Pengembangan dan pengepakan nanas adalah
sesuatu yang lain yang di semua kawasan hanya sedikit
mendapat perhatian," ucap seorang Sufi modern tentang tema
ini.
Karena unsur pribadi dari seorang guru dengan berbagai
pencapaian khusus bertentangan dengan kebutuhan dari sebuah
organisasi yang berkelanjutan, maka konsep ini ditinggalkan.
Metode ini dengan susah-payah tetap bertahan hidup di
kalangan orang-orang independen yang sering disebut sebagai
para penganut okultisme dan mengajarkan sebuah doktrin yang
berbahaya bagi institualisme --suatu ajaran yang tidak dapat
diterima karena kebutuhan terhadap seorang guru paripurna,
seorang guru yang mengetahui hal-hal yang tidak terdapat
dalam buku-buku.
Setelah kejatuhan Konstantinopel, bahan-bahan asli Yunani
--lagi-lagi dalam bentuk buku-- menyediakan banyak
bahan-bahan "jalur tunggal", lebih banyak kasus-kasus buah
nanas. Lembaga murid terikat pada konsep untuk
mempertahankan lembaga kerahiban dan akademi, memandang
produk-produk lanjutan dalam bentuk pribadi-pribadi agung
karena kekaguman dan penghormatan. Tujuan dari lembaga ini
sebenarnya bukan untuk menghasilkan orang-orang semacam itu.
Mereka berpikir sebaliknya dan bukan untuk tujuan itu.
Mereka dijuluki orang-orang suci. Ini merupakan fungsi
organisasi keagamaan.
Di sisi lain, gerakan intelektual mengkhususkan diri
untuk menghasilkan lebih banyak intelektual dan pencerahan
melalui penggunaan akal, mempergunakan sedikit banyak apa
yang pada saat ini kita sebut sebagai rnesin, tetapi hampir
dipandang sebagai sebuah bentuk penampilan suci, terutama
karena nilainya yang baru.
Orang-orang Saracen sendiri bukannya tidak bersalah
dengan menyebarkan pendekatan intelektual secara murni,
meskipun secara umum hal ini mereka pandang sebagai sebuah
tahapan dan bukannya sebuah dedikasi.
Jejak-jejak dari berbagai jenis pemikiran dan reaksi
masih kuat kita rasakan. Ada (kalangan) skolastik taat,
kalangan gei:eja saleh dan kalangan ilmuwan murni. Kemudian
ada orang yang begitu membenci organisasi sehingga
berlebihan menentangnya dengan menyerukan kembali kepada
peramal yang tidak tahu baca-tulis dan yakin bahwa seluruh
kebesaran manusia dicapai dengan ilham. Sementara ilmu-ilmu
psikologis dan ilmu-ilmu lainnya mengikuti dengan
menunjukkan ketidaklayakan dari ilmu-ilmu lainnya. Dalam
banyak kasus, hal ini telah menjadi suatu nada tunggal yang
bisa merujuk pada perdebatan dari suatu gagasan tertutup dan
memiliki sifat dogmatisme keagamaan dan semua dogmatisme
lainnya.
Bahkan dalam filsafat Arab formal (seringkali berarti
Yunani), seringkali ada kandungan agung --nada-nada ajaran
atau penekanan batin yang pengambilannya diabaikan oleh
kalangan skolastik Barat dari tipe universitas. Di Timur,
tradisi seorang guru dan para muridnya tetap berlanjut,
disamping ada lapisan skolastisisme yang tipis.
Sudah diakui bahwa "gerakan intelektual yang dicanangkan
oleh Ibnu Rusyd (pada abad kesebelas) tetap menjadi faktor
yang hidup dalam pemikiran Eropa sampai lahirnya ilmu
eksperimental modern."1
Sejak abad kedelapan, orang-orangArab telah mengkaji dan
menyesuaikan pemikiran Yunani dengan pemikiran mereka
sendiri. Seperti orang-orang Barat pada masa selanjutnya,
mereka semua bekerja berdasarkan buku semata-mata, dengan
asumsi bahwa sebuah buku bisa memuat keseluruhan ajaran.
Ibnu Rusyd menegaskan hak seorang pemikir untuk
menyerahkan segala sesuatu pada kemampuan akal, kecuali
hal-hal yang berkaitan dengan supranaturalisme. Ia adalah
seorang dokter, komentator Aristoteles dan seorang astronom.
Ia juga mempelajari musik, yang tertuang dalam sebuah
monograf (laporan tertulis) yang diterbitkan berkaitan
dengan komentar terkenalnya atas karya Aristoteles dan
diajarkan di Paris, setelah disensor oleh gereja. Sarjana
Cordoba ini dikenal sebagai Averroes di Barat dan ia
mempunyai pengaruh luar biasa terhadap para pemikir Yahudi.
Seperti gurunya, Ibnu Tufail, ia telah menurunkan suatu
sistem Sufi yang sejalan dengan sistem filosofis yang
diperbolehkan. Ibnu Tufail (di Barat dikenal dengan
Abubacer, sesuai dengan nama pertamanya, Abu Bakr) juga
seorang ahli fisika, filosuf dan terutama seorang wazir di
Pengadilan Granada. Ia menulis roman luar biasa yang
berjudul Cerita tentang Hayy bin Yaqzan. Menurut para
mahasiswa Barat, karya ini merupakan cikal-bakal dari cerita
Robinson Crusoe. Sementara Alexander Selkirk sekadar
berperan sebagai pelempar berita dengan menentukan topiknya.
Karya ini didasarkan atas sebuah cerita dari Ibnu Sina
(980-1037), yang ajarannya hampir seluruhnya bersifat
filosofis. Ia juga seorang dokter, filosuf dan ilmuwan.
Tetapi Ibnu Sina sendiri mengikuti jejak filosuf besar
lainnya, yaitu al-Farabi (Alfarabius), yang gagasan
Sufistiknya telah dicap sebagai Neoplatonik. Ia meninggal
lebih dari dari seribu tahun yang lalu.
Semua nama ini adalah bagian vital dari warisan pemikiran
modern. Menurut sebagian besar orang, reaksi menentang
upaya-upaya Abad Pertengahan untuk membentuk suatu gagasan
tentang kehidupan dan kreasi yang koheren tidak memberikan
sesuatu yang lebih baik kepada kita selain kesiapan yang
berlebihan untuk mempercayai segala sesuatu. Pikiran ilmuwan
yang kritis, penuh keinginan terhadap penemuan, akhir-akhir
ini diakui sebagai suatu sikap terlalu ambisius. Ilmuwan
yang harus menjaga pikiran dan konsentrasinya terpaku pada
suatu bidang kajian yang semakin menyempit, sebenarnya
berada dalam keadaan rawan, dan sekarang ia mengakuinya. Ia
justru terlalu terpusat atau terlalu lebur. Kadangkala
perkembangan intelektualnya menang dengan mengorbankan
penyesuaian emosionalnya. Bahaya ini telah lama tampak bagi
para Sufi yang tertarik pada karya ilmiah. Salah satunya,
Anwar Faris mengatakan:
Latihan kembar identifikasi dan pelepasan
berguna dalam melatih diri. Terlalu banyak identifikasi
menghasilkan suatu atrophia (berhentinya perkembangan)
pada kemampuan pelepasan. Fanatisme merupakan akibat
wajar darinya. Seseorang akan terikat kepada sesuatu dan
tidak bisa melepaskannya. Ketika Ibnu Sina menulis karya
tentang mineral, ia biasa mengkaji dunia mineral secara
umum dan khusus. Ia memusatkan pada contoh-contoh
individual, kemudian melepaskan perhatiannya dari hal ini
dan meluruhkan dirinya ke dalam keseluruhan. Demikianlah
ia melakukan keseimbangan dengan konsentrasi dan
pelepasan dari bidang-bidang lain untuk pemikiran dan
hakikat.
Obat superfisial dalam hal ini dinyatakan dalam ungkapan,
"Insan Kamil", yang oleh orang-orang Moor dipandang sebagai
suatu refleksi manusia sempurna dari segi batin. Joseph
McCabe (The Splendour of Moorish Spain, London, 1935)
merujuk pada penampilan lahir dari manusia yang terlatih
dalam lingkungan Spanyolnya:
... semua, kecuali segelintir pujangga yang
aneh, sekarang melihat bahwa garis utama kemajuan manusia
terletak pada perluasan semangat ilmiahnya untuk seluruh
kehidupan. Tetapi harus tetap diingat bahwa hal ini
hanyalah sebagian dari ideal Arab tentang kehidupan. Bagi
kebanyakan pemikir, tampaknya akan sia-sia mempersoalkan
jika ilmu tidak mengandung bahaya tertentu dengan membuat
manusia menjadi keras, serba perhitungan, terlalu
rasional, dingin, tidak peka terhadap keindahan dan seni.
Mahasiswa-mahasiswa mereka untuk bidang ilmu pengetahuan
biasanya juga sebenarnya seorang penyair dan musisi.
Bahwa ada suatu antagonisme antara kehidupan intelektual
dan emosional, bahwa keduanya tidak bisa dilatih oleh
orang yang sama, tampaknya menjadi suatu paradoks bagi
mereka.
Pandangan hidup ini, yang masih kurang bersifat Sufistik,
secara luas tidak diadopsi oleh Barat yang baru bangkit.
Pada masa pencerahan, ideal budaya telah diupayakan, tetapi
tidak dalam bingkai tesis tentang perubahan mental,
keseimbangan dan perluasan persepsi. Seni, berbagai kajian
dan teori diadopsi secara parsial, dan dikaji, direproduksi
bahkan dikembangkan. Visi batinnya hilang, dan dengan
susah-payah bertahan pada berbagai tempat untuk dicemooh
oleh kalangan skolastik dan pemuja seni murni yang tengah
berjaya. Bahan-bahan itu dikaji dan dikembangkan dalam
berbagai fragmen sebagai filsafat, astronomi dan kedokteran.
Banyak sekolah yang tengah berkembang di Eropa Utara, di
bawah tekanan atau pengawasan kalangan gereja yang ketat,
merasa perlu menghilangkan berbagai sentimen non-Kristiani
dari bahan-bahan ini. Hal ini semakin membatasi vitalitas
dari bahan-bahan itu.
Dari Sicilia, melalui "Para Sultan Baptisan" Jerman dari
keturunan Hohenstaufen, Eropa Utara menerima suatu bentuk
pengetahuan semacam ini, tetapi tanpa ragu telah diproses
dengan cara serupa. Meskipun demikian hal ini tidak
menghalangi pengambilan arsitektur Sufi bagi benteng
Hohenstaufen yang besar maupun simbolisme Sufi pada jubah
penobatan Raja Roger I.
Tidak terlalu berlebihan untuk mengatakan bahwa mereka
yang mempertahankan pemikiran Sufistik segera dicap sebagai
penganut okultisme. Para penganutnya menerima tuduhan itu,
akibatnya adalah suatu keyakinan yang terselewengkan atau
tepatnya menyedihkan dalam praktik mursyid, pencerahan batin
dan keberhasilan pribadi melalui okultisme. Roger Bacon
mengutip "Rahasia-rahasia Hikmah Iluminis (Isyraqi)", sebuah
buku Sufi karya Ibnu Sabin, yang bersesuaian dengan
Frederick II von Hohenstaufen. (Hitti, op. cit., hlm. 587,
610). Sudah nasib Bacon untuk dianggap sebagai seorang
okultis, bukan karena ajarannya sebagaimana yang diterima
secara resmi, tetapi karena ia telah mengingatkan teori
"transmisi hidup" terhadap mereka yang membenci dogmatisme.
Oleh karena itu, mereka sendiri terlempar dalam pemikiran
liar skolastik. Sekarang para pewaris spiritual mereka
menerima label okultis dan masih mengembara --seperti bangsa
Indian yang belum terjamah dan sesungguhnya menyebut diri
mereka sendiri sebagai orang-orang buangan.
Barat (yang semuanya berarti Gereja) telah mengambil apa
yang dianggap diperlukan dan menutup pintu dengan apa yang
tampaknya final. Buku-buku dibakar dan Spanyol mengklaim
kembali atas keimanan yang benar (Kristen). Di sisi lain,
dari ambang pintu itu tertinggal sekelompok orang,
barang-barang dan berbagai gagasan aneh. Diantaranya adalah
bahan-bahan untuk teka-teki di masa depan, tidak aneh bagi
seorang Sufi --para troubador, permainan kartu, pantomim,
masyarakat-masyarakat baru.
Ada celah-celah pada pintu itu yang memungkinkan sesuatu
keluar masuk, meskipun sangat kecil.
Pada akhir abad kedelapan belas, Napoleon menjarah Mesir.
Bersama pasukannya, Jenderal ini mendirikan Ordo Para
Pencari Hikmah, oleh sebab itu dikenal sebagai Sufiyin
--para Sufi.
Bahkan dalam sebuah buku yang mungkin dengan tepat diberi
judul The Melange (Bunga Rampai), ia menjelaskan bagaimana
meletakkan sumber-sumber hikmah rahasia "piatu (orphan)"
Barat diantara para ahli Timur. "Ini merupakan sumber mata
air. Selama berabad-abad kita mengikuti sungai lebar tetapi
berlumpur."
Mengapa dan dengan proses apa sungai itu berulang kali
berlumpur, pada akhirnya tampaknya dipahami oleh kalangan
"Sufiyin", yang dalam mikrokosmos mengulangi nasib para
pendahulunya --meskipun tidak melalui kesalahan mereka
sendiri. Mereka beranggapan bahwa semua yang mereka butuhkan
untuk diimpor ke Barat adalah doktrin dan metodologi itu,
tanpa melalui guru.
Hanya enam tahun setelah tanggal permulaan orde itu,
"Penegasan dari Para Ahli Hikmah Prancis", mengakui
kegagalan itu: "Kita harus menghentikan daripada melanjutkan
secara berulang-ulang untuk mempraktikkan berbagai ritual,
dan operasi yang tanpa kehadiran seorang guru, tidak bisa
menghasilkan manusia sejati. Proses itu rumit dan hanya bisa
dipahami oleh persepsi-persepsi superior terhadap kebutuhan.
Rahasia yang dimiliki guru itu digunakan untuk menghasilkan
dan mengembangkan perubahan kepada orang lain yang akan
menggantikan tempatnya. Tanpanya, komunitas tidak bisa maju
dalam arti sebenarnya, meskipun ia mungkin mempertahankan
bentuk lahirnya."
Paling tidak Ordo "Sufiyin" (Sophiens) itu telah belajar
sesuatu. Fragmen-fragmennya tampaknya tetap bertahan hidup
dengan susah-payah, sebab beberapa tahun kemudian, menurut
riwayat, hidup di India.
Apakah pintu itu tertutup bagi kebaikan? Tampaknya
demikian. Bukan saja Barat telah memiliki ilmu, seni dan
bahan-bahan lain yang memadai untuk dimanfaatkan, tetapi
mereka juga memiliki senjata propaganda. Perjuangan
geo-politis dengan sangat baik digambarkan oleh Profesor
Toynbee,2
digabungkan dengan mentalitas gerakan Salib, meneruskan
untuk menodai segala sesuatu yang berbau Saracen;
orang-orang Arab bukan saja dipandang sesat, kafir dan
menyebalkan, tetapi juga kejam dan membahayakan. Barat
mewarisi tradisi ini, yang secara mantap diperkuat oleh
berbagai peristiwa. Pertama adalah bahwa orang-orang Arab
Spanyol harus dipukul mundur dari perbatasan-perbatasan
Prancis. Kemudian orang-orang kafir (Muslim) yang menguasai
Tanah Suci (Jerusalem). Lalu orang-orang Turki mempersiapkan
diri untuk menggoncang gerbang-gerbang Wina. Mohammedanisme
(Islam) menyatu dalam pikiran Barat yang menghadirkan suatu
ancaman dan kejahatan yang harus dibendung dan diserang
balik. Tahapan akhirnya dengan baik dimasuki oleh berbagai
kepentingan misioner yang bertujuan mengalahkan Islam untuk
kejayaan Gereja yang lebih besar. Keberadaan imperium Turki
hanya membuktikan bahwa musuh kafir itu masih menjadi
ancaman. Bagaimanapun, sedikit yang diketahui dari
orang-orang yang dalam banyak kasus sekarang ini menjadi
anggota dari komunitas-komunitas yang tergantung itu, apakah
matahari terbenam atas mereka atau tidak.
Hanya orang-orang aneh saja yang tertarik pada filsafat
Timur. Orang-orang aneh bisa ditemukan dalam setiap
komunitas. Apakah seseorang menoleh ke Turki atau menjadi
pribumi? Bangsa yang tidak tahu kesehatan dan bahkan tidak
menerima Injil serta bangsa terjajah tampaknya sulit untuk
mengajarkan sesuatu. Bagaimanapun, biarkan mereka menata
rumahnya sendiri.
Meskipun ada orang-orang yang melihat di balik pandangan
temporer tentang perkembangan manusia, meskipun mereka tidak
akan pernah yakin bahwa lingkungan di mana mereka menemukan
dirinya adalah juga bersifat temporer sebagaimana sekarang
kita mengetahuinya. Proses itu dimulai secara dini, lebih
awal dari yang bisa diyakini. Arus Sufistik telah
bekerja.
Kita harus kembali ratusan tahun silam ke Majorca untuk
menemukan jejak kehidupan ganda yang dipimpin oleh para
penganut mistik pada waktu itu tokoh-tokoh Kristen berperan
ganda sebagai guru Sufi.
Brother Anselm of Turmeda adalah seorang penganut mistik
Majorca pada zaman kegelapan --dan seorang saint (orang
suci) bagi kalangan Kristen. Tetapi ini jauh dari segalanya.
Di kalangan orang-orang Spanyol Muslim, ia adalah Sufi
(wali) Abdullah at Taijuman. Apa yang telah diajarkannya?
Bukunya, Pertikaian Keledai dengan Brother Anselmo,
merupakan suatu bentuk terjemahan harfiah dari sebagian
Ensiklopedia Ikhwanush Shafa. Karena nama Arabnya secara
harfiah berarti "Hamba Allah", "Sang Penerjemah", maka tidak
ada alasan mengapa ia tidak berusaha menyebarkan
ajaran-ajaran Sufi melalui penerjemahan. Seorang sarjana
Spanyol modern (Angel Gonzalez Palencia, dalam Hispania,
XVIII, 3 Oktober 1935) memberikan perhatian kepadanya dan
menyebutnya el estupendo plagiario --tetapi pada Abad
Pertengahan, pengetahuan tidak dipandang sebagai milik
pribadi-pribadi, terutama pengetahuan yang diterbitkan oleh
sebuah kelompok rahasia seperti Ikhwanush Shafa. Sementara
hak salinan belum dikenal.
Kaitan hidup antara ajaran Arab dan Kristen diteruskan
oleh pribadi aneh lainnya, yaitu seorang pastor pembelot.
Pada tahun 1782, Pastor Juan Andres, seorang Jesuit
terbuang, menerbitkan sebuah buku terkenal Origen, progresos
y estado actual de toda la literatura. Ia berusaha
memperlihatkan hutang Eropa pada pengetahuan Arab-Spanyol.
Ia menunjuk pada difusi ilmu, bahkan mengakui hutang St.
Thomas pada sumber ini. Ia melihat bahwa puisi Spanyol
muncul dari perkembangan bahasa Arab di Spanyol, termasuk
roman-roman Provencal dan troubador serta bait lirik Italia,
begitu pula perkembangan novel, fabel dan musik dari Alfonso
the Sage yang berbahasa Arab.
Bagaimana pemeluk Jesuit yang membelot itu mengetahui
semua hal ini? Pada masa itu tidak ada dokumentasi yang
tersedia untuknya. Meskipun demikian, dengan cara yang tidak
bisa dijelaskan, ia menemukan fakta-fakta tentang warisan
Arab --terutama di bidang tasawuf-- terhadap Barat yang pada
masa berikutnya semuanya dipilah-pilah, hampir setiap pokok
bahasan, sebagian besar melalui kajian berbagai dokumen Arab
Spanyol. Bahkan kemungkinan asal-usul sistem Jesuit berasal
dari madzhab-madzhab Fathimiyah di
Mesir3 hampir
tidak bisa bersandar pada persepsi yang diperlihatkan oleh
mantan Pastor Andres, sebab ia bukanlah suatu madzhab Sufi.
Apa ada suatu arus dari ajaran yang tersembunyi, suatu
bentuk ajaran kuno yang telah disadap oleh penganut Jesuit
buangan itu?
Sebenarnya memang ada. Pengaruh Timur pada zaman
kegelapan (Eropa) diserap dalam beberapa tingkatan. Yang
terpenting adalah pengaruh dalam bidang teologi dan
okultisme. Lully, Assisi, Scot dan puluhan tokoh lainnya
mengajarkan versi teologis. Tetapi kita hanya perlu melihat
sepintas daftar nama-nama termasyhur dalam pencerahan
okultisme Eropa untuk melihat apakah sifat dasar dari ajaran
rahasia yang mereka turunkan, betapapun kacaunya
bentuknya.
Raymond Lully, menurut para pengamat okultisme, adalah
seorang ahli alkimia dan orang yang tercerahkan.
Menurut penganut yang taat, ia adalah seorang misionaris
Kristen. Menurut tulisan-tulisannya sendiri, ia adalah
seorang penyadur kitab-kitab dan latihan-latihan Sufi. Roger
Bacon, seorang tokoh okultisme lainnya, menulis tentang
pencerahan spiritual Sufi. Paracelsus yang mencoba
memperbarui pengobatan Eropa, menghadirkan gagasan-gagasan
Sufi. Ia juga merupakan salah satu tokoh dari para "ahli
magis" dan alkimia. Geber (Jabir) adalah seorang Sufi
Iraq yang sangat termasyhur --ia juga ahli alkimia.
Ia dikenal sebagai guru okultisme. Tokoh yang juga tergolong
dalam tradisi okultisme adalah Albertus Magnus, yang
merupakan pemikir skolastik dan ahli magis, pernah belajar
di sekolah-sekolah Arab dan telah mengilhami St. Thomas
Aquinas. Beberapa Paus yang diduga sebagai ahli magis atau
penerus suatu ajaran rahasia adalah lulusan dari
sekolah-sekolah Arab --seperti Paus Gerbert, Paus Silvester
II. Laurence, Uskup Malfi, dituduh telah belajar ajaran
rahasia dari Silvester. Demikianlah proses tersebut
berlanjut.
Dalam organisasi-organisasi itu ceritanya sama. Jika Ordo
Franciscan memperlihatkan asal-usul Sufi, demikian pula Ordo
Rosicrucian dan Mason. Terminologi para penyihir kontemporer
di Inggris mengandung ungkapan-ungkapan Arab yang tidak
diterjemahkan. Penghormatan, "Blessed Be!" (Berkatilah)
memang tidak begitu berarti, tetapi memberikan suatu contoh
terjemahan langsung dari penghormatan Sufi, "Mabaruk basyad"
--permohonan barakah terhadap seseorang atau majelis.
Oleh karena itu, ajaran rahasia dalam setiap ungkapannya
yang bisa kita ketahui, berubah menjadi sangat sedikit
selain dari simplisitas bagi siapa saja yang memiliki
kesabaran atau pengetahuan umum tentang apa yang ada di sisi
pintu ketika ia tertutup, semuanya berabad-abad yang
lalu.
Disamping semua drama dan penemuan yang gempar, selalu
ada kehidupan dalam setiap ilmuwan ketika getaran kesadaran
tumbuh dalam dirinya. Mungkin ini merupakan akibat dari
suatu pemikiran kecil yang bekerja dalam batin, dengan sabar
mengumpulkan serpihan-serpihan informasi yang diabaikan,
tiba-tiba menyeruak ke dalam cahaya yang menyilaukan. Para
penemu, ilmuwan dan sejarawan merasakan pengalaman ini.
Miguel Asin Palacios, pakar Arab Spanyol yang termasyhur,
meskipun seorang Kristen yang taat, merasakan getaran ini
ketika menggeluti karya madzhab Isyraqi (iluminis) dari para
filosuf Sufi dan menyadari apa yang telah mereka berikan
pada dunia --bahkan yang tertinggi mencapai dunia
Katholik.
Adalah pada abad kesembilan, Ibnu Masarra dari Cordoba
mengajarkan kepada sekelompok murid pilihan apa yang ia
ketahui tentang tingkatan tinggi yang mampu dicapai oleh
kesadaran manusia. Dari permulaan-permulaan ini, para
penganut Isyraqi menyediakan substansi bagi berbagai kiasan
Dante; ajaran-ajaran dari madzhab yang dikenal sebagai
kelompok Agustinian pada Abad Pertengahan; hikmah dari
beberapa pendiri filsafat modern --Duns Scotus dan Roger
Bacon dari Inggris, Raymond Lully dari Majorca, St. John of
the Cross termasuk mereka yang dianggap Suci. Solomon ibnu
Gabirol, seorang pemikir Yahudi dari Malaga, mendasarkan
karyanya Fount of Life pada karya Masarra. Selanjutnya,
karya ini mengilhami madzhab Franciscan (Hitti, History of
the Arabs, hlm. 580).
Ketika ia semakin mendalami berbagai manuskrip langka
yang terabaikan dan hampir-hampir tak tersentuh sejak
pengusiran orang-orang Moor, kebahagiaan Profesor Asin
semakin memuncak. Di dalam naskah Maghribi dari para Sufi
Spanyol seribu tahun silam yang aneh dan kadangkala keras,
bukan saja terkandung gagasan tentang filsafat Isyraqi
--tetapi dalam banyak kasus, ia menemukan berbagai kutipan
harfiah yang dikutip dalam karya-karya para mistikus dan
filosuf yang namanya sangat terkenal di kalangan orang-orang
saleh Eropa. Meskipun demikian, Asin tidak sendirian dalam
penemuan ini, karena Profesor Ribera telah mencatat
fakta-fakta ini, seperti pernyataan dari mistikus besar
Majorca, Lully yang telah menulis karya utamanya "Kitab
tentang Pecinta dan Kekasih", dengan menggunakan pola
karangan yang biasa dipakai oleh para Sufi.
Semua ini semakin terasa mencolok karena kaum Sufi
Isyraqi termasuk Sufi paling masyhur, namun paling rahasia
dari semua madzhab Sufi lainnya. Tokoh-tokoh intelektual
agung seperti Suhrawardi, Ibnu Arabi dari Murcia dan
al-Ghazali secara tegas menyatakan dalam berbagai karya
umumnya, agar tidak menyampaikan data utama yang bisa
mengantarkan jiwa manusia kepada transformasi sebenarnya dan
menyempurnakan "Kimia Kebahagiaan", sebagaimana diistilahkan
al-Ghazali. Keanehan itu menunjukkan bahwa kontradiksi
antara gnostisisme dan agnostisisme sebenarnya bertemu dalam
jalan Sufi, dan hal ini membingungkan orang-orang luar
(eksternalis) yang berupaya menembus berbagai pengalaman
dari madzhab-madzhab Isyraqi itu. Hal ini sampai sekarang
masih membingungkan sebagian orang.
Tetapi ada bukti bahwa pada tingkatan-tingkatan terdalam
dari rahasia Sufi terdapat suatu komunikasi timbal balik
dengan para mistikus Barat Kristen. Sementara pengaruh
filsafat iluminis secara mendasar juga mempengaruhi Timur
--para penganut mistik Persia, Turki dan Afghanistan
mengikuti para iluminis. Arkon Daraul (A History of Secret
Societies, NewYork, 1962) telah memperlihatkan bahwa proses
iluminisme sebagai tuan rumah bagi 'suatu rahasia di dalam
suatu rahasia' berlanjut sampai saat ini. Kalangan iluminis
Inggris, Prancis dan Jerman membentuk suatu masyarakat
rahasia, kelompok Alumbrados Spanyol dan berbagai lingkaran
perintis lainnya, tetap menyebarkan berbagai ajaran dari
para sarjana Spanyol ini.
Sebelum beralih pada pembahasan tentang apa itu
iluminisme, kami akan membicarakan apa yang dikatakan oleh
para pengikutnya tentang asal-usulnya. Di sini lagi-lagi
kita menjumpai teori doktrin rahasia itu dalam
perkembangannya secara utuh. Kitab rahasia Hikmah Isyraqi
(Pencerahan) menyatakan, bahwa filsafat itu identik dengan
ajaran-ajaran batin dari semua (filosuf) kuno --Yunani,
Persia dan Mesir-- dan merupakan ilmu Cahaya serta Kebenaran
terdalam. Melalui latihan spiritualnya, manusia bisa
mencapai suatu maqam (status) yang pada keadaan biasa hanya
bisa diimpikannya.
Roger Bacon mengulangi penegasan ini berkali-kali. Dari
dia lah gagasan itu disebarkan ke seluruh Eropa, yang
melahirkan berbagai madzhab rahasia, beberapa diantaranya
murni sementara lainnya hanyalah gadungan. "Pengetahuan
ini," ujar Bacon, "dicapai oleh Nuh dan Ibrahim, demikian
pula para guru Chaldea dan Mesir maupun Zoroaster, Hermes
dan para filosuf Yunani seperti Pythagoras, Anaxagoras dan
Socrates --dan para Sufi." Suhrawardi yang menulis kitab
rahasianya seratus tahun sebelum Bacon --atau lebih tepatnya
Bacon mengutip karyanya, sebagaimana Baron Carra de Vaux
telah memperlihatkannya (Journal Asiatique, XIX hlm.
63).
Di antara liku-liku aneh dalam sejarah, kita mungkin bisa
melihat Bacon dijuluki sebagai seorang Rosicrucian, penganut
jalan Salib Mawar --suatu kesalahan penerjemahan dari
ungkapan-ungkapan Sufi "Jalan Mawar".
Tidak bisa dipungkiri bahwa para pemeluk agama yang
fanatik dan lainnya akan menyerang balik para sarjana Barat
yang menggali berbagai ajaran Sufi sebagai dasar kerja yang
telah dikagumi dan disambut hangat selama berabad-abad oleh
semua pemeluk Kristen ortodoks. Oleh karena itu, Asin
menjawab (Obras Escogidas, I, Madrid, 1946) dengan semua
penekanan yang ada padanya:
"Sebuah tesis doktoral yang baru-baru ini diterbitkan
--Character and Origins of the Ideas of the Blessed Raymond
Lully, Toulouse, 1912-- karya Mr. Probost, dengan keberanian
yang kekanak-kanakan, menyebut Menedez y Pelayo, Ribera dan
saya sebagai pendusta dan romantik karena mempertahankan
adanya pertalian Arab dalam sistem pemikiran Lully. Anak
muda amatiran ini tidak mengetahui studi saya, Psychology
Accordimg to Mohiedin Abenarabi (Psikologi menurut Muhyiddin
Ibnu Arabi), yang diterbitkan dalam Actes du XIV Congres des
Orientalistes tujuh tahun yang lalu, dimana di dalamnya saya
telah memperlihatkan secara dokumenter salinan kiasan
'Cahaya-cahaya'." Bahkan pada masa itu, sebelum berbagai
kajiannya tentang Iluminisme para Sufi tuntas, Asin telah
siap dan ingin menunjukkan berbagai dokumen untuk
membuktikan pernyataannya itu.
Dalam karya orang-orang seperti Asin, pendulum itu
berayun ke belakang dan pengaruh Sufi bisa dikenali. Tetapi
adanya penemuan bahwa para pemikir Kristen menggunakan
kitab-kitab dan cara-cara Sufi. Sementara terminologi Sufi
itu telah menimbulkan berbagai akibat yang tidak bisa
dihindari, yang dinyatakan dalam berbagai penjelasan dimana
sekarang ini mengalir dari sel-sel skolastik modern.
Sekarang dinyatakan bahwa Sufisme bisa menghasilkan
pengalaman mistik yang sebenarnya, karena para Sufi
mengagungkan Yesus. Lebih jauh lagi, Sufisme secara mendasar
dipengaruhi oleh ajaran Kristen pada masa awalnya.
Implikasinya adalah bahwa idea-idea Sufistik tidak perlu
ditolak. Jika St. John of the Cross dan Lully bisa
mempergunakannya, maka niscaya ada kebaikan tertentu
padanya. Kalangan skolastik menelusuri kembali bagian dari
keyakinan mereka dan menulis kembali sejarah mereka untuk
mengungkapkan berbagai fakta yang tidak mengenakkan.
Satu-satunya bahaya dalam kegiatan ini adalah bahwa, karena
bahan-bahan baru diketahui, pembentukan sikap resmi kembali
adalah suatu keharusan. Hal ini menjadi semacam latihan
mental. Mereka yang tidak menganut keyakinan teologis yang
kuat akan sibuk menelusuri kembali Sufisme dari
"kebetulan-kebetulan" dalam doktrin-doktrin kuno.
Kontak dengan para Sufi, yang terbukti sama sekali tidak
menyeramkan, mendorong perkembangan menarik lainnya dalam
pemikiran Barat, sebagai suatu proses yang masih
berlangsung. Perkembangan ini dengan tepat bisa diistilahkan
sebagai pengakuan. Suatu kesadaran terhadap kesamaan
pemikiran Sufistik dengan intuisi dari berbagai idea Barat
telah membawa banyak orang kepada suatu titik dimana mereka
memusatkan perhatiannya pada sistem tersebut. Melalui
pemikiran Sufistik terungkap dua alasan --pertama karena
dasar-dasar praktik Sufi inheren dengan pikiran manusia
("Hanya ada satu Jalan yang Benar") dan karena semua jenis
pelatihan Barat merupakan benih-benih gagasan yang
disampaikan para Sufi dari Spanyol, Sicilia dan di mana
saja. Berbagai sentimen Sufistik Khayyam dan lain-lainnya
yang hampir ternaturalisasikan di Barat, merupakan sumber
lain dari penggabungan aliran ini. Kita memiliki berbagai
aspek penggabungan tersebut dalam buku ini dan dipilih untuk
menggambarkan hal itu bukan sebagai suatu penjabaran yang
lengkap.
Pengajaran dari satu akhir ajaran rahasia yang
berkesinambungan itu, yang mana kitab-kitab filosuf hanyalah
suatu bagian tanpa kunci, argumen-argumen tanpa aksi,
disebarkan ke Barat melalui para Sufi Isyraqi Spanyol dan
kemungkinan juga melalui Timur Dekat. Salah satu salurannya
telah kita ketahui --dari Andalusia penyebaran idea ini
telah ditelusuri oleh Asin dan para sahabatnya sampai kepada
Roger Bacon dan Raymond Lully. Yang lainnya mengikuti jejak
dalam karya Alexander Hales dan Duns Scotus. Ia telah
melihat pengaruh yang menentukan terhadap kalangan skolastis
Barat yang disebut sebagai Agustinian.
Catatan tradisional tentang bagaimana dan dari mana
ajaran-ajaran itu disampaikan, secara parsial terkandung
dalam Kitab Hikmah Isyraqi (Pencerahan), yang ditulis oleh
Suhrawardi sang martir (asy-Syahid). Ia hidup mulai tahun
1154 sampai 1191, seorang Timur yang tinggal di Aleppo dan
dibunuh oleh kalangan ortodoks karena tekanan keponakan
Salahuddin, tidak mampu mempertahankannya. Oleh karena itu,
ia dikenal dengan nama Suhrawardi al-Maqtun (Suhrawardi the
Murdered). Ia adalah salah satu guru Sufi terbesar dan
madzhabnya mengilhami Dante sebagaimana telah ditunjukkan
oleh Asin. "Syekh yang Terbunuh" itu tidak menurunkan teori
Isyraqi dalam Sufisme dan tidak menurunkan tradisi silsilah
para guru dari masa lampau. Tetapi dalam pengantar kitabnya,
kita memiliki sketsa berbagai ajarannya tentang masalah ini.
Semua salinannya dibakar, tetapi sebagian berhasil
diselamatkan terutama di Timur.
Sebagaimana hampir semua kitab Sufi, karya ini ditulis
untuk memenuhi permintaan yang berulang-ulang, seperti yang
ia nyatakan --ditulis untuk para teman dan sahabatnya.
Filsafat selalu ada, dan selalu ada filosuf sejati di dunia
ini. Berbagai perbedaan antara para filosuf kuno dan modern
terletak pada bukti dan demonstrasi. Aristoteles adalah
seorang guru besar, tetapi ia tetap bergantung kepada para
pendahulunya. Diantaranya adalah Hermes, Aesculapius dan
lain-lainnya dalam rentetan yang sangat panjang. Mereka
mungkin terbagi ke dalam berbagai tingkatan, sebagian lebih
tinggi dari yang lainnya, sesuai dengan tingkat penalaran,
pemikiran, kepercayaan, dan seterusnya. Arti penting filosuf
begitu besar, sehingga jika ditemukan seorang filosuf yang
benar-benar sempurna, maka ia adalah wakil Tuhan di bumi
ini. Tetapi filosuf batin selalu lebih unggul dibandingkan
filosuf skolastik. Tidak pernah ada suatu masa dimana
seorang dalam Teosof (Arif billah) yang agung tidak hadir di
dalamnya. Filosuf spekulatif tidak memiliki hak atau
mengklaim kekuasaan. Kekuasaan ini mungkin bukan kekuasaan
politik, tetapi jika hikmah dan kekuasaan secara material
digabung, maka masa itu akan tercerahkan. Akan tetapi
filosuf mungkin akan tetap dikenal karena kebajikannya yang
tulus meskipun ia memiliki kekuasaan di dunia ini.
Bagi filosuf, yang terbaik adalah memadukan pandangan
batin dengan pengalaman, dibandingkan dengan hanya menguasai
salah satunya. Tidak seorang pun bisa mengambil manfaat
dalam mengkaji Sufisme, kecuali jika ia telah membebaskan
dirinya dari berbagai kebiasaan mental dalam filsafat
formal. Orang yang belum berkembang semacam ini seharusnya
hanya mengunjungi filosuf yang dikenal secara umum. Dalam
Sufisme, persepsi tertentu harus dikembangkan dan
pengernbangan selanjutnya bergantung pada persepsinya. Hal
ini sejalan dengan metode skolastik dimana berbagai
pengalaman dibentuk dan berbagai idea membentuk idea
lainnya. Jika cara Sufi ini tidak diikuti, maka seseorang
tidak bisa dipandang sebagai filosuf sejati.
Ajaran-ajaran kuno Mesir dan Yunani berkaitan langsung
dengan Sufisme, dan bersama ajaran-ajaran ini niscaya
pengungkapannya harus mengambil tempat serta berhubungan
dengan pengalaman, artinya pengembangan berbagai persepsi
dalam Sufisme. Terminologi dari para penganut iluminisme
menunjukkan bahwa teori itu mencakup hikmah kuno dari bangsa
Semit maupun Persia. Oleh karena itu, ia menunjukkan tema
kesatuan esensial dalam filsafat "Tunggal" pada tataran
teori dan praktik.
Dalam skolastisisme formal, pembagian (atau tepatnya
pembedaan) antara akal dan inspirasi niscaya begitu penting
sehingga bagi pembaca yang belum tahu pada awalnya sulit
untuk memahami bahwa kedua hal itu dipandang tidak bisa
dipisahkan jika ingin mencapai kebenaran menurut madzhab
iluminisme itu. Oleh karena itu, Sufi menekankan bahwa
langkah kesadaran ini harus dilakukan.
Catatan:
1 Profesor Philip Hitti,
History of the Arabs, hlm. 584.
2 A. J. Toynbee, A Study
of History, Vol. III: Masa-masa kepahlawanan --
Kontak-kontak Antar peradaban dalam Ruang, Oxford, 1956,
hlm. 216 dan seterusnya, di bawah sub-bab "Pengepungan Dunia
Islam oleh Barat, Persia dan Tibet".
3 Berbagai korespondensi
itu tercatat dalam karya otoritatif Ameer Ali, Short History
of Saracens.
|