|
15. Burung-burung Membicarakan Perjalanan Menuju
Simurgh Seperti yang Disarankan Itu
Setelah mereka merenungkan kisah Syaikh San'an,
burung-burung itu pun memutuskan untuk meninggalkan segala
cara hidup mereka yang lama. Pikiran tentang Simurgh
membangkitkan mereka dari kelesuan jiwa; hanya cinta
terhadapnya semata yang memenuhi hati mereka, dan merekapun
mulai mempertimbangkan bagaimana memulai perjalanan itu.
Mereka berkata, "Lebih dulu kita harus mempunyai
petunjuk jalan yang akan mengurai menyimpulkan persoalan.
Kita membutuhkan pemimpin yang akan mengatakan pada kita apa
yang harus diperbuat, pemimpin yang dapat menyelamatkan kita
dari laut dalam ini. Kita akan mematuhinya dengan setulus
hati dan melakukan apa yang dikatakannya, baik yang
menyenangkan maupun yang tak menyenangkan, agar bola kita
akan jatuh di tongkat Pegunungan
Kaukasus.1
Kemudian zarrah akan menjadi satu dengan matahari yang agung
itu; dan bayang-bayang Simurgh akan jatuh pada kita. Kini,
mari kita menarik undian untuk memilih pemimpin. Kepada
siapa undian itu jatuh, dia akan menjadi pemimpin kita; dia
akan jadi besar di antara yang kecil."
Lalu mulai terjadi keributan, setiap mereka segera
bicara, tetapi ketika segala sesuatu sudah siap, siul dan
ocehan pun terhenti mati, dan burung-burung itu terdiam
sunyi. Penarikan undian dilakukan dengan upacara, dan
kebetulan undian jatuh pada Hudhud yang bersemangat itu.
Dengan bulat mufakat semua menyetujui dan berjanji akan
mematuhi Hudhud meskipun dengan mempertaruhkan hidup mereka,
dan tak akan sayang berkorban jiwa maupun raga. Hudhud
tampil ke muka dan sebuah mahkota pun dikenakan di
kepalanya.
Di tempat yang ditentukan, begitu banyak jumlah burung
yang berkumpul di sana sehingga tertutuplah bulan dan ikan
karenanya. Tetapi ketika mereka melihat jalan masuk ke
lembah pertama, mereka pun terbang membubung ke awan dengan
takut. Tetapi dengan kepak sayap dan lar yang lebih
bergairah, hasrat untuk meninggalkan segalanya pun hidup
kembali. Tetapi tugas di muka mereka berat dan jalan pun
panjang. Kesunyian mengeram di jalan yang membentang di
hadapan dan seekor burung pun bertanya pada Hudhud mengapa
begitu lengang. "Karena hormat yang ditimbulkan sang
Raja maka jalan yang menuju ke tempat persemayamannya begitu
lengang," jawab Hudhud.
Cerita Kecil tentang Bayazid
Bistami
Suatu malam ketika Syaikh Bayazid keluar kota, terasa
padanya bahwa kesunyian yang dalam meliputi tanah lapang.
Bulan menyinari dunia membuat malam seterang siang.
Bintang-bintang berkelompok menurut kecenderungan
masing-masing, dan setiap susunan bintang memiliki tugasnya
sendiri. Syaikh itu berjalan terus tak melihat sekilas gerak
atau seorang pun manusia. Hatinya terharu dan ia berkata,
"Rabbi, sedih yang menjara mengharu hamba. Mengapa maka
istana yang begitu lembut mengesan ini sunyi dari para
pemuja yang penuh damba?" "Tak usah heran,"
mata suara batin menjawab, "Raja tak memperkenankan
sembarang orang datang ke istana-Nya. Keagungan-Nya tak
memungkinkan Dia menerima para petualang di pintunya. Bila
tempat-suci keagungan kami melimpahkan kegemilangannya, ia
tak menghargai mereka yang pengantuk dan tak peduli. Kau
salah seorang di antara seribu yang mohon perkenan dan kau
harus menunggu penuh kesabaran."
Catatan kaki:
1 Secara harfiah, yang
dimaksudkan dengan "bola" di sini (dan juga di
tempat-tempat lain dalam buku ini, seperti pada bagian akhir
dalam Kisah Syaikh San'an di atas) ialah bola dalam
permainan polo berkuda, yang sudah dikenal di Persia Kuno
(antara lain dapat kita baca dalam Salaman dan Absal, sebuah
karya klasik buah tangan Jami, seorang penyair-sufi Persia,
1414 - 1492 Masehi). Dalam permainan itu, para pemain
berkuda, dan bola yang terbuat dari kayu dipukul dengan
tongkat-pemukul (mallet). Secara kias, agaknya yang dimaksud
dengan "bola" di sini ialah nasib peruntungan atau
lebih luas: hidup. Sedang "tongkat" Pegunungan
Kaukasus di sini agaknya ialah kekuasaan Simurgh, karena
Pegunungan Kaukasus ialah tempat semayam Simurgh. Maka
sebuah parafrase untuk anak kalimat itu agaknya dapat dibuat
sebagai berikut: "agar kita dapat menyerahkan nasib
peruntungan (hidup) kita pada kekuasaan Simurgh." -
H.A.
(sebelum,
sesudah)
|