|
16. Burung-burung Berangkat
Takut dan cemas menimbulkan jerit kepiluan burung-burung
itu ketika mereka memandang jalan yang tiada berulung di
mana topan pembebasan dari segala yang berbau bumi membelah
ruang langit. Dalam ketakutannya, mereka berdesak-desakan
dan minta petunjuk pada Hudhud. Mereka berkata, "Kami tak
tahu bagaimana harus menghadap Simurgh dengan hormat-takzim
sepatutnya. Tetapi kau pernah hidup di dekat Sulaiman dan
tahu sopan santun. Juga kau telah mendaki dan menuruni jalan
ini, dan berkali-kali terbang keliling dunia. Kau imam kami,
yang dapat mengikat melepaskan. Kami minta kau kini naik
mimbar dan mengajar kami. Ceritakan pada kami tentang jalan
itu dan tentang istana Raja serta upacara-upacara di sana,
karena kami tak ingin memperlihatkan tingkah laku yang
dungu. Juga segala macam kesulitan timbul dalam pikiran
kami, dan untuk perjalanan ini kami perlu bebas dari
kecemasan. Banyak pertanyaan yang mesti kami ajukan, dan
kami ingin kau akan dapat melenyapkan keragu-raguan kami;
jika tidak, kami tak akan dapat melihat dengan jelas di
jalan panjang ini."
Hudhud kemudian mengenakan mahkota di kepalanya, duduk di
singgasana dan bersiap diri hendak berbicara pada mereka.
Ketika pasukan burung-burung berjajar di mukanya dalam
barisan, Bulbul dan Perkutut mendekat, dan seperti dua
pembaca dengan suara yang sama, mereka memancarkan lagu yang
begitu merdu sehingga segala yang mendengar merasa
terhanyut. Kemudian satu demi satu, sejumlah burung mendekat
padanya untuk bicara tentang berbagai kesulitan dan
menyatakan alasan-alasan mereka.
(sebelum, sesudah)
|