|
14. RUMPUN BAMBU
Choko, anjingku, duduk dengan penuh perhatian. Telinganya
tegak, ekornya mengibas tegang dan matanya memandang tajam
ke atas pohon. Ia mengamati gerak-gerik seekor kera. Hanya
satu yang menguasai seluruh kesadarannya: kera. Dan karena
ia tidak mempunyai akal budi, tidak ada pikiran apapun yang
mengganggu pusat perhatiannya. Tidak ada pikiran tentang apa
yang akan dimakannya nanti malam, adakah yang nanti dapat
dimakan atau di mana ia akan tidur. Setahuku, Choko
melakukan sesuatu yang paling dekat dengan kontemplasi.
Anda sendiri mungkin pernah mengalami hal seperti itu,
misalnya ketika Anda terpukau memperhatikan seekor anak
kucing bermain-main. Inilah rumusan kontemplasi yang sama
baiknya dengan rumusan-rumusan lain yang kukenal: memberi
perhatian penuh pada saat sekarang ini!
Sungguh suatu tugas yang berat: Lepaskan semua pikiran
tentang masa mendatang, lepaskan semua pikiran tentang masa
silam --pokoknya, lepaskan semua pemikiran, titik! Lalu,
berilah perhatian penuh pada saat sekarang ini. Dan
kontemplasi pun akan terjadi!
Setelah berlatih selama bertahun-tahun,
seorang murid memohon kepada Gurunya
untuk memberinya penerangan budi.
Sang Guru membawanya menuju
serumpun bambu, dan berkata kepadanya:
'Lihatlah bambu itu, begitu tingginya!
Lihatlah yang lain di sana, begitu pendeknya!'
Pada waktu itu juga si murid
mendapatkan penerangan budi.
Diceritakan, bahwa dalam usahanya mencapai penerangan
budi, Buddha mengikuti setiap aliran kehidupan rohani,
setiap bentuk ulah tapa dan setiap cara penguasaan diri yang
terdapat di India waktu itu. Semuanya sia-sia. Akhirnya pada
suatu hari, ia duduk dibawah pohon bodhi, dan ia mendapat
penerangan budi. Diceriterakannya rahasia penerangan budi
itu kepada murid-muridnya. Tetapi rupanya kata-katanya amat
membingungkan mereka yang belum mendapat tuntunan, khususnya
mereka yang percaya kepada pemikiran: 'Bila kamu menarik
nafas panjang, hai para rahib, hendaklah kamu sadar, bahwa
kamu menarik nafas panjang. Dan bila kamu menarik nafas
pendek, sadarilah sepenuhnya bahwa kamu menarik nafas
pendek. Dan bila kamu menarik nafas sedang, hai para rahib,
sadarilah bahwa kamu menarik nafas sedang.' Kesadaran.
Perhatian. Keasyikan. Lain tidak.
Tenggelam dalam keasyikan seperti ini terdapat pada
anak-anak kecil. Mereka begitu mudah masuk ke dalam Surga.
|