48. KUCING SANG GURU
Setiap kali guru siap untuk melakukan ibadat malam,
kucing asrama mengeong-ngeong, sehingga mengganggu orang
yang sedang berdoa. Maka ia menyuruh supaya kucing itu
diikat selama ibadat malam.
Lama sesudah guru meninggal, kucing itu masih tetap
diikat selama ibadat malam. Dan setelah kucing itu mati,
dibawalah kucing baru ke asrama, untuk dapat diikat
sebagaimana biasa terjadi selama ibadat malam.
Berabad-abad kemudian kitab-kitab tafsir penuh dengan
tulisan ilmiah murid-murid sang guru, mengenai peranan
penting seekor kucing dalam ibadat yang diatur sebagaimana
mestinya.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|