91. BUNGA TERATAI
Aku sangat mengagumi temanku. Ia bermaksud menunjukkan
kepada tetangganya, betapa sucinya ia. Bahkan untuk itu
sampai-sampai ia mengenakan pakaian khusus. Aku selalu
menyangka, bahwa jika orang sungguh-sungguh suci, kesucian
itu akan terlihat oleh orang lain tanpa usaha apa pun
darinya. Tetapi temanku ini berusaha agar kesuciannya dapat
terlihat tetangganya. Ia bahkan mengumpulkan sejumlah murid
dengan maksud agar mereka ini menunjukkan kesucian yang
mereka miliki. Mereka menyebut hal ini 'memberi
kesaksian.'
Ketika melewati sebuah kolam, aku melihat sekuntum bunga
teratai yang sedang mekar. Tanpa pikir panjang kukatakan
kepadanya:
'Alangkah indahnya kau, bungaku! Dan betapa jauh lebih
indahnya Tuhan yang telah menciptakanmu!'
Ia menjadi tersipu-sipu karena ia samasekali tidak
menyadari keindahannya yang menakjubkan itu. Dan ia senang
karena Tuhanlah yang dimuliakan.
Ia menjadi jauh lebih indah justru karena tidak menyadari
keindahannya. Dan ia menarik perhatianku, justru karena
tidak berusaha untuk memikatku.
Tidak jauh dari situ ada kolam lain. Di sana kulihat
teratai lain yang menjulurkan daun-daunnya kepadaku dan
dengan malu-malu berkata: 'Lihatlah keindahanku dan
muliakanlah Penciptaku!'
Aku pergi meninggalkannya dengan rasa muak.
Kalau aku mulai berusaha memberi teladan yang baik, aku
ingin memberi kesan bagi orang lain. Berhati-hatilah
terhadap orang Farisi yang bermaksud baik!
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|