23. PENJELAJAH
Penjelajah itu pulang ke kampung halamannya. Penduduk
ingin tahu segala sesuatu tentang sungai Amazone. Tetapi
bagaimana mungkin mengungkapkan dalam kata-kata perasaan
yang memenuhi hatinya, ketika ia melihat bunga-bunga begitu
indah memukau dan mendengar seribu satu suara penghuni rimba
di waktu malam? Bagaimana menjelaskan perasaan hatinya,
ketika menghadapi binatang buas atau ketika mendayung perahu
kecilnya melewati arus sungai yang sangat berbahaya?
Ia berkata, 'Pergi dan temukanlah sendiri! Tidak ada yang
dapat menggantikan pertaruhan nyawa dan pengalaman pribadi.'
Namun sebagai pedoman bagi mereka, ia menggambarkan peta
sungai Amazone.
Mereka berpegang pada peta itu. Peta itu dibingkai dan
diletakkan di kantor kotapraja. Mereka masing-masing
menyalin peta itu. Dan setiap orang yang mempunyai peta,
menganggap dirinya seorang ahli tentang sungai Amazone.
Sebab, bukankah ia tahu setiap kelokan dan pusaran sungai,
berapa lebar dan dalamnya, di mana air mengalir deras dan di
mana terdapat air terjun?
Penjelajah itu selama hidupnya menyesalkan peta yang
telah dibuatnya. Mungkin lebih baik jika dulu dia tidak
menggambarkan apa-apa.
Katanya Buddha tidak pernah mau dipancing untuk berbicara
tentang Tuhan.
Rupanya ia menyadari bahaya-bahaya menggambar peta bagi
para cendekiawan di masa mendatang.
(Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ,
Yayasan Cipta Loka Caraka, Cetakan 7, 1994)
|