|
BAB 1: PENGETAHUAN TENTANG DUNIA
Dunia ini adalah sebuah panggung atau pasar yang
disinggahi oleh para musafir di tengah perjalannya ke tempat
lain. Di sinilah mereka membekali diri dengan berbagai
perbekalan untuk perjalanan itu. Jelasnya, di sini manusia
dengan menggunakan indera-indera jasmaniahnya, memperoleh
sejumlah pengetahuan tentang karya-karya Allah serta,
melalui karya-karya tersebut, tentang Allah sendiri. Suatu
pandangan tentang-Nya akan menentukan kebahagiaan
masa-depannya. Untuk memperoleh pengetahuan inilah ruh
manusia diturunkan ke alam air dan lempung ini. Selama
indera-inderanya masih tinggal bersamanya, dikatakan bahwa
ia berada di "alam ini". Jika kesemuanya itu pergi dan hanya
sifat-sifat esensinya saja yang tinggal, dikatakan ia telah
pergi ke "alam lain".
Sementara manusia berada di dunia ini ada dua hal yang
perlu baginya. Pertama, perlindungan dan pemeliharaan
jiwanya; kedua, perawatan dan pemeliharaan jasadnya.
Pemeliharaan yang tepat atas jiwanya, sebagaimana
ditunjukkan di atas, adalah pengetahuan dan cinta akan
Tuhan. Terserap ke dalam kecintaan akan segala sesuatu
selain Allah berarti keruntuhan jiwa. Jasad bisa dikatakan
sebagai sekadar hewan tunggangan jiwa dan musnah, sementara
jiwa terus abadi. Jiwa mesti merawat badan persis
sebagaimana seorang peziarah, dalam perjalanannya ke Makkah,
merawat ontanya. Tetapi jika sang peziarah menghabiskan
waktunya untuk memberi makan dan menghiasi ontanya, kafilah
pun akan meninggalkannya dan ia akan mati di padang
pasir.
Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah manusia itu sederhana saja,
hanya terdiri dari tiga hal; makanan, pakaian dan tempat
tinggal. Tetapi nafsu-nafsu jasmaniah yang tertanam di dalam
dirinya dan keinginan untuk memenuhinya cenderung untuk
memberontak melawan nalar yang lebih belakangan tumbuh dari
nafsu-nafsu itu. Sesuai dengan itu, sebagaimana kita lihat
di atas, mereka perlu dikekang dan dikendalikan dengan
hukum-hukum Tuhan yang disebarkan oleh para nabi.
Sedangkan mengenai dunia yang mesti kita garap, kita
dapati ia terkelompokkan dalam tiga bagian, hewan,
tetumbuhan dan barang tambah. Produk-produk dari ketiganya
terus-menerus dibutuhkan oleh manusia dan telah
mengembangkan tiga pekerjaan besar; pekerjaan para penenun,
pembangun dan pekerja logam. Sekali lagi, semuanya itu
memiliki banyak cabang yang lebih rendah seperti penjahit,
tukang batu dan tukang besi. Tidak ada daripadanya yang bisa
sama sekali bebas dari yang lain. Hal ini menimbulkan
berbagai macam hubungan perdagangan dan seringkali
mengakibatkan kebencian, iri hari, cemburu dan lain-lain
penyakit jiwa. Karenanya timbullah pertengkaran dan
perselisihan, kebutuhan akan pemerintahan politik dan sipil
serta ilmu hukum.
Demikianlah, pekerjaan-pekerjaan dan bisnis-bisnis di
dunia ini telah menjadi semakin rumit dan menimbulkan
kekacauan. Sebab utamanya adalah manusia telah lupa bahwa
kebutuhan-kebutuhan mereka sebenarnya hanya tiga; pakaian,
makanan dan tempat tinggal, dan bahwa kesemuanya itu ada
hanya demi menjadikan jasad sebagai kendaraan yang layak
bagi jiwa di dalam perjalanannya menuju dunia berikutnya.
Mereka terjerumus ke dalam kesalahan yang sama sebagaimana
sang peziarah menuju Makkah yang, karena melupakan tujuan
ziarah dan dirinya sendiri, terpaksa menghabiskan seluruh
waktunya untuk memberi makan dan menghiasi ontanya.
Seseorang pasti akan terpikat dan terseibukkan oleh dunia -
yang oleh Rasulullah dikatakan sebagai tukang sihir yang
lebih kuat daripada Harut dan Marut - kecuali jika orang
tersebut menyelenggarakan pengawasan yang paling ketat.
Watak penipu dari dunia ini bisa mengambil berbagai
bentuk. Pertama, ia berpura-pura seakan-akan bakal selalu
tinggal dengan anda, sementara nyatanya ia pelan-pelan
menyingkir dari anda dan menyampaikan salam perpisahan,
sebagaimana suatu bayangan yang tampaknya tetap, tetapi
kenyatannya selalu bergerak. Demikian pula, dunia
menampilkan dirinya di balik kedok nenek sihir yang
berseri-seri tetapi tak bermoral, berpura-pura mencintai
anda, menyayangi anda dan kemudian membelot kepada musuh
anda, meninggalkan anda mati merana karena rasa kecewa dan
putus asa. Isa a.s. melihat dunia terungkapkan dalam bentuk
seorang wanita tua yang buruk muka. Ia bertanya kepada
wanita itu, berapa banyak suami yang dipunyainya, dan
mendapat jawaban, jumlahnya tak terhitung. Ia bertanya lagi,
telah matikah mereka ataukah diceraikan. Kata si wanita, ia
telah memenggal mereka semua. "Saya heran", kata Isa a.s.,
"atas kepandiran orang yang melihat apa yan gtelah kamu
kerjakan kepada orang lain, tetapi masih tetap
menginginimu." Wanita sihir ini mematut dirinya dengan
pakaian indah-indah dan penuh permata, menutupi mukanya
dnegan cadar, kemudian mulai merayu manusia. Sangat banyak
dari mereka yang mengikutinya menuju kehancuran diri mereka
sendiri. Rasulullah saw. Bersabda bahwa di Hari Pengadilan,
dunia ini akan tampak dalam bentuk seorang nenek sihir yang
seram, dengan mata yang hijau dan gigi bertonjolan.
Orang-orang yang melihat mereka akan berkata, "Ampun! Siapa
ini?" Malaikat pun akan menjawab, "Inilah dunia yang deminya
engkau bertengkar dan berkelahi serta saling merusakkan
kehidupan satu sama lain." Kemudian wanita itu akan
dicampakkan ke dalam neraka sementara dia menjerit
keras-keras, "Oh Tuhan, di mana pencinta-pencintaku dahulu?"
Tuhan pun kemudian akan memerintahkan agar mereka juga
dilemparkan mengikutinya.
Siapa pun yang mau secara serius merenung tentang
keabadian yang telah lalu, akan melihat bahwa kehidupan ini
seperti sebuah perjalanan yang babakannya dicerminkan oleh
tahun, liga-liga (ukuran jarak, kira-kira sama dengan tiga
mil) oleh bulan, mil-mil oleh hari, dan langkah-langkah oleh
saat. Kemudian, kata-kata apa yang bisa menggambarkan
ketololan manusia yang berupaya untuk menjadikannya tempat
tinggal abadi dan membuat rencana-rencana untuk sepuluh
tahun mendatang mengenai apa-apa yang boleh jadi tak pernah
ia butuhkan, karena sangat mungkin ia sepuluh hari lagi
sudah berada di bawah tanah.
Orang-orang yang telah mengumbar diri tanpa batas dengan
kesenangan-kesenangan dunia ini, pada saat kematiannya akan
seperti seseorang yang memenuhi perutnya dengan bahan
makanan terpilih dan lezat, kemudian memuntahkannya.
Kelezatannya telah hilang, tetapi ketidak-enakannya tinggal.
Makin berlimpah harta yang telah mereka nikmati -
taman-taman, budak-budak laki dan perempuan, emas, perak dan
lain sebagainya - akan makin keraslah mereka rasakan
kepahitan berpisah dari semuanya itu. Kepahitan ini akan
terasa lebih berat dari kematian, karena jiwa yan gtlah
menjadikan ketamakan sebagai suatu kebiasaan tetap akan
menderita di dunia yang akan datang akibat kepedihan
nafsu-nafsu yang tak terpuasi.
Sifat berbahaya lainnya dari benda-benda duniawi adalah
bahwa pada mulanya mereka tampak sebagai sekadar hal-hal
sepele, tetapi hal-hal yang dianggap sepele ini
masing-masing bercabang tak terhitung banyaknya sampai
menelan seluruh waktu dan energi manusia. Isa a.s. bersabda:
"Pencinta dunia ini seperti seseorang yang minum air laut;
makin banyak minum, makin hauslah ia sampai akhirnya mati
akibat kehausan yang tak terpuasi," Rasulullah saw.
bersabda: "Engkau tak bisa lagi bercampur dengan dunia tanpa
terkotori olehnya, sebagaimana engkau tak bisa menyelam
dalam air tanpa menjadi basah".
Dunia ini seperti sebuah meja yang terhampar bagi
tamu-tamu yang datang dan pergi silih berganti. Ada
piring-piring emas dan perak, makanan dan parfum yang
berlimpah-limpah. Tamu yang bijaksana makan sebanyak yang ia
butuhkan, menghirup harum-haruman, mengucapkan terima kasih
pada tuan rumah, lalu pergi. Sebaliknya tamu-tamu yang tolol
mencoba untuk membawa beberapa piring emas dan perak hanya
dengan akibat semua itu direnggutkan dari tangannya dan ia
pun dicampakkan ke dalam keadaan kecewa dan malu.
Akan kita tutup gambaran tentang sifat-menipu dunia
dengan tamsil pendek berikut ini. Misalkan sebuah kapal akan
sampai pada sebuah pulau yang berhutan lebat. Kapten kapal
berkata kepada para penumpang bahwa ia akan berhenti selama
beberapa jam di sana, dan mereka boleh berjalan-jalan di
pantai sebentar, tetapi memperingatkan mereka agar tidak
terlalu lama. Maka para penumpang pun turun dan bertebaran
ke berbagai arah. Meskipun demikian, orang yang paling
bijaksana akan segera kembali, menemukan bahwa kapal itu
kosong, lalu memilih tempat yan gpaling nyaman di dalamnya.
Kelompok penumpang yang kedua menghabiskan waktu yang agak
lebih lama di pulau tersebut, mengagumi dedaunan, pepohonan
dan mendengarkan nyanyian burung-burung. Ketika kembali ke
kapal mereka temui tempat-tempat yang paling nyaman di kapal
tersebut telah terisi dan terpaksa puas dengan tempat yang
agak kurang nyaman. Kelompok ketiga berjalan-jalan lebih
lauh lagi dan menemukan batu-batu berwarna yang amat indah,
lalu membawanya kembali ke kapal. Keterlambatan itu memaksa
mereka untuk mendekam jauh di bagian paling rendah kapal
itu, tempat mereka dapati batu-batuan yang mereka bawa -
yang ketika itu telah kehilangan segenap keindahannya -
mengganggu mereka di perjalanan. Kelompok terakhir
berjalan-jalan sedemikian jauh sehingga tak bisa dijangkau
lagu oleh suara kapten kapal yang memanggil mereka untuk
kembali ke kapal. Sehingga kapal itu pun akhirnya terpaksa
berlayar tanpa mereka. Meraka luntang-lantung dalam keadaan
tanpa harapan dan akhirnya mati kelaparan, atau menjadi
mangsa binatang buas.
Kelompok pertama mencerminkan orang-orang beriman yang
sama sekali menjauhkan diri dari dunia, dan kelompok yang
terakhir adalah kelompok orang kafir yang hanya mengurusi
dunia ini dan sama sekali tidak mengacuhkan yang akan
datang. Dua kelompok di antaranya adalah orang-orang yang
masih mempunyai iman, tapi menyibukkan diri mereka, sedikit
atau banyak, dengan kesia-siaan benda-benda sekarang.
Meskipun telah kita katakan banyak hal yang menentang
dunia, mesti diingat bahwa ada beberapa hal di dunia ini
yang tidak termasuk di dalamnya, seperti ilmu dan amal baik.
Seseorang membawa bersamanya ilmu yang ia miliki ke dunia
yang akan datang dan, meskipun amal-amal baiknya telah
lampau, efeknya tetap tinggal dalam pribadinya. Khususnya
dengan ibadah yang menjadikan orang terus-menerus ingat dan
cinta kepada Allah. Semuanya ini termasuk "hal-hal yang
baik", dan sebagaimana difirmankan dalam al-Quran, "tidak
akan hapus."
Ada hal-hal lainnya yang baik di dunia ini, seperti
perkawinan, makanan, pakaian dan lain sebagainya, yang oleh
orang yang bijaksana digunakan sekadarnya untuk membantunya
mencapai dunia yang akan datang. Benda-benda lain yang
memikat pikiran yang menyebabkan setiap kepada dunia ini dan
ceroboh tentang dunia lain, adalah benar-benar kejahatan dan
disebutkan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya: "Dunia ini
terkutuk dan segala sesuatu yang terdapat di dalamnya juga
terkutuk, kecuali zikir kepada Allah dan segala sesuatu yang
mendukung perbuatan itu."
(sebelum, sesudah)
|