Doa Sang Katak

oleh Anthony de Mello SJ

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota


SEANDAINYA IA MENOLAK?

Samuel sedang tenggelam dalam kesedihan, dan tidak ada yang dapat menyalahkan. Tuannya telah menyuruhnya keluar dari rumahnya dan ia tidak tahu harus pergi ke mana. Tiba-tiba ia melihat titik terang. Mungkin ia dapat hidup dengan teman baiknya, Moshe. Pikiran ini sangat menenangkan hati Samuel, sampai suatu pikiran lain datang di benaknya: "Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa Moshe akan memperbolehkanmu tinggal di tempatnya?" "Mengapa tidak?" kata Samuel menanggapi pikiran itu dengan sedikit bernafsu. "Sayalah yang mendapatkan tempat di mana ia sekarang tinggal; sayalah yang meminjaminya uang untuk membayar uang sewa selama enam bulan pertama. Pastilah sekurang-kurangnya ia akan memperbolehkan saya tinggal sekitar seminggu di rumahnya kalau saya dalam kesulitan seperti ini."

Ini menenangkan hatinya, sampai sesudah makan malam pikiran serupa datang lagi: "Seandainya dia menolak?" "Menolak?" kata Samuel. "Demi Allah, mengapa ia sampai menolak? Segala sesuatu yang dimilikinya adalah berkat jasa saya. Sayalah yang mencarikan pekerjaan baginya; sayalah yang memperkenalkannya kepada istrinya yang cantik yang sudah melahirkan tiga anak yang begitu ia banggakan. Akankah ia menolak membiarkan saya tinggal barang satu minggu di rumahnya? Tidak mungkin! "

Ini menenangkan hatinya, sampai ia pergi tidur dan ternyata ia tak dapat memejamkan mata karena pikiran lain datang lagi, "Tetapi andaikan saja, andaikan saja ia menolak. Lalu mau apa?" Ini sangat mengganggu Samuel. "Persetan, bagaimana mungkin ia dapat menolak?" katanya dengan nada marah. "Orang itu hari ini masih hidup karena jasa saya. Waktu ia masih kecil saya menyelamatkannya ketika ia mau tenggelam. Akankah ia menjadi orang yang begitu tidak tahu terima kasih dan membiarkan saya di jalanan dalam musim dingin seperti ini?"

Namun pikiran itu terus datang saja. "Andaikan ..." Samuel yang malang itu bergulat ciengan pertanyaan itu. Akhirnya ia bangkit dari tempat tidurnya sekitar jam dua pagi, pergi ke rumah Moshe dan membunyikan bel di rumahnya, panjang sekali. Moshe yang masih setengah tidur itu membuka pintu dan berkata setengah terkejut, "Samuel! Ada apa? Mengapa datang kemari tengah malam seperti ini?" saat itu Samuel menjadi sangat marah tidak dapat menahan diri dan berteriak, "Akan saya katakan mengapa saya pergi ke sini pada tengah malam seperti ini! Kalau kaupikir saya mau minta agar engkau memperbolehkan saya tinggal barang sehari di rumahmu, engkau keliru. Saya tidak mau berurusan denganmu, rumahmu, istrimu atau keluargamu. Persetan dengan semua itu!" Setelah mengucapkan kata-kata itu ia berbalik dan pergi.

(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)

Indeks Islam | Indeks Sufi | Indeks Artikel | Tentang Penulis
ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

Please direct any suggestion to Media Team