|
Burung dan Telur
Konon, ada seekor burung yang tidak mempunyai tenaga
untuk terbang. Seperti ayam, ia berjalan saja di tanah,
meskipun ia tahu bahwa ada burung yang bisa terbang.
Pada suatu ketika, terjadilah, lewat berbagai keadaan,
ada telur seekor burung yang bisa terbang yang dierami oleh
burung yang tak bisa terbang itu.
Setelah sampai waktunya, telur itu pun menetas. Burung
kecil itu masih mempunyai kemampuan untuk terbang yang
selalu dimilikinya, bahkan ketika ia masih berada dalam
telur.
Ia pun berkata kepada orang tua angkatnya, "Kapan aku
akan terbang?" Dan burung yang hanya bisa berjalan di tanah
itu menjawab, "Tetaplah terus belajar terbang, seperti yang
lain."
Sebab burung itu tidak tahu bagaimana mengajarkan anak
angkatnya itu terbang, ia bahkan tidak tahu bagaimana
menjatuhkannya dari sarang agar ia bisa belajar terbang.
Dan aneh bahwa burung kecil itu tidak mengetahui hal
tersebut. Pengenalannya terhadap keadaan terkacaukan oleh
kenyataan bahwa ia merasa berterima kasih kepada burung yang
telah menetaskannya.
"Tanpa jasanya," katanya pada diri sendiri, "tentu aku
masih berada dalam telur."
Dan lagi, kadang-kadang ia bergumam pada diri sendiri,
"Siapa pun yang bisa mengeramiku, tentu bisa juga
mengajariku terbang. Pasti ini hanya soal waktu saja, atau
karena usahaku yang tanpa bantuan, atau karena suatu
kebijaksanaan agung: ya, pasti karena itu. Akan tiba
waktunya, suatu hari nanti aku akan dibawa ke tahap
berikutnya oleh ia yang telah membawaku sejauh ini."
Kisah ini terdapat dalam beragam bentuk pada versi-versi
yang berbeda dari karya Suhrawardi, Awarif al-Ma'arif pada
abad kedua belas, dan mengandung berbagai pesan. Dikatakan
bahwa kisah ini bisa ditafsirkan secara intuitif sesuai
dengan tahap kesadaran yang dicapai oleh si murid. Yang
jelas, kisah ini mengandung ajaran moral, beberapa di
antaranya menekankan nilai-nilai paling mendasar dari
peradaban modern, termasuk: 'Adalah menggelikan anggapan
bahwa suatu hal mengikuti sesuatu yang lain; anggapan itu
menghambat kemajuan selanjutnya,' dan 'Hanya karena seorang
bisa melakukan fungsi tertentu tidak berarti bahwa ia bisa
melakukan fungsi lainnya.'
(terjemahan
lain)
|