HARTA DALAM GUNUNG YANG MENGHILANG
Inilah kisah yang diceritakan oleh seorang Guru kepada
murid-muridnya untuk menunjukkan kerugian yang dapat
diakibatkan oleh keterikatan akan satu hal yang sepele,
dalam diri orang-orang yang telah kaya dalam rahmat hidup
batin:
Pada suatu ketika seorang desa berjalan melewati sebuah
gua di pegunungan, persis pada waktu gua itu menampakkan
salah satu dari keajaiban-keajaibannya yang jarang tampak,
kepada semua orang yang ingin memperkaya diri mereka dengan
harta yang ada di dalamnya. Ia masuk ke dalamnya dan melihat
gunung emas dan batu-batu berharga. Dengan tergesa-gesa ia
memasukkannya ke dalam kantung yang ada di punggung
keledainya, karena ia tahu dari legenda bahwa gua itu hanya
terbuka dalam jangka waktu yang sangat terbatas. Maka harta
itu harus diambil dengan tergesa-gesa.
Keledai itu penuh muatan dan ia kembali dengan
kegembiraan besar karena nasibnya yang begitu baik. ketika
itu ia ingat bahwa tongkatnya ketinggalan di gua. Ia kembali
dan cepat masuk ke dalam gua. Tibalah waktu bagi gua untuk
menghilang dan dengan demikian orang itu hilang bersama gua
itu tanpa pernah muncul lagi.
Sesudah menunggunya satu atau dua tahun, orang-orang desa
menjual harta yang mereka temukan di atas keledai dan
memperoleh keberuntungan dari nasib baik orang yang malang
itu.
Kalau burung pipit membuat sarangnya di hutan, sarang itu
menempati sebuah ranting. Kalau rusa memuaskan dahaganya, di
sungai ia minum tidak lebih daripada yang dapat ditampung
oleh perutnya .
Kita mengumpulkan barang karena hati kita kosong.
(DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ,
Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996)
|