|
Sesekali, Timur Lenk ingin juga mempermalukan Nasrudin. Karena Nasrudin
cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran. Maka
diundangnya Nasrudin ke tengah-tengah prajuritnya. Dunia prajurit,
dunia otot dan ketangkasan.
"Ayo Nasrudin," kata Timur Lenk, "Di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah
kemampuanmu memanah. Panahlah sekali saja. Kalau panahmu dapat mengenai
sasaran, hadiah besar menantimu. Tapi kalau gagal, engkau harus merangkak
jalan pulang ke rumahmu."
Nasrudin terpaksa mengambil busur dan tempat anak panah. Dengan memantapkan
hati, ia membidik sasaran, dan mulai memanah. Panah melesat jauh dari
sasaran. Segera setelah itu, Nasrudin berteriak, "Demikianlah gaya tuan
wazir memanah."
Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi.
Masih juga panah meleset dari sasaran. Nasrudin berteriak lagi, "Demikianlah
gaya tuan walikota memanah."
Nasrudin segera mencabut sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi.
Kebetulan kali ini panahnya menyentuh sasaran. Nasrudin pun berteriak lagi,
"Dan yang ini adalah gaya Nasrudin memanah. Untuk itu kita tunggu hadiah
dari Paduka Raja."
Sambil menahan tawa, Timur Lenk menyerahkan hadiah Nasrudin.
[ Site Isnet ] [ Kisah Nasrudin Dan Timur Lenk ] [ Kisah Nasrudin ]
Dirancang oleh ISNET, 1999. |